Monday, February 27, 2023

BHSF 1251 - 1300

(1251) 22 Agustus. Pagi ini Santa Barbara, Perawan, mengunjungi aku dan menganjurkan agar aku mempersembahkan komuni kudus selama sembilan hari untuk negaraku. “Dengan itu, engkau akan meredakan murka Allah.” Perawan ini tampak mengenakan mahkota yang terbuat dari bintang-bintang dan memegang sebilah pedang di tangannya. Kemilau mahkota itu sama dengan kemilau pedangnya. Dengan pakaiannya yang putih dan rambutnya yang tergerai indah, ia tampak sedemikian cantik sehingga andaikata aku belum mengenal Perawan Maria, pasti aku sudah menyangkanya Maria. Kini, aku tahu bahwa setiap perawan memiliki kecantikan istimewa; setiap orang dari mereka memancarkan suatu kecantikan yang unggul.
(1252) 25 Agustus 1937. Hari ini, Pastor Dr.Sopocko tiba dan akan tinggal bersama kami sampai tanggal 30 Agustus. Aku sangat bergembira. Hanya Allah yang tahu betapa besarnya keinginanku untuk bertemu dengan dia demi karya Allah yang dilaksanakan lewat dia. Meskipun demikian, kunjungan ini memiliki juga segi-segi yang tidak menyenangkan.
(1253) Sementara kami merayakan misa, pada waktu pengangkatan Hosti dalam Doa Syukur Agung, aku melihat Tuhan Yesus yang tersalib. Ia mengulurkan tangan kanan-Nya dari salib, dan terang yang memancar dari luka-Nya menyentuh tangan Pastor Sopocko. Ini terjadi dalam tiga misa, dan aku tahu bahwa Allah akan memberi imam ini kekuatan untuk melaksanakan karya itu meskipun menghadapi banyak kesulitan dan tantangan. Jiwa yang menyenangkan Allah selalu disalibkan dengan aneka penderitaan, tetapi aku sama sekali tidak heran karena inilah cara Allah memperlakukan orang-orang yang sangat Ia kasihi.
(1254) Hari ini, tanggal 29 Agustus, aku mendapat izin untuk melakukan percakapan yang lebih panjang dengan Pastor Sopocko di kamar tamu. Aku diberi tahu bahwa meskipun ada banyak kesulitan, karya itu semakin maju, dan bahwa Pesta Kerahiman Ilahi sudah sangat berkembang. Tidak lama lagi perayaan pesta itu akan menjadi kenyataan, tetapi doa masih diperlukan untuk mengatasi kesulitan-kesulitan tertentu.
(1255) “Mengenai engkau sendiri, Suster, baiklah engkau tetap berserah kepada kehendak Allah, dan lebih seimbang. Berusahalah sebaik-baiknya untuk menjaga ketenangan. Kini, dalam kaitan dengan semua masalah ini, engkau harus menggantungkan diri secara sungguh-sungguh pada Pastor Andrasz; saya sangat setuju dengan dia. Jangan melakukan suatu pun atas prakarsamu sendiri, Suster, tetapi dalam semua hal berkonsultasilah dengan pembimbing rohanimu. Aku minta kepadamu untuk berkepala dingin dan bersikap setenang mungkin. Satu hal lagi, saya telah mencetak Koronka di balik gambar Kerahiman Ilahi, dan juga seruan-seruan yang mirip litani; kedua teks ini dicetak di sampul belakang. Sebuah gambar Kerahiman Ilahi yang lebih besar juga sudah dicetak dan bersama itu dicetak juga beberapa lembaran yang berisi Novena Kerahiman Ilahi. Berdoalah, Suster, agar semua itu mendapat pengesahan.”
(1256) 30 Agustus. Pagi ini, Pastor Dr.Sopocko meninggalkan biara. Ketika aku membenamkan diri dalam doa syukur karena rahmat besar yang telah aku terima dari Allah, yakni bahwa dapat bertemu dengan Pastor Sopocko, aku bersatu secara istimewa dengan Tuhan yang berkata kepadaku, “Ia adalah imam yang sesuai dengan Hati-Ku; usaha-usahanya menyenangkan Aku. Engkau tahu, Putri-Ku, bahwa kehendak-Ku harus dilaksanakan, dan bahwa yang telah Kujanjikan kepadamu akan Kulaksanakan. Lewat dia, Aku menyebarkan penghiburan kepada jiwa-jiwa yang menderita dan terbebani. Karena dia, Aku merasa senang bahwa devosi kepada kerahiman-Ku dimaklumkan. Dan lewat karya kerahiman ini lebih banyak jiwa akan menghampiri Aku daripada lewat cara lain, yaitu lewat absolusi yang ia berikan siang dan malam sepanjang sisa hidupnya sebab dengan berbuat demikian, ia dapat bekerja hanya selama hayat di kadung badan; sedangkan berkat karya kerahiman, ia dapat bekerja sampai akhir dunia.”
(1257) Aku telah melakukan suatu novena untuk ujud agar aku dapat berjumpa dengan dia; tetapi belum juga aku menyelesaikannya, Allah sudah memberikan rahmat ini kepadaku.
