Monday, February 27, 2023

BHSF 1451 - 1500

 (1451) Aku mengakhiri tahun lama dengan penderitaan dan memulai tahun baru juga dengan penderitaan. Dua hari sebelum tahun baru, aku harus terbaring sakit. Aku merasa kesehataku sangat buruk, dan batuk berat melemahkan diriku. Di samping itu, rasa sakit yang terus-menerus di dalam ususku telah membuat aku kehabisan tenaga. Memang aku tidak dapat menggabungkan diri dalam doa komunitas, tetapi secara rohani aku mempersatukan diri dengan seluruh Kongregasi. Ketika para suster bangun pada pukul sebelas malam untuk berjaga dan menyongsong tahun baru, aku harus terkapar kesakitan dalam sakratulmat mulai senja hari sampai tengah malam. Aku menyatukan penderitaanku dengan doa-doa para suster yang sedang berjaga di kapel dan memohon ampun kepada Allah untuk segala penghinaan yang dilakukan orang-orang berdosa.

(1452) Ketika jam berdentang dua belas kali, jiwaku membenamkan diri semakin khusyuk dalam permenungan, dan aku mendengar suatu suara di dalam jiwaku, “Jangan takut, Putri kecil-Ku, engkau tidak sendirian. Bertempurlah dengan berani sebab lengan-Ku menopangmu; bertempurlah untuk keselamatan jiwa-jiwa, sambil mendorong mereka untuk mengandalkan kerahiman-Ku sebab inilah tugasmu dalam hidup ini dan dalam hidup yang akan datang.” Sesudah kata-kata ini, aku menerima pemahaman yang lebih jelas tentang Kerahiman ilahi. Hanya jiwa yang memang menghendaki hukuman akan dihukum. Sebab Allah tidak ingin menghukum seorang pun.
(1453) Hari ini adalah Pesta Tahun Baru. Pagi hari, aku merasa kesehatanku begitu buruk sehingga aku hampir tidak mampu pergi ke Kamar Sakit untuk menyambut komuni kudus. AKu tidak dapat mengikuti misa karena aku merasa sakitku sedemikian parah, dan aku melakukan syukurku di tempat tidur juga. Aku sangat ingin mengikuti misa dan kemudian mengaku dosa kepada Pastor Andrasz, tetapi kesehatanku begitu buruk sehingga aku tidak dapat, baik mengikuti misa maupun mengaku dosa. Karena hal ini, jiwaku sangat menderita. Sesudah makan pagi, suster yang bertugas di Kamar Sakit datang dan bertanya, “Suster, mengapa engkau tidak ikut misa?” Aku menjawab bahwa aku tidak mampu. Ia menggelengkan kepala dengan sinis dan berkata, “Hari ini adalah Pesta yang sedemikian besar, dan engkau malah tidak ikut misa!” Lalu, ia meninggalkan kamarku.
            Sesudah dua hari aku terbaring di tempat tidur, terkapar kesakitan, dan ia tidak mengunjungi aku; dan ketika datang, pada hari ketiga, ia bahkan tidak bertanya apakah aku dapat bangun; malah ia bertanya dengan gusar, mengapa aku tidak bangun untuk misa. Ketika aku sendirian, aku berusaha bangun, tetapi aku dicekam kembali oleh rasa sakit, dan karena itu aku tetap terbaring di tempat tidur dengan hati nurani yang tenang. Tetapi, hatiku memiliki banyak hal untuk dipersembahkan kepada Tuhan; maka secara rohani, aku memadukan diri dengan Tuhan selama misa kedua. Sesudah misa kedua, Suster Kamar Sakit kembali kepadaku, tetapi kali ini dalam kapasitasnya sebagai Suster Kamar Sakit; ia membawa sebuah termometer. Tetapi, aku tidak demam, padahal aku sungguh-sungguh sakit keras dan tidak mampu bangun. Maka keluarlah khotbah lain untuk mengajar aku agar tidak menyerah kepada penyakit. AKu menjawab kepadanya bahwa di sini yang dianggap sakit serius hanyalah kalau orang berada dalam sakratulmaut. Tetapi, ketika melihat bahwa ia siap memberikan kuliah, aku menjawab bahwa untuk saat ini aku tidak membutuhkan dorongan untuk menjadi lebih bersemangat. Maka, sekali lagi, aku tinggal sendirian di dalam kamarku.
            Hatiku tercabik-cabik karena dukacita dan kepahitan melanda jiwaku. Maka, aku mengulangi kata-kata ini, “Selamat datang, Tahun Baru; selamat datang, piala kepahitan.” Yesusku, hatiku mendambakan Dikau. Tetapi, beratnya sakitku menghalangi aku sehingga aku tidak dapat berpartisipasi secara ragawi dalam kebaktian komunitas, dan aku dianggap malas. Penderitaanku semakin menjadi-jadi. Sesudah makan siang, Muder Superior menjenguk aku sejenak, tetapi ia segera pergi. Aku bermaksud minta agar Pastor Andrasz datang ke kamarku untuk mendengarkan pengakuan dosaku, tetapi aku mengurungkan niat untuk mengajukan permintaan itu karena dua alasan: pertama, aku tidak mau memberikan kesempatan kepada para suster untuk mengerutu, seperti terjadi di atas sehubungan dengan misa kudus; dan kedua, aku sendiri tidak mampu melakukan pengakuan dosa karena aku