Monday, February 27, 2023

BHSF 701 - 750

 


(701) Pada hari yang memprihatinkan itu, ketika aku merasa bahwa kesehatanku begitu buruk dan masih harus tetap bekerja, pada setiap detik aku merasa sakit. Cuaca panas sekali sehingga tanpa bekerja pun, rasanya sudah amat nyeri; bayangkan betapa nyerinya ketika aku masih harus bekerja sementara cuaca panas sekali. Maka, sebelum tengah hari, aku membereskan pekerjaanku, menengadah ke langit dengan penuh harapan dan berkata kepada Tuhan, “Yesus, tutupilah matahari karena aku tidak tahan dengan panas ini lebih lama lagi.” Dan, oh ajaib, pada saat itu juga suatu awan putih menutupi matahari dan, sejak saat itu, panas menjadi kurang menyengat. Ketika sesaat kemudian aku mulai mencela diriku sendiri karena tidak mampu menahan panas, tetapi meminta kelegaan, Yesus sendiri menenangkan aku.

(702) 13 Agustus 1936. Malam ini kehadiran Allah meliputi aku dan dalam sekejap aku menyaksikan kekudusan besar Allah. Oh, betapa keagungan Allah menyelubungi aku! Kemudian aku menyaksikan seluruh lubuk kehampaanku. Ini adalah suatu siksaan yang berat karena penglihatan ini langsung disusul dengan kasih. Jiwaku mengikat diri erat-erat dengan Allah, dan kedua kasih saling bertatap muka: Sang Pencipta dan ciptaan-Nya; satu tetes kecil berusaha membandingkan dirinya dengan samudra raya. Mula-mula, tetes kecil itu ingin merengkuh samudra yang tak terbatas itu dalam dirinya; tetapi pada saat yang sama, ia mengetahui bahwa dirinya hanyalah satu tetes kecil, dan karena itu ia lenyap dan larut sama sekali dalam Allah seperti satu tetes air larut dalam samudra. Mula-mula, saat ini merupakan siksaan, tetapi kemudian sedemikian manis sehingga waktu mengalaminya, jiwa merasa bahagia.

(703) Sekarang ini, topik khususku dalam pemeriksaan batin yaitu kesatuanku dengan Kristus yang maha rahim. Latihan ini memberi aku kekuatan yang luar biasa; hatiku selalu disatukan dengan Dia yang dirindukannya, dan kegiatan hatiku diatur oleh kerahiman yang mengalir dari kasih.

(704) Aku menggunakan setiap waktu luang pada kaki Allah yang tersembunyi. Dialah Guruku; kepada-Nya aku menanyakan segala sesuatu; dengan-Nya aku membicarakan segala sesuatu. Di sini, aku mendapatkan kekuatan dan terang; di sini, ak mempelajari segala sesuatu; di sini aku diberi terang untuk mengetahui bagaimana berlaku terhadap sesamaku. Sejak saat aku meninggalkan novisiat, aku telah mengurung diri di dalam tabernakel bersama dengan Yesus, Guruku. Ia sendiri menarik aku ke dalam api kasih yang bernyala-nyala, tempat semuanya berpusat.

(705) 25 September. Aku menderita rasa sakit yang nyeri pada tangan, kaki, dan lambung, tempat-tempat tubuh Yesus ditusuk. Aku mengalami rasa skit ini khususnya ketika aku berjumpa dengan jiwa yang tidak berada dalam keadaan rahmat. Kemudian, aku berdoa dengan khusyuk supaya kerahiman Allah merangkul jiwa itu.

(706) 29 September. Pada Pesta St.Mikael Malaikat Agung, aku melihat Pemimpin Agung itu berada di sampingku; ia mengucapkan kata-kata ini kepadaku, “Tuhan telah menyuruh aku untuk menjagamu secara istimewa. Ketahuilah bahwa engkau dibenci oleh roh jahat; tetapi jangan takut - ‘Siapa seperti Allah!’” - Sesudah itu ia menghilang. Tetapi, aku tetap merasakan kehadiran dan bantuannya.

(707) 2 Oktober 1936. Jumat pertama dalam bulan. Sesudah komuni kudus, tiba-tiba aku melihat Tuhan Yesus, yang menyampaikan kata-kata ini kepadaku, “Kini Aku tahu bahwa engkau mengasihi Aku bukan karena rahmat atau anugerah, tetapi karena kehendak-Ku yang lebih kausayangi daripada hidupmu sendiri. Itulah sebabnya Aku menyatukan diri-Ku dengan engkau sedemikian mesra seperti belum pernah terjadi dengan makhluk lain mana pun.”