(1258) O Yesusku, betapa aku kurang memanfaatkan rahmat ini; tetapi rahmat ini tidak bergantung padaku meskipun dari sudut pandang lain, sungguh sangat tergantung padaku.
(1259) Dalam percakapan ini, aku mengetahui betapa jiwanya sangat menderita. Jiwa ini tersalib mirip dengan Sang Juru Selamat. Ketika, dengan alasan yang masuk akal, ia berharap untuk mendapatkan penghiburan, ia malah mendapatkan salib. Ia hidup di tengah banyak teman tetapi tak seorang pun yang ia miliki selain Yesus. Beginilah cara Allah memperlakukan jiwa yang sangat Ia kasihi.
(1260) Hari ini, aku mendengar kata-kata ini, “Putri-Ku, hendaknya engkau selalu bersikap seperti anak kecil terhadap orang-orang yang menjadi wakil-Ku; kalau tidak, engkau tidak akan memetik manfaat dari rahmat-rahmat yang Kulimpahkan kepadamu lewat mereka.”
(1261) 1 September 1937. Aku melihat Tuhan Yesus seperti seorang raja dalam keagungan besar; I memandang bumi dengan murka. Tetapi, karena permohonan Bunda-Nya, Ia memperpanjang saat kerahiman-Nya.
(1262) 3 September. Jumat pertama dalam bulan. Dalam misa kudus, aku bersatu dengan Allah. Yesus menunjukkan bahwa tanpa kehendak Allah, hal yang paling kecil pun tidak akan terjadi di bumi. Sesudah melihat ini, jiwaku masuk ke dalam ketenangan yang ajaib; aku merasa sungguh-sungguh damai karena karya itu akan terlaksana sepenuhnya. Allah dapat memperlakukan aku sesuai dengan kehendak-Nya, dan aku akan memuji Dia karena segala sesuatu.
(1263) Sampai sekarang, aku terus bertanya-tanya, dengan sedikit cemas, ke mana ilham-ilham ini akan membawaku. Ketakutanku bertambah ketika Tuhan memberitahukan kepadaku bahwa aku harus meninggalkan Kongregasi ini. Inilah tahun ketiga sejak ilham-ilham itu disampaikan kepadaku; kini, jiwaku merasakan gairah serta desakan untuk bertindak - dan kemudian aku memiliki keberanian serta kekuatan yang berkobar-kobar; - tetapi, ketika saat yang menentukan untuk melaksanakan karya itu mendekat, aku merasa ditinggalkan oleh Allah, dan karena ini suatu ketakutan yang luar biasa menyelimuti jiwaku, dan aku melihat bahwa ini bukan saat yang dimaksudkan oleh Allah untuk mulai bekerja. Inilah penderitaan-penderitaan yang tidak aku ketahui bagaimana menuliskannya. Allah sendiri tahu apa yang aku alami, siang dan malam. AKu merasakan bahwa siksaan-siksaan para martir yang paling kejam pun akan lebih ringan bagiku daripada apa yang sedang aku alami meskipun tanpa menumpahkan setetes darah pun. Tetapi, semua ini demi keselamatan jiwa-jiwa, demi keselamatan jiwa-jiwa, ya Tuhan ....
(1264) Penyerahan total kepada kehendak Allah merupakan kasih dan kerahiman sendiri bagiku.
Doa Penyerahan Diri:
Yesus-Hosti, saat ini aku menyambut-Mu di dalam hatiku. Lewat kesatuan dengan-Mu ini, aku mempersembahkan diri kepada Bapa surgawi sebagai hosti kurban, sambil menyerahkan diriku sepenuhnya dan seutuhnya kepada kehendak Allahku yang maharahim dan kudus. Mulai hari ini, ya Tuhan, makananku adalah kehendak-Mu. Ambillah diriku sepenuhnya; perlakukan aku seturut kehendak-Mu. Apa pun yang Kauberikan padaku lewat tangan kebapaan-Mu, akan kuterima dengan semangat penyerahan diri, damai dan sukacita. Aku tidak takut akan suatu pun, tidak peduli ke arah mana Engkau menuntun aku; dengan pertolongan rahmat-Mu, aku akan melaksanakan segala sesuatu yang Engkau minta dariku. Aku tidak lagi takut akan ilahm-ilham-Mu. Aku pun tidak akan bertanya-tanya dengan cemas untuk mengetahui ke mana ilham-ilham itu akan menuntun aku. Bimbinglah aku, o Allah, meniti jalan manapun yang Engkau sukai; Aku telah menaruh segenap pengharapanku pada kehendak-Mu yang bagiku merupakan kasih dan kerahiman sendiri.