(708) Saat itu juga Yesus menghilang. Tetapi, jiwaku dipenuhi dengan kehadiran Allah. AKu tahu bahwa tatapan mata Sang Mahakuasa terarah kepadaku. Aku tenggelam sepenuhnya dalam sukacita yang mengalir dari Allah. AKu melanjutkan pengalaman ini sepanjang seluruh hari tanpa disela, dan dengan demikian aku terus tenggelam dalam Allah. Pada petang hari, aku merasa seolah-olah berada dalam sejenis sakratulmaut yang tidak begitu jelas dan neh. Kasihku ingin mengimbangi kasih Sang Mahakuasa. AKu ditarik kepada-Nya dengan sedemikian dahsyat sehingga tanpa suatu rahmat khusus dari Allah, tidak mungkin aku menanggung berlimpahnya rahmat yang seperti itu dalam hidup ini. Tetapi, aku melihat dengan jelas bahwa Yesus sendiri menopang aku dan menguatkan aku serta membuat aku mampu mempersatukan diri dengan-Nya. Dalam semua ini, jiwaku sangat aktif.

(709) 3 Oktober 1936. Dalam doa rosario hari ini, tiba-tiba aku melihat sebuah sibori dengan Sakramen Mahakudus. Sibori itu tidak ditutup dan sangat penuh dengan Hosti. Dari sibori itu muncul suatu suara, “Inilah Hosti-hosti yang sudah disambut oleh jiwa-jiwa yang bertobat berkat doa dan penderitaanmu.” Pada saat ini, aku merasakan kehadiran Allah seperti dirasakan oleh seorang anak; aku sungguh-sungguh merasa seperti seorang anak.

(710) Pada suatu hari, ketika aku merasa tidak akan mampu bertahan sampai pukul sembilan dan kepada Sr. N aku minta sesuatu untuk dimakan sebab aku akan pergi tidur lebih awal karena aku merasa kurang sehat, Sr. N menjawab, “Tetapi engkau tidak sakit, Suster; mereka hanya ingin engkau sedikit beristirahat; mereka hanya mengada-ada tentang penyakit itu.” O Yesusku, penyakitku semakin parah sehingga dokter memisahkan aku dari para suster untuk mencegah jangan sampai mereka tertular, dan aku masih dihakimi dengan cara ini. Tetapi, itu baik; semua ini bagi-Mu, o Yesusku. Aku tidak mau menulis banyak mengenai masalah-masalah eksternal karena ini memang bukan alasan aku ingin menuliskan ini; tetapi, secara khusus aku ingin mencatat rahmat yang diberikan Tuhan kepadaku sebab ini tidak hanya untukku, tetapi juga untuk banyak jiwa yang lain.

(711) 5 Oktober 1936. Hari ini, aku menerima surat dari Pastor Sopocko. Ia memberitahukan bahwa ia bermaksud menerbitkan gambar Kristus yang maharahim. Ia minta kepadaku untuk mengirimkan doa tertentu yang ingin ia cetak pada belakang kartu, kalau Uskup Agung berkenan memberikan pengesahan. Oh, betapa besarnya sukacita yang memenuhi hatiku bahwa Allah telah mengizinkan aku menyaksikan karya kerahiman-Nya mulai bekerja! Betapa besarnya karya Allah yang mahatinggi ini! Aku hanyalah alat-Nya. Oh, betapa berkobar keinginanku untuk menyaksikan Pasta Kerahiman Ilahi yang diminta Allah lewat aku. Tetapi, kalau memang dikehendaki Allah bahwa pesta ini baru akan dirayakan secara meriah sesudah aku mati, aku sudah bersukacita karenanya, dan dengan izin bapak pengakuanku aku merayakannya dalam hati.

(712) Hari ini aku melihat Pastor Andrasz berlutut dan tenggelam dalam doa; tiba-tiba Yesus berdiri di sampingnya dan, sambil mengulurkan kedua tangan-Nya atas kepalanya, Ia berkata kepadaku, “Ia akan terus menuntun engkau; jangan takut.”

(713) 11 Oktober. Petang ini, ketika aku sedang menulis tentang kerahiman Allah yang besar ini dan keuntungannya yang luar biasa bagi jiwa-jiwa, setan menyeruak masuk ke dalam kamarku dengan sangat marah dan ganas. Ia merenggut tirai, lalu merobek dan mencabik-cabiknya. Mula-mula aku agak ketakutan, tetapi segera aku membuat tanda salib dengan salib kecilku, dan makhluk buas itu pun tenang tak berdaya lagi lalu menghilang dengan seketika.
            Hari ini, aku tidak melihat sosok yang menjijikkan itu tetapi hanya merasakan kemarahannya. Kemarahan setan itu mengerikan, tetapi tirai tidak robek dan tidak tercabik-cabik, dan aku terus menulis dengan tenang. Aku sungguh-sungguh tahu bahwa si jahat tidak akan menyentuh aku tanpa dikehendaki oleh Allah, tetapi apa yang direncanakan si jahat? Ia mulai menyerang aku secara terang-terangan, dengan sangat ganas dan penuh kebencian; tetapi tidak sedetik pun ia mengganggu damaiku, dan kesabaranku ini membuatnya semakin garang.

(714) Hari ini Tuhan berkata kepadaku, “Pergilah kepada Superior dan katakan kepadanya bahwa Aku menghendaki agar semua suster dan siswa mendaras Koronka yang telah Aku ajarkan kepadamu. Selama sembilan hari mereka harus mendarasnya di kapel untuk meredakan murka Bapa-Ku dan untuk memohon kerahiman Allah bagi Polandia.” Aku menjawab kepada Tuhan bahwa aku akan mengatakan kepadanya, tetapi aku harus berbicara lebih dulu dengan Pastor Andrasz. Maka aku memutuskan untuk langsung berbicara dengan Pastor Andrasz mengenai masalah ini segera sesudah ia tiba. Ketika Pastor Andrasz tiba, situasinya sedemikian rupa sehingga tidak memungkinkan aku bertemu dengan dia. Mestinya aku tetap harus pergi menghadapnya dan menjelaskan masalah ini tanpa mempedulikan sedikit pun situasi itu. Tetapi, aku malah berpikir dalam hati, “Baiklah, aku akan melakukannya kalau ia datang lagi.”

(715) Oh, betapa hal itu sangat tidak menyenangkan Allah! Dalam sekejap, aku merasa ditinggalkan oleh kehadiran Allah, yakni kehadiran agung Allah yang secara amat jelas terus-menerus kurasakan dalam hatiku. Tetapi, pada saat itu, kehadiran itu sama sekali meninggalkan aku. Suatu kegelapan menguasai jiwaku sampai-sampai aku tidak tahu apakah aku dalam keadaan rahmat atau tidak. Oleh karena itu, aku tidak menyambut komuni kudus selama empat hari. Sesudah itu, aku melihat Pastor Andrasz dan menyampaikan segala sesuatu kepadanya. Ia meneguhkan hatiku dengan berkata, “Engkau tidak kehilangan rahmat Allah, tetapi bagaimana pun juga, setialah kepada-Nya.” Pada saat aku meninggalkan kamar pengakuan, kehadiran Allah menyelimuti aku seperti sebelumnya. Aku memahami bahwa rahmat Allah harus diterima sebagaimana diturunkan oleh Allah, dengan cara yang Ia kehendaki, dan orang harus menerimanya dalam bentuk yang Ia gunakan untuk menurunkan rahmat itu kepada kita.

(716) O Yedusku, pada saat ini juga aku mengambil keputusan yang teguh dan abadi berkat kekuatan rahmat dan kerahiman-Mu, yaitu: setia kepada rahmat-Mu yang paling kecil.

(717) Semalam suntuk, aku mempersiapkan diri untuk menyambut komuni kudus sebab aku tidak dapat tidur karena penderitaan fisik. Jiwaku terbenam dalam kasih dan tobat.

(718) Sesudah komuni kudus, aku mendengar kata-kata ini, “Engkau menyaksikan keadaanmu yang sesungguhnya, tetapi jangan takut akan hal ini. Seandainya Aku mau menyatakan kepadamu seluruh kepapaanmu, engkau akan mati ketakutan. Tetapi, sadarilah dirimu sepenuhnya. Karena kepapaanmu sedemikian besar, Aku telah menyatakan kepadamu seluruh lautan kerahiman-Ku. Aku mencari dan merindukan jiwa-jiwa seperti jiwamu, tetapi tidak banyak yang ada. Kepercayaanmu yang besar kepada-Ku memaksa Aku untuk terus-menerus memberikan rahmat kepadamu. Engkau memiliki hak yang besar dan tak terselami atas Hati-Ku karena engkau adalah seorang putri yang sungguh-sungguh memiliki kepercayaan. Engkau mestinya tidak mampu memegang besarnya kasih-Ku terhadapmu kalau AKu menyatakannya dengan sepenuhnya kepadamu di bumi ini. Seringkali hanya sekilas kasih itu Kuperlihatkan kepadamu, tetapi ketahuilah bahwa ini sungguh rahmat istimewa dari-Ku. Kasih dan kerahiman-Ku tidak mengenal batas.

(719) Hari ini, aku mendengar kata-kata ini, “Ketahuilah, anak-Ku bahwa demi keselamatanmu Aku memberikan berkat kepada seluruh lingkungan sekitarmu ini. Tetapi, engkau harus berterima kasih kepada-Ku atas nama mereka sebab mereka tidak bersyukur kepada-Ku atas kebaikan yang telah Aku rentangkan kepada mereka. Karena ucapan syukurmu, AKu akan terus memberkati mereka.”

(720) O Yesusku, Engkau tahu betapa sulitnya kehidupan berkomunitas, betapa banyaknya salah paham dan salah tafsir meskipun kadang-kadang ada kehendak baik yang amat tulus pada kedua belah pihak. Tetapi, ini adalah misteri-Mu, ya Tuhan. Kami akan mengetahuinya di alam abadi; namun semua penilaian kami harus selalu penuh kelembutan.