Apabila Engkau minta aku tetap tinggal di biara ini, aku akan tinggal; apabila Engkau minta aku mulai berkarya, aku akan melakukannya; apabila Engkau akan membiarkan aku dalam ketidakpastian sehubungan dengan karya ini sampai aku meninggal, terpujilah Engkau; apabila Engkau menetapkan aku harus mati di saat, menurut perkiraan manusia, hidupku tampak sangat diperlukan, terpujilah Engkau; kalau Engkau mau memanggil aku di masa mudaku, terpujilah Engkau; kalau Engkau membiarkan aku hidup sampai usia tua yang matang, terpujilah Engkau; apabila Engkau; apabila Engkau mengikat aku di tempat tidur penderitaan biarpun seumur hidupku, terpujilah Engkau; apabila Engkau memberi aku hanya kegagalan dan kekecewaan selama hidupku, terpujilah Engkau. Kalau Engkau membiarkan intensi-intensiku yang paling murni dikutuk, terpujilah Engkau. Kalau Engkau menerangi budiku, terpujilah Engkau. Kalau Engkau membiarkan aku di dalam kegelapan dan segala macam siksaan, terpujilah Engkau.
Sejak saat ini, aku hidup dalam damai yang mendalam sebab Tuhan sendiri menggendong aku dengan tangan-Nya. Ia, Tuhan kerahiman yang tiada tara, tahu bahwa aku hanya merindukan Dia di dalam segala sesuatu, selalu dan di mana-mana.
(1265) Doa. O Yesus yang terentang di salib, aku mohon kepada-Mu, berilah aku rahmat supaya dengan setia aku melakukan kehendak Bapa-Mu yang amat kudus, dalam segala hal, selalu dan di mana-mana. Kalau kehendak Allah ini kurasakan sangat berat dan sulit untuk dipenuhi, aku mohon kepada-Mu, ya Yesus, semoga dari luka-luka-Mu mengalirlah tenaga dan kekuatan kepadaku, dan semoga bibirku terus-menerus mengulangi, “Jadilah kehendak-Mu, o Tuhan.” O Juru Selamat dunia, Pencinta keselamatan manusia, dalam siksaan dan penderitaan-Mu yang mengerikan, Engkau melupakan diri-Mu sendiri untuk hanya memikirkan keselamatan jiwa-jiwa. O Yesus yang maharahim, berikanlah kepadaku rahmat untuk bisa melupakan diriku sendiri sehingga aku dapat hidup sepenuhnya bagi jiwa-jiwa. Dengan demikian, aku membantu Engkau dalam karya keselamatan, selaras dengan kehendak Bapa-Mu yang terkudus.
(1266) 5 Agustus/September 1937. Tuhan mengizinkan aku mengerti betapa Muder Superior kami yang terkasih sungguh-sungguh membela aku melawan .... baik dengan doa maupun dengan tindakan. Terima kasih kepada-Mu, ya Yesus, atas rahmat ini. Hal ini tidak pernah akan kulupakan; apabila aku bersama dengan Yesus, aku tidak akan melupakan dia.
(1267) 6 September 1937. Hari ini, aku mulai suatu tugas baru. Aku dipindahkan dari kebun ke padang gurun, yakni ke pintu gerbang. Aku pergi untuk berbicara dengan Tuhan sejenak. Aku minta kepada-Nya suatu berkat dan rahmat untuk setia melaksanakan tugas-tugas yang dipercayakan kepadaku. Aku mendengar suara ini, “Putri-Ku, Aku selalu menyertai engkau. Aku telah memberi engkau kesempatan untuk melaksanakan perbuatan-perbuatan kerahiman yang akan engkau laksanakan selaras dengan ketaatan. Engkau akan sangat menyenangkan Aku kalau, setiap petang, engkau akan berbicara kepada-Ku khususnya mengenai tugas ini.” Aku merasakan Yesus telah memberi suatu rahmat yang baru dalam kaitan dengan tugasku yang baru ini; dan karena tugas ini, aku telah mengurung diriku rapat-rapat di dalam Hati-Nya.
(1268) Hari ini, aku merasa lebih sakit tetapi pada hari ini Yesus telah memberi aku lebih banyak kesempatan untuk mengamalkan keutamaan. Kebetulan, hari ini aku lebih sibuk daripada biasanya. Suster yang ditugaskan di dapur dengan amat jelas memperlihatkan kepadaku betapa ia merasa kesal karena aku datang terlambat untuk makan meskipun sangat mustahil bagiku untuk datang lebih cepat. Bagaimana pun aku merasa sangat tidak nyaman sehingga aku minta kepada Muder Superior untuk mengizinkan aku berbaring. Aku pergi kepada Suster N untuk menggantikan tempatku, dan sekali lagi aku mendapat cemoohan, “Apa maksudmu, Suster, engkau sedemikian keletihan sehingga engkau harus pergi tidur lagi? Sungguh memalukan berbaring di tempat tidur.” Aku menerima seluruh omelan itu, tetapi masalahnya belum selesai. Aku masih harus minta kepada suster yang bertugas melayani orang sakit supaya membawakan makan malamku ke kamarku. Ketika aku mengatakan hal ini kepadanya, ia buru-buru keluar dari kaepl. Ia mengejar aku untuk memberiku teguran, “Mengapa engkau mau tidur, Suster, dan seterusnya...” Maka aku minta kepadanya untuk tidak embawakan apa-apa kepadaku. Aku menulis semua ini dengan sangat singkat sebab memang bukan maksudku untuk menulis hal-hal seperti itu; aku menulisnya hanya untuk memberikan nasihat kepada jiwa-jiwa agar tidak memperlakukan orang-orang lain seperti ini karena hal seperti ini tidak menyenangkan Tuhan. Dalam suatu jiwa yang menderita, kita hendaknya melihat Yesus Yang Tersalib, dan bukan seorang pemalas atau beban bagi komunitas. Jiwa yang menderita dengan penyerahan diri kepada kehendak Allah menurunkan lebih banyak berkat bagi biara di mana tidak ada suster yang sakit. Sering kali Allah memberikan banyak rahmat yang besar karena jiwa-jiwa yang menderita dan menjauhkan banyak hukuman justru karena jiwa-jiwa yang menderita.
(1269) O Yesusku, kapan kami memandang jiwa-jiwa dengan motif yang lebih luhur? Kapan penilaian-penilaian kami benar? Engkau memberi kami kesempatan untuk mempraktikkan perbuatan-perbuatan kerahiman, tetapi kami melatih kepandaian dalam penghakiman. Untuk mengetahui apakah cinta Allah berkembang dalam suatu biara, orang harus bertanya bagaimana mereka memperlakukan orang sakit, orang cacat, dan orang-orang lemah yang ada di sana.
(1270) 10 September 1937. Di tengah meditasi, aku mengetahui bahwa semakin murni suatu jiwa, akan semakin erat persekutuannya dengan Allah dalam tingkat rohani. Ia menaruh sedikit perhatian pada indra dan hambatan-hambatan yang dilancarkannya. Allah adalah Roh, dan karena itu aku mencintai-Nya dalam roh dan kebenaran.
(1271) Ketika itu aku mendengar betapa berbahayanya berada di pintu gerbang pada hari-hari ini sebab sedang terjadi kerusuhan revolusioner dan amat banyak orang jahat membenci biara-biara. Maka, aku masuk dan berbicara dengan Tuhan; aku minta kepada-Nya untuk mengatur segala sesuatu sedemikian rupa sehingga tidak ada orang jahat yang berani mendekati pintu gerbang biara. Kemudian aku mendengar kata-kata ini, “Putri-Ku, saat engkau bertugas di pintu gerbang, Aku menempatkan Kerubim di atasnya untuk menjaganya. Tenangkanlah hatimu.” Sesudah kembali dari percakapanku dengan Tuhan, aku melihat suatu awan putih kecil dan, di dalamnya, Kerubim dengan tangan terkatup. Tatapan matanya seperti halilintar, dan aku memahami bagaimana api kasih Allah terpancar dalam tatapan mata itu...
(1272) 14 September 1937. Pesta Salib Suci. Hari ini, aku melihat betapa hebatnya tantangan yang dialami imam ini (Sopocko) dalam kaitan dengan seluruh permasalahan ini. Bahkan jiwa-jiwa yang saleh yang begitu bersemangat untuk memuliakan Allah sedang menentang dia. Tetapi imam ini tidak berkecil hati karena semua itu sebab ia beroleh rahmat istimewa dari Allah.
(1273) Yesus [berkata], “Putri-Ku, apakah engkau mengira bahwa yang engkau tulis mengenai kerahiman-Ku itu sudah cukup? Apa yang sudah engkau tulis itu hanyalah satu tetes air dibandingkan dengan samudra. Aku adalah Sang Kasih dan Sang Kerahiman sendiri.  Tidak ada kepapaan yang dapat bertanding dengan kerahiman-Ku, juga tidak ada kepapaan yang akan menyerap habis kerahiman-Ku sebab setiap kali diberikan, [kerahiman-Ku] makin meningkat. Jiwa yang mengandalkan Kerahiman-Ku adalah jiwa yang paling beruntung sebab Aku sendiri akan menjaganya.”
(1274) Aku mengalami siksaan-siksaan yang sangat pedih ketika aku melihat Allah dilecehkan. Hari ini, aku menyaksikan dosa-dosa berat sedang dilakukan tidak jauh dari pintu biara kami. Waktu itu petang hari. Aku sedang khusyuk berdoa di kapel, dan sesudah itu aku pergi untuk mendera diri. Tetapi, ketika aku berlutut untuk berdoa, Tuhan memperlihatkan betapa suatu jiwa yang ditolak oleh Allah itu sangat menderita. Aku merasa hatiku dicabik-cabik berkeping-keping, dan pada saat yang sama aku menyaksikan betapa banyaknya luka yang ditimbulkan oleh jiwa seperti itu pada Hati Yesus yang maharahim. Makhluk yang celaka itu tidak mau menerima kerahiman Allah. Semakin banyak Allah melimpahkan kerahiman-Nya kepada suatu jiwa, semakin besar tuntutan keadilan-Nya terhadap jiwa itu.
(1275) “Juru tulis-Ku, tulislah bahwa Aku lebih murah hati terhadap orang-orang berdosa daripada terhadap orang-orang benar. Demi keselamatan merekalah Aku turun dari surga; demi keselamatan merekalah Darah-Ku ditumpahkan. Semoga mereka tidak takut menghampiri Aku; merekalah yang paling membutuhkan kerahiman-Ku.”