(721) Memiliki seorang pembimbing rohani sungguh merupakan rahmat yang besar dari Allah, suatu rahmat yang luar biasa besarnya. Kini, aku merasa bahwa tanpa pembimbing rohani, aku tidak akan mampu berjalan sendirian meniti kehidupan rohaniku. Sungguh besar kuasa seorang imam. Tanpa henti, aku bersyukur kepada Allah karena memberi kepadaku seorang pembimbing rohani.

(722) Hari ini, aku mendengar kata-kata ini, “Engkau menyadari betapa lemahnya engkau; oleh karena itu, kapan Aku akan dapat mengandalkan engkau?” Aku menjawab, “Yesus, sertailah aku selalu karena aku ini anak-Mu yang kecil. Yesus, Engkau tahu apa yang dapat dikerjakan oleh seorang anak kecil.”

(723) Hari ini, aku mendengar kata-kata ini, “Rahmat yang Aku berikan kepadamu bukan untuk dirimu sendiri, tetapi juga untuk sejumlah besar jiwa lain ... Hatimu adalah tempat kediaman-Ku yang lestari meskipun sangat papalah engkau. Aku menyatukan diri-Ku denganmu, menghapus kepapaanmu, dan memberikan kerahiman-Ku kepadamu. Aku melaksanakan karya-karya kerahiman di dalam setiap jiwa. Semakin besar dosa seseorang, semakin besar pula haknya atas kerahiman-Ku. Kerahiman-Ku diteguhkan untuk setiap karya tangan-Ku. Ia yang berharap pada kerahiman-Ku tidak akan binasa karena semua masalahnya akan menjadi masalah-Ku, dan musuhnya akan tercerai berai di bawah tumpuan kaki-Ku.”

(724) Pada malam menjelang retret, aku berdoa agar Tuhan Yesus memberi aku sedikit kesehatan supaya aku dapat ambil bagian dalam retret sebab aku merasa sedemikian sakit sampai-sampai aku berpikir barangkali ini adalah retretku yang terakhir. Tetapi, segera sesudah mulai berdoa, aku merasakan suatu ketidakpuasan yang luar biasa. Aku menghentikan doa permohonan dan mulai bersyukur kepada Tuhan atas segala sesuatu yang Ia berikan kepadaku, sambil menyerahkan diriku sepenuhnya kepada kehendak-Nya. Maka, aku merasakan damai jiwa yang sangat mendalam.
            Penyerahan diri setia kepada kehendak Allah, selalu dan di mana-mana, dalam segala peristiwa dan situasi hidup, memberikan kemuliaan besar kepada Allah. Penyerahan diri kepada kehendak Allah seperti itu lebih berkenan pada-Nya daripada puasa yang panjang, mati raga dan laku tobat yang paling keras. Oh, betapa besarnya anugerah yang kita terima atas satu tindakan penyerahan diri yang penuh kasih kepada kehendak Allah! Begitu aku menulis, jiwaku sungguh terpesona memikirkan betapa Allah sangat mencintai penyerahan diri; juga jiwaku sungguh terpesona menyadari damai yang sudah dinikmati oleh jiwaku, di bumi ini.

O Kehendak Ilahi, jadilah kecintaanku!

(725) Retret Delapan Hari, 20 Oktober 1936.
O Yesus, hari ini aku mau pergi ke padang gurun untuk berbicara hanya dengan Engkau, Guruku dan Tuhanku. Ya Yesus, Engkau tahu bahwa aku tidak mengenal satu suara pun selain suara-Mu, o Gembala Yang Baik. Dalam lubuk hatikulah padang gurun itu; pintunya tertutup rapat bagi setiap ciptaan. Di sana hanya Engkaulah yang bertakhta sebagai Raja.

(726) Ketika aku memasuki kapel untuk adorasi lima menit, aku bertanya kepada Tuhan Yesus bagaimana aku harus menjalani retret ini. Kemudian, aku mendengar suara ini di dalam jiwaku, “Aku ingin agar engkau sepenuhnya berubah menjadi kasih dan agar engkau berkobar-kobar sebagai kurban yang murni demi kasih ...”

(727) O Kebenaran Kekal, berilah aku seberkas sinar terang-Mu supaya aku dapat mengenal Engkau, ya Tuhan, dan pantas memuliakan kerahiman-Mu yang tak terbatas. Dan pada saat yang sama, buatlah aku mengenal diriku sendiri, yang melulu jurang kepapaan.

(728) Aku telah memilih St.Klaudius de la Colombiere dan St.Gertrudis sebagai pelindung kudusku selama retret ini, supaya mereka mendoakan aku di hadapan Bunda Allah dan Juru Selamat yang maharahim.

(729) Dalam meditasi tentang penciptaan ... pada titik tertentu, jiwaku menjadi begitu erat bersatu dengan Tuhan dan Penciptanya.
            Dalam kesatuan ini, aku mengenal tujuan dan misi hidupku. Tujuanku adalah bersatu erat dengan Allah lewat kasih, dan misiku adalah memuji serta memuliakan kerahiman ilahi.
            Tuhan telah mengizinkan aku mengetahui dan mengalami hal ini secara jelas dan bahkan secara fisik. Aku tenggelam dalam kekaguman ketika aku mengetahui dan mengalami kasih Allah yang tak terselami ini; dengan kasih itu Allah mengasihi aku. Siapakah Allah - dan siapakah aku? - Aku tidak dapat merenungkan masalah ini lebih lanjut. Hanya kasih yang dapat memahami perjumpaan antara dua roh ini, yakni Allah-Roh dan jiwa-yang-tercipta. Semakin aku mengenal Allah, semakin dalam aku tenggelam di dalam Dia dengan segenap kekuatanku.

(730) “Dalam retret ini, Aku akan terus membuat engkau berada di dekat Hati-Ku sehingga engkau dapat mengenal kerahiman-Ku dengan lebih baik, yakni kerahiman-Ku terhadap umat manusia, khususnya terhadap orang-orang berdosa yang malang.”

(731) Pada hari pembukaan retret, aku dikunjungi oleh salah seorang suster yang telah datang untuk mengikrarkan kaul kekal. Ia mencurahkan isi hatinya kepadaku bahwa ia tidak percaya akan Allah dan berkecil hati saat menghadapi hal-hal sepele sekalipun. Aku menjawab kepadanya, “Baik sekali bahwa engkau mengatakan hal ini kepadaku, Suster; aku akan mendoakan engkau.” Dan aku berbicara singkat kepadanya mengenai betapa hati Tuhan Yesus sangat terluka karena ketidakpercayaan, khususnya ketidakpercayaan dari pihak jiwa yang terpilih. Ia mengatakan kepadaku bahwa mulai dengan kaul kekalnya, ia akan mengamalkan pengharapan. Kini aku tahu bahwa bahkan jiwa yang sudah dipilih dan sudah sangat maju dalam hidup membiara atau hidup rohani tidak memiliki keberanian untuk mempercayakan diri sepenuhnya kepada Allah. Dan ini terjadi karena jiwa-jiwa itu tidak mengenal kerahiman Allah yang tak terselami serta kebaikan-Nya yang sungguh besar.

(732) Hari ini, aku diselimuti oleh kemuliaan Allah yang agung, yang terus bertahan sepanjang hari. Kemuliaan itu membangkitkan dalam diriku rasa takut yang besar, suatu rasa takut yang penuh hormat, dan bukan rasa takut seorang budak, yang sangat berbeda dari rasa takut karena hormat. Ketakutan ini dijawab oleh hormat yang hari ini muncul dalam hatiku karena kasih dan pengetahuan akan keagungan Allah, dan hal itu merupakan sukacita jiwa yang besar. Jiwaku gemetar menyadari pelanggaran yang paling kecil pun terhadap Allah; tetapi kegentaran ini tidak mengganggu atau mengurangi kebahagiaan jiwaku. Jika kasih menuntun, semuanya berjalan baik.

(733) Kadang-kadang terjadi, sementara aku mendengarkan renungan, suatu kata tiba-tiba mengantarku ke dalam kesatuan yang amat erat dengan Tuhan, dan aku tidak lagi tahu apa yang selanjutnya dikatakan oleh imam. AKu tahu bahwa aku bersatu erat dengan Hati Yesus yang Maharahim; seluruh rohku sama sekali tenggelam di dalam Dia, dan dalam sekejap aku memahami lebih banyak hal daripada yang dapat aku peroleh dengan analisis intelek dan meditasi selama beberapa jam. Semua ini merupakan pencerahan mendadak yang memungkinkan aku memahami berbagai hal sebagaimana dilihat oleh Allah, baik yang menyangkut masalah-masalah batiah maupun lahiriah.

(734) Aku tahu bahwa selama retret ini Yesus sendiri bertindak dalam jiwaku. Dan, sejauh menyangkut diriku, aku hanya berusaha setia kepada rahmat-Nya. Aku menyerahkan jiwaku sepenuhnya kepada pengaruh Allah. Penguasa Surga yang Mahakuasa ini telah menguasai jiwaku sepenuhnya. AKu merasa bahwa aku sedang diangkat mengatasi bumi dan surga masuk ke dalam kehidupan batin Allah; di sana aku mulai mengenal Bapa, Putra, dan Roh Kudus, yang selalu satu dalam kemuliaan.

(735) Aku akan mengikutsertakan diriku dalam piala Yesus sehingga aku dapat menghibur Dia terus-menerus. Dalam batas kekuatanku, aku akan melakukan segala sesuatu untuk menyelamatkan jiwa-jiwa, dan aku akan melakukannya lewat doa serta penderitaan.
            Aku selalu berusaha untuk menjadikan diriku ibarat Betania bagi Yesus, tempat Ia dapat beristirahat sesudah banyak kesusahan. Dalam komuni kudus, kesatuanku dengan Yesus sedemikian erat dan tak terselami sehingga kalaupun aku ingin melukiskannya dalam tulisan, aku tidak dapat melakukannya sebab aku tidak memiliki cukup kata-kata.