(1276) 16 September 1937. Hari ini, aku sangat ingin melakukan Jam Kudus di dahapan Sakramen Mahakudus, tetapi Allah menghendaki lain. Pada pukul delapan, aku dicekam dengan rasa sakit yang sedemikian nyeri sehingga aku harus serta merta pergi tidur. Selama tiga jam aku dicekam rasa sakit; yakni sampai pukul sebelas malam. Tidak ada obat yang dapat meredakan sakitku, dan apa pun yang aku telan aku muntahkan. Kadang-kadang rasa sakit itu begitu hebat sampai aku tak sadarkan diri. Yesus menyadarkan aku bahwa dengan cara ini aku ambil bagian dalam sakratulmaut-Nya di Taman Getsemani, dan bahwa Ia sendiri mengizinkan penderitaan-penderitaan ini untuk mempersembahkan doa penyilihan kepada Allah untuk dosa ibu-ibu jahat yang membunuh bayi-bayi mereka sewaktu masih berada di dalam kandungan. Sampai sekarang, sudah tiga kali aku mengalami penderitaan seperti ini. Penderitaan-penderitaan itu selalu mulai pada pukul delapan petang dan berlangsung sampai pukul sebelas. Tidak ada obat yang dapat meringankan penderitaan-penderitaan ini. Kalau pukul sebelas tiba, penderitaan-penderitaan itu berhenti dengan sendirinya, dan pada saat itu aku pun tertidur. Keesokan harinya, aku merasa sangat lemah.
            Penderitaan ini menimpa aku untuk pertama kalinya ketika aku berada di sanatorium. Para dokter tidak dapat menemukan sebab-sebab penyakit itu, dan tidak ada suntikan atau obat yang membantu aku sama sekali; aku sendiri tidak mengerti penderitaan macam apa itu. Aku memberitahukan kepada dokter bahwa belum pernah dalam hidupku aku mengalami penderitaan-penderitaan semacam ini, dan dokter pun menyatakan bahwa ia tidak tahu penyakit macam apa yang aku derita. Tetapi kini, aku memahami hakikat rasa sakit ini sebab Tuhan sendiri telah memberitahukannya kepadaku ... Tetapi apabila aku berpikir bahwa barangkali aku akan mengalami penderitaan seperti ini lagi, aku merasa sangat ketakutan. Tetapi, aku tidak tahu apakah aku akan pernah mengalami penderitaan seperti ini lagi; aku serahkan hal ini kepada Allah. Apa yang akan diberikan oleh Allah akan kuterima dengan penyerahan diri dan penuh kasih. Kalau saja lewat penderitaan-penderitaan ini aku dapat menyelamatkan hanya satu jiwa dari pembunuhan, terpujilah Tuhan!
(1277) Pada hari sesudah mengalami penderitaan-penderitaan seperti itu, aku dapat merasakan keadaan jiwa-jiwa dan sikap mereka terhadap Allah; aku diresapi dengan pengetahuan yang sejati.
(1278) Aku menyambut komuni kudus dengan cara para malaikat, katakan begitu. Jiwaku dipenuhi dengan terang Allah dan menyerap makanan dari Dia. Perasaan-perasaanku seperti mati. Aku mengalami kesatuan yang murni rohani dengan Allah; ini adalah keunggulan mutlak jiwa atas raga.
(1279) Tuhan memberi aku pengetahuan tentang rahmat yang terus-menerus Ia limpahkan kepadaku. Terang ini menembus diriku makin lama makin dalam, dan aku menjadi tahu akan perkenan Allah yang tak terselami terhadap aku. Aku tinggal dalam kamarku untuk melambungkan doa syukur yang panjang, sambil menundukkan wajahku ke lantai dan mencucurkan air mata syukur. Aku tidak dapat bangkit, terang Allah memberi aku pengetahuan baru mengenai rahmat-Nya. Baru sesudah percobaan yang ketiga, aku dapat berdiri. Sebagai anak Bapa surgawi, aku merasakan bahwa segala sesuatu yang dimiliki Bapa surgawi juga milikku. Ia sendiri mengangkat aku dari tanah hingga kepada Hati-Nya. Aku merasakan bahwa apa saja yang ada, itu adalah milikku semata-mata. Tetapi, aku tidak menginginkannya sama sekali sebab Allah sendiri sudah cukup bagiku.
(1280) Hari ini, aku tahu betapa Tuhan enggan datang kepada jiwa tertentu dalam komuni kudus. Ia menghampiri hati itu seperti menghampiri penjara yang gelap, untuk menjalani siksaan dan penindasan. Maka, aku terus memohon ampun-Nya dan mempersembahkan doa penyilihan untuk pelanggaran yang dilakukan jiwa itu.