(736) Pada petang hari, aku melihat Tuhan Yesus sama seperti waktu Ia sedang menjalani sengsara-Nya. Mata-Nya terarah kepada Bapa, dan Ia berdoa bagi kita.

(737) Meskipun aku sakit, hari ini aku berniat melaksanakan ibadat Jam Kudus seperti biasa. Dalam ibadat itu, aku melihat Tuhan Yesus sedang didera pada tiang penyiksaan. Di tengah siksaan yang memilukan itu, Yesus berdoa. Sesaat kemudian, Ia berkata kepadaku, “Sedikit sekali jiwa yang merenungkan sengsara-Ku dengan penuh perasaan; rahmat yang paling banyak akan Kuanugerahkan kepada jiwa-jiwa yang merenungkan sengsara-Ku dengan penuh perasaan.”

(738) “Tanpa bantuan khusus dari Aku, engkau bahkan tidak akan mampu menerima rahmat-Ku. Engkau tahu siapa dirimu.”

(739) Sesudah komuni kudus hari ini, aku berbicara panjang lebar dengan Tuhan Yesus mengenai orang-orang yang sangat istimewa bagiku. Kemudian aku mendengar kata-kata ini, “Putri-Ku, janganlah engkau terlalu banyak bicara. Orang-orang yang engkau kasihi secara istimewa, juga Aku kasihi secara istimewa, dan demi engkau, Aku mencurahkan rahmat atas mereka. Aku senang sekali kalau engkau bercerita tentang mereka kepada-Ku, tetapi jangan melakukannya dengan begitu berlebihan.”

(740) O Juru Selamat dunia, aku menyatukan diri dengan kerahiman-Mu. O Yesusku, aku memadukan segala penderitaanku dengan penderitaan-Mu, dan simpanlah semua ini dalam khazanah Gereja agar bermanfaat bagi jiwa-jiwa.

(741) Hari ini, aku dituntun oleh Malaikat ke jurang neraka. Itu adalah suatu tempat yang penuh dengan siksaan yang mengerikan; sungguh luar biasa luas jangkauannya! Beragam siksaan aku saksikan. SIksaan pertama yang menciptakan nereka adalah rasa kehilangan Allah; siksaan kedua adalah kekacauan hati nurani untuk selama-lamanya; ketiga adalah keadaan yang tidak pernah akan berubah; yang keempat adalah api yang terus menerus membakar jiwa tanpa menghancurkannya - suatu penderitaan yang mengerikan karena api itu adalah api rohani, yang dinyalakan oleh murka Allah; siksaan yang kelima adalah kegelapan yang tak ada akhirnya, bau busuk yang luar biasa menyengat, dan meskipun gelap gulita, roh-roh jahat dan jiwa-jiwa yang terhukum dapat melihat satu sama lain dan dapat menyaksikan semua kejahatan diri sendiri; siksaan yang keenam adalah persekutuan dengan setan yang terus menerus; siksaan ketujuh adalah keputusasaan yang mengerikan, kebencian terhadap Allah, caci maki, kutuk dan hujat. Inilah siksaan yang diderita oleh semua yang terhukum bersama-sama, tetapi semua itu bukanlah akhir dari penderitaan. Masih ada siksaan-siksaan khusus yang diperuntukkan bagi jiwa-jiwa tertentu, yakni siksaan indra. Setiap jiwa menjalani penderitaan yang mengerikan dan tak terlukiskan, yang terkait dengan jenis dosa yang dilakukannya. Di sana, ada gua raksasa dengan lorong penyiksaan tempat setiap orang menjalani sakratulmautnya masing-masing, yang satu berbeda dari yang lain. Andaikata tidak ditopang oleh kemahakuasaan Allah, aku pasti sudah mati menyaksikan siksaan yang mengerikan itu. Biarlah setiap orang berdosa tahu bahwa sampai kekal ia akan disiksa pada indra yang ia pakai untuk berbuat dosa. Aku menulis semua ini atas perintah Allah agar tidak satu jiwa pun akan mempunyai alasan untuk mengatakan bahwa neraka itu tidak ada, atau bahwa tidak seorang pun pernah ke sana, dan tidak ada seorang pun dapat melukiskan seperti apa.
            Atas perintah Allah, aku, Sr.Faustina, telah mengunjungi jurang neraka sehingga aku dapat memberikan kesaksian bahwa neraka sungguh ada dan memberitahukan kepada jiwa-jiwa seperti apa neraka itu. Sekarang, aku tidak dapat berbicara mengenai neraka itu; tetapi aku telah menerima suatu perintah dari Allah untuk menuliskannya dan meninggalkannya dalam bentuk tulisan. Setan penuh dengan kebencian terhadapku tetapi, atas perintah Allah, mereka harus menaati aku. Apa yang telah aku tulis hanyalah bayangan kabur dari hal-hal yang sudah aku lihat. Tetapi, satu hal yang kulihat dengan jelas, yakni kebanyakan jiwa yang ada di sana adalah mereka yang tidak percaya bahwa neraka itu sungguh ada. Ketika tiba di sana, aku hampir tidak dapat terbebas dari ketakutan. Sungguh mengerikan penderitaan jiwa-jiwa di sana! Oleh karena itu, aku berdoa bahkan lebih khusyuk lagi untuk bertobatnya orang-orang berdosa. Tanpa henti, aku memohon kerahiman Allah untuk mereka. O Yesusku, aku lebih senang menjalani sakratulmaut sampai akhir dunia, di tengah penderitaan-penderitaan yang luar biasa berat, daripada melukai Hati-Mu dengan dosa yang paling ringan sekalipun.

(742) “Putri-Ku, kalau melalui engkau Aku minta agar manusia menghormati kerahiman-Ku, hendaknya engkau menjadi orang pertama yang unggul dalam harapan kepada kerahiman-Ku ini. Aku minta agar engkau melaksanakan perbuatan-perbuatan kerahiman, yang harus muncul dari kasih kepada-Ku. Kapan saja dan di mana saja, engkau harus mengamalkan belas kasihan kepada sesama. Engkau tidak boleh menghindarinya atau berusaha mencari-cari dalih untuk membebaskan diri darinya.”
“Aku memberi engkau tiga cara untuk mengamalkan belas kasihan terhadap sesama: yang pertama: perbuatan, yang kedua: perkataan, yang ketiga: doa. Dalam tiga cara inilah tercakup sepenuhnya karya belas kasih, dan semua itu merupakan bukti kasihmu kepada-Ku yang tidak dapat dibantah. Dengan sarana-sarana ini, suatu jiwa memuji dan menghormati kerahiman-Ku. Sungguh, hari Minggu pertama sesudah Paskah adalah Pesta Kerahiman Ilahi, yang juga harus menjadi hari untuk karya belas kasihan. AKu menuntut penghormatan kepada kerahiman-Ku dengan perayaan yang meriah dan dengan penghormatan terhadap gambar yang sudah dilukis itu. Dengan menggunakan gambar itu, Aku akan memberikan banyak rahmat kepada jiwa-jiwa. Dan, gambar itu dimaksudkan untuk mengingatkan orang akan tuntutan-tuntutan kerahiman-Ku sebab bahkan iman yang paling kuat pun akan sia-sia kalau tidak disertai dengan perbuatan.”
“ O Yesusku, Engkau sendiri harus menolong aku dalam segala sesuat sebab Engkau tahu betapa sangat kecillah aku, dan karena itu aku bergantung sepenuhnya pada kebaikan-Mu, ya Allah.”

(743) Pemeriksaan batin khusus.
Kesatuan dengan Kristus yang maharahim. Dengan hatiku, aku mencakup seluruh dunia, khususnya negara-negara yang terbelakang atau yang dirundung penganiayaan. AKu sedang berdoa memohon kerahiman bagi mereka.
Dua keputusan penting:
Pertama: Mengupayakan sungguh-sungguh keheningan batin dan mematuhi peraturan silentium secara ketat.
Kedua: Setia kepada bisikan batin; mengamalkan dalam kehidupan dan kegiatanku seturut nasihat pembimbing rohaniku.
Dalam penyakit yang sekarang ini, aku ingin memuliakan kehendak Allah. AKu akan berusaha, sejauh aku mampu, untuk ambil bagian dalam semua latihan komunitas. Dengan segenap hati, aku akan melambungkan syukur kepada Tuhan Allah atas setiap duka dan penderitaan.

(744) Aku sering merasakan bahwa tanpa Yesus, aku tidak mendapatkan pertolongan dari siapa pun meskipun kadang-kadang aku sangat membutuhkan penjelasan mengenai permintaan-permintaan Tuhan.
Petang ini, tiba-tiba aku menerima terang dari Allah mengenai masalah tertentu. Sudah dua belas tahun aku selalu memikirkannya, tetapi tidak dapat memahaminya. Hari ini, Yesus membuatku mengerti betapa hal itu sangat menyenangkan hati-Nya.

Pesta Kristus Raja [25 Oktober 1936]

(745) Dalam misa kudus, aku sedemikian dikobarkan oleh api kasih Allah yang bernyala-nyala dan oleh keinginan untuk menyelamatkan jiwa-jiwa yang tidak dapat aku lukiskan. Aku merasa bahwa diriku terbakar hangus. Aku siap memerangi semua kejahatan dengan senjata kerahiman. Aku sedang dibakar oleh keinginan untuk menyelamatkan jiwa-jiwa. Aku siap menjelajahi seantero dunia dan pergi sampai ke ujung-ujung bumi yang paling jauh dan ke tanah-tanah yang paling ganas untuk menyelamatkan jiwa-jiwa. Aku melakukan semua ini lewat doa dan kurban. Aku ingin setiap jiwa memuliakan kerahiman Allah karena setiap jiwa mengalami buah kerahiman itu pada dirinya sendiri. Para kudus di surga memuji kerahiman Tuhan. Aku ingin memujinya juga sekarang, di bumi ini, dan menyebarluaskan devosi kepada-Nya dengan cara yang diminta Allah dariku.