(1281) Tuhan memberitahukan kepadaku bahwa aku akan bertemu dengan saudaraku (Stanislaw), tetapi aku  tidak dapat mengetahui bagaimana ini akan terjadi atau mengapa ia harus mengunjungi aku. Aku tahu bahwa Allah telah memberi dia rahmat panggilan religius, tetapi aku tidak tahu mengapa ia harus datang mengunjungi aku? Tetapi, aku mengesampingkan perenungan-perenungan ini. Aku percaya bahwa ia akan datang, itu sudah cukup bagiku. Aku memusatkan pikiranku pada Allah, sambil mengesampingkan setiap kecemasan mengenai ciptaan-ciptaan dan memercayakan segala sesuatu kepada Tuhan.
(1282) Jika ada orang miskin yang datang ke biara untuk kedua kalinya, aku memperlakukan mereka dengan ramah, dan aku tidak membiarkan mereka mengetahui bahwa aku tahu bahwa mereka sudah pernah ke sini sebelumnya; [aku berbuat begitu] untuk tidak membuat mereka merasa canggung. Dan kemudian mereka berbicara kepadaku dengan leluasa mengenai kesulitan dan kebutuhan-kebutuhan mereka.
            Suster N mengatakan kepadaku bahwa bukan begitulah caranya memperlakukan para pengemis, dan ia membanting pintu di hadapan mereka. Meskipun demikian, sesudah suster itu pergi, aku memperlakukan mereka seperti Sang Guru memperlakukan mereka. Kadang-kadang, dengan tidak memberikan apa-apa, kita memberi lebih banyak daripada kalau kita memberikan banyak tetapi dengan cara yang kasar.
(1283) Sering Tuhan memberi aku pengetahuan batin mengenai orang-orang yang aku jumpai di pintu biara. Pernah, suatu jiwa yang malang bercerita sedikit tentang dirinya kepadaku. Dengan memanfaatkan kesempatan yang ada, dengan cara yang ramah aku membuat dia memahami kepapaan jiwanya. Dan ia pun pergi dalam keadaan yang lebih baik.
(1284) 17 September 1937. O Yesus, aku menyaksikan begitu, banyak keindahan tersebar di sekelilingku, keindahan yang terus-menerus aku syukuri. Tetapi aku melihat sejumlah jiwa yang tampak seperti batu, selalu dingin dan acuh tak acuh. Bahkan mukjizat pun hampir tidak dapat menggerakkan mereka. Mata mereka selalu terpancang pada kaki mereka sendiri dan dengan demikian mereka tidak melihat apa-apa selain diri meeka sendiri.
(1285) Engkau telah mengelilingi hidupku dengan perhatian-Mu yang mesra dan penuh kasih, melebihi semua yang dapat aku pahami sebab aku baru akan mengalami kebaikan-Mu sepenuhnya sesudah selubung itu disingkirkan. Aku ingin agar seluruh hidupku melulu menjadi ucapan syukur kepada-Mu, o Allah.
(1286) Syukur kepada-Mu, o Allah, atas segala rahmat yang tak henti-hentinya Kaulimpahkan kepadaku, rahmat yang menerangi aku dengan kemilau sang surya, karena dengan rahmat itu, Kautunjukkan kepadaku jalan yang aman.
Syukur kepada-Mu, o Allah, karena telah menciptakan aku, karena telah memanggil aku dari tidak ada menjadi ada, karena telah mencetak ke-Allahan-Mu pada jiwaku, suatu karya cinta yang sungguh maharahim.
Syukur kepada-Mu, o Allah, atas Baptis kudus yang memasukkan aku ke dalam keluarga ilahi-Mu, suatu karunia agung yang besar dan tak terpahami yang telah mengubah jiwaku.
Syukur kepada-Mu, o Tuhan, atas Pengakuan kudus, sumber kerahiman agung yang tak kunjung kering, mata air rahmat yang tak terselami; di dalamnya jiwa-jiwa yang ternoda dosa menjadi murni.
Syukur kepada-Mu, o Yesus, atas Komuni kudus di mana Engkau memberikan diri-Mu sendiri kepada kami. Aku merasakan denyut jantung-Mu di dalam dadaku sebab kehidupan ilahi-Mu Kaukembangkan sendiri di dalam diriku.
Syukur kepada-Mu, o Roh Kudus, atas Sakramen Krisma, yang mengangkat kami menjadi ksatria, dan memberikan kekuatan kepada jiwa setiap saat, sembari melindungi dari yang jahat.
Syukur kepada-Mu, o Allah, atas rahmat panggilan, sebab dengan dipanggil untuk melayani hanya Engkau, aku dapat menjadikan Engkau satu-satunya kekasihku, suatu penghormatan yang tiada tara bagi jiwaku.
Syukur kepada-Mu, o Tuhan, atas kaul-kaul kekal, atas kesatuan cinta yang begitu murni, atas perkenan-Mu menyatukan Hati-Mu yang murni dengan hatiku, dan menyatukan hatiku dengan Hati-Mu dalam ikatan yang paling murni.
Syukur kepada-Mu, o Tuhan, atas Sakramen Pengurapan, yang, di saat-saat akhir hidupku, akan memberiku kekuatan; pertolongan dalam pertempuran, tuntunan menuju keselamatan yang menguatkan jiwa sampai aku bersukacita sepanjang masa.
Syukur kepada-Mu, o Allah, atas segala bisikan batin, yang dilimpahkan oleh kebaikan-Mu atas diriku, atas terang batin yang telah diberikan kepada jiwa, yang dirasakan oleh hati, tetapi tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata.
Syukur kepada-Mu, o Tritunggal kudus, atas kelimpahan rahmat, yang tanpa henti Kaulimpahkan sepanjang hayatku. Rasa syukurku akan meningkat seiring dengan terbitnya fajar yang kekal, ketika, untuk pertama kalinya, akan kunyainyikan kemuliaan-Mu.
(1287) Meskipun jiwaku diliputi damai, tak henti-hentinya aku bertempur melawan musuh jiwaku. Semakin hari semakin banyak perangkapnya kutemukan, dan selalu muncul pertempuran yang baru. Di sela-sela pertempuran, saat terjadi genjatan senjata, aku melatih diri dan terus berjaga, jangan sampai musuh mendapat diriku tidak siap. Dan apabila aku melihat keganasannya semakin beringas, aku tetap tinggal di dalam benteng, yakni Hati Yesus yang mahakudus.
(1288) 19 September 1937. Hari ini, Tuhan berkata kepadaku, “Putri-Ku, tulislah bahwa Aku sungguh sakit hati ketika jiwa-jiwa religius menyambut Sakramen Cinta Kasih hanya karena kebiasaan, seolah-olah mereka tidak memandang sakramen ini sebagai makanan istimewa. Dalam hati mereka, Aku tidak menemukan iman atau pun cinta. Aku sangat enggan masuk ke dalam jiwa seperti itu, Akan lebih baik kalau mereka tidak menyambut Aku.”
(1289) Yesus yang amat manis, nyalakanlah api cintaku kepada-Mu dan ubahlah aku menjadi diri-Mu sendiri. Ilahikanlah aku sehingga perbuatan-perbuatanku dapat menyenangkan Engkau. Kiranya semua ini digenapi oleh kuasa komuni kudus yang setiap hari aku sambut. Oh, betapa besarnya kerinduanku untuk sepenuhnya diubah menjadi Engkau, o Tuhan!
(1290) 19 September 1937. Hari ini, saudaraku sendiri, Stanislaw, mengunjungi aku. Aku sangat senang dengan jiwa yang elok ini, yang juga berniat membaktikan dirinya untuk melayani Allah. Dengan kata lain, Allah sendiri sedang menarik dia kepada cinta-Nya. Kami berbicara panjang lebar mengenai Allah, mengenai kebaikan-Nya. Dalam percakapan dengan dia itu, aku menjadi tahu betapa jiwanya menyenangkan Allah. Aku mendapat izin dari Muder Superior untuk lebih sering bertemu dengan dia. Ketika ia meminta nasihatku mengenai masuk biara, aku menjawab, “Tentulah engkau sendiri yang paling tahu tentang apa yang diminta Allah darimu.” Aku menyebutkan Serikat Yesus, tetapi aku menambahkan, “Masuklah ke mana engkau suka.” Aku berjanji mendoakan dia, dan aku memutuskan untuk melakukan novena kepada Hati Kudus dengan pertolongan Pastor Piotr Skarga, sambil berjanji memuat iklan dalam Poslaniec Serca Jezusowego (majalah) sebab ia menghadapi kesulitan besar dalam masalah ini. AKu tahu bahwa dalam hal ini, doa lebih bermanfaat daripada nasihat.
(1291) 21 September 1937. Pada malam ini, setelah beberapa kali sebentar terjaga dari tidur, aku mengucap syukur singkat kepada Allah, tetapi dengan segenap hati, atas segala rahmat yang telah Ia berikan kepadaku dan kepada Kongregasi kami, [dan] aku merenungkan kebaikan-Nya yang sungguh besar.
(1292) Ketika aku menyambut komuni kudus, aku berkata kepada Tuhan, “Yesus, tadi malam, begitu sering kali aku memikirkan Engkau,” dan Yesus menjawab kepadaku, “Dan Aku sudah memikirkan engkau sejak sebelum Aku menciptakan engkau.” “Yesus, dengan cara bagaimana Engkau memikirkan aku?” “Dengan cara mengizinkan engkau mengalami kebahagiaan abadi-Ku.” Sesudah kata-kata ini, jiwaku dibanjiri dengan cinta akan Allah. Aku tidak dapat berhenti mengagumi betapa besarnya kasih Allah kepada kita.