(746) Aku sudah tahu bahwa pada saat-saat tertentu dan pada saat-saat yang paling sulit aku akan sendirian, ditinggalkan oleh setiap orang. Aku tahu juga bahwa aku harus menghadapi segala badai serta pergulatan dengan segenap kekuatan jiwaku meskipun di dekatku ada orang-orang yang darinya aku berharap mendapat pertolongan.
            Tetapi, aku tidak sendirian sebab Yesus meyertaiku, dan bersama Dia aku tidak takut akan suatu pun. Aku sungguh sadar akan segala sesuatu, dan aku tahu apa yang diminta Allah dariku. Penderitaan, penghinaan, cemooh, penganiayaan, dan pelecehan akan terus menerus menjadi bagianku. Aku tidak mengenal jalan lain. Untuk kasih yang tulus, aku mendapat balasan berupa sikap tidak tahu terima kasih; inilah jalanku, yang sudah ditandai dengan jejak kaki Yesus.
            O Yesusku, Kekuatanku dan Harapanku satu-satunya, hanya dalam Engkaulah seluruh harapanku. Pengharapanku tidak akan dikecewakan.

(747) Hari pembaruan kaul. Kehadiran Allah menyelimuti jiwaku, tidak hanya secara rohani, tetapi juga secara ragawi.

(748) 2 November [1936]. Pada petang hari sesudah Ibadat Sore, aku pergi ke pemakaman. Aku berdoa selama beberapa waktu ketika aku melihat salah seorang suster kami yang berkata kepadaku, “Kami ada di kapel.” Aku mengerti bahwa aku harus pergi ke kapel dan berdoa serta memperoleh indulgensi di sana. Hari berikutnya, dalam misa kudus, aku melihat tiga merpati putih terbang dari altar menuju surga. Aku tahu bahwa tidak hanya tiga jiwa yang telah pergi ke surga, tetapi juga banyak yang lain yang telah meninggal di luar leingungan biara kami. Oh, sungguh baik dan maharahimlah Tuhan!

(749) Percakapan dengan Pastor Andrasz, pada akhir retret. Aku sangat heran satu hal yang aku tangkap dalam setiap percakapan, saat aku minta nasihat dan arahan dari Pastor itu, yakni aku memperhatikan bahwa Pastor Andrasz menjawab semua pertanyaan yang kusampaikan kepadanya mengenai hal-hal yang diminta Tuhan dariku dengan jelas dan dengan keyakinan yang begitu besar seolah-olah ia sendiri sudah mengalaminya. O Yesusku, kalau saja ada lebih banyak pembimbing rohani seperti ini, jiwa-jiwa yang ada di bawah asuhannya akan sangat cepat mencapai puncak-puncak kekudusan dan tidak akan membuang-buang begitu banyak rahmat! Tanpa henti aku bersyukur kepada Allah karena rahmat yang sedemikian besar; yakni bahwa dalam kebaikan-Nya yang luar biasa Ia telah berkenan menempatkan tiang-tiang cahaya di sepanjang jalan kehidupan rohaniku. Cahaya itu menerangi jalanku sehingga aku tidak tersesat atau berlambat-lambat dalam perjalananku menuju kesatuan yang erat dengan Tuhan. Aku memiliki kasih yang besar terhadap Gereja, yang mendidik jiwa-jiwa dan menuntun mereka kepada Allah.

(750) 31 Oktober 1936.
Percakapan dengan Muder Jenderal.

Ketika aku berbicara dengan Muder Jenderal  mengenai permintaanku untuk meninggalkan Kongregasi, aku menerima jawaban ini, “Kalau Yesus meminta engkau supaya meninggalkan Kongregasi, biarlah Ia memberiku suatu tanda bahwa ia adalah kehendak-Nya. Suster, mintalah tanda seperti itu sebab aku takut jangan-jangan engkau akan jatuh menjadi mangsa khayalan. Di lain pihak, aku tidak mau menghalangi atau menentang kehendak Allah karena aku pun ingin melakukan kehendak Allah.” Jadi, kami sepakat bahwa aku masih akan tinggal sama seperti sekarang, sampai tiba saatnya Tuhan akan membuat Muder Jenderal tahu bahwa Tuhan sungguh meminta agar aku meninggalkan Kongregasi ini. Dengan demikian, masalah ini dibekukan untuk sementara.

No comments:

Post a Comment

MARI MEMBACA BUKU HARIAN SANTA FAUSTINA (BHSF)

 Shalom...