(1293) Sekali peristiwa, aku jatuh lagi ke dalam suatu kesalahan meskipun aku sudah mengambil keputusan teguh untuk tidak melakukannya; memang kejatuhan itu hanyalah ketidaksempurnaan kecil dan sedikit banyak tidak aku sengaja; tetapi karena kejatuhan itu, aku merasakan sakit yang nyeri dalam jiwaku sehingga aku menghentikan pekerjaanku dan pergi ke kapel sejenak. Sambil merebahkan diri pada kaki Yesus, dengan cinta dan kepedihan yang nyeri, aku minta ampun kepada Tuhan; aku merasa sedemikian malu karena dalam percakapanku dengan Dia sesudah komuni kudus pagi ini aku telah berjanji untuk setia kepada-Nya. Kemudian aku mendengar suara ini, “Kalau bukan karena ketidaksempurnaan kecil ini, engkau tidak akan datang kepada-Ku. Ketahuilah bahwa setiap kali engkau datang kepada-Ku, sambil merendahkan diri dan minta ampun kepada-Ku, Aku mencurahkan rahmat yang berlimpah-limpah ke atas jiwamu; dengan seketika ketidaksempurnaan lenyap dari hadapan mata-Ku, dan Aku hanya melihat cinta serta kerendahan hatimu. Engkau tidak kehilangan suatu pun tetapi memperoleh banyak...”
(1294) Tuhan telah memberitahukan kepadaku bahwa ketika suatu jiwa tidak menerima rahmat yang dimaksudkan baginya, jiwa lain akan langsung menerimanya. O Yesusku, buatlah aku pantas menerima rahmat-Mu sebab, dari diri sendiri, aku tidak dapat melakukan suatu pun. Tanpa pertolongan-Mu, aku bahkan tidak mampu menyebut nama-Mu dengan pantas.
(1295) 25 September 1937. Ketika aku tahu betapa besarnya kesulitan-kesulitan dalam seluruh karya ini, aku pergi kepada Tuhan dan berkata, “Yesus, tidakkah Engkau melihat bagaimana orang-orang menghalangi karya-Mu?” Dan aku mendengar suatu suara di dalam jiwaku, “Lakukanlah apa yang dapat engkau lakukan, dan jangan cemas mengenai sisanya. Kesulitan-kesulitan ini membuktikan bahwa karya ini adalah karya-Ku. Tenangkanlah hatimu sejauh engkau sudah melakukan apa yang dapat engkau lakukan.”
(1296) Hari ini, aku membuka pintu untuk Muder Superior dan dalam hati aku tahu bahwa ia akan pergi ke kota untuk urusan yang terkait dengan karya Kerahiman Ilahi. Superior inilah yang telah memberikan sumbangan paling besar kepada seluruh karya Kerahiman Ilahi ini.
(1297) Hari ini secara kurang bijak aku bertanya kepada dua anak miskin apakah di rumah mereka sungguh tidak mempunyai apa-apa untuk dimakan. Tanpa menjawabku, anak-anak itu meninggalkan pintu gerbang. Aku tahu, betapa mereka tersinggung kalau orang berbicara tentang kemiskinan mereka. Maka dengan terburu-buru aku mengejar mereka dan membawa mereka kembali. Aku memberikan kepada mereka sebanyak yang boleh kuberikan.
(1298) O Allah, tunjukkanlah kerahiman-Mu kepadaku, selaras dengan kemurahan Hati Yesus. Dengarkanlah keluh kesah dan rintihanku, dan pandanglah air mata hatiku yang hancur.
O Allah yang mahakuasa dan selalu maharahim, Kemurahan-Mu tak pernah habis. Meskipun kepapaanku seluas lautan, aku percaya penuh akan kerahiman Tuhan.
O Tritunggal yang Kekal, o Allah yang mahamurah, kemurahan-Mu tak terhingga. Maka aku percaya akan lautan kerahiman-Mu, dan merasakan kehadiran-Mu, Tuhan, meskipun terpisah oleh selubung.
Semua kuasa kerahiman-Mu, o Tuhan, diagungan di seluruh dunia. Semoga penghormatan ini tidak pernah berhenti. Maklumkanlah, hai jiwaku, kerahiman Allah dengan penuh gairah.
(1299) 27 September 1937. Hari ini, Muder Superior dan aku pergi kepada seseorang, tempat dilukis dan dicetak gambar Kerahiman Ilahi ukuran kecil, litani, dan Koronka, yang sudah mendapat aprobasi. Kami juga harus melihat gambar ukuran besar yang sudah diperbaiki. Gambar itu sangat mirip dengan aslinya. Ini semua membuat aku sangat bahagia.

(1300) Ketika aku memandangi gambar itu, aku tersentuh oleh cinta akan Allah yang sedemikian kuat sehingga sejenak, aku tidak tahu di mana aku. Sesudah menyelesaikan semua urusan, kami pergi ke Gereja Santa Perawan Maria. Kami mengikuti misa kudus, dalam misa ini, Tuhan memberitahukan kepadaku betapa banyaknya jiwa akan memperoleh keselamatan lewat karya ini. Kemudian aku masuk ke dalam percakapan batin dengan Tuhan, sambil bersyukur kepada-Nya karena telah turun untuk memberikan kepadaku rahmat boleh menyaksikan bagaimana devosi kepada Kerahiman Ilahi ini tersebar. Aku membenamkan diri dalam doa syukur yang khusyuk. Oh, betapa besarnya kemurahan Allah! Terpujilah Tuhan, yang setia kepada janji-janji-Nya ....

No comments:

Post a Comment

MARI MEMBACA BUKU HARIAN SANTA FAUSTINA (BHSF)

 Shalom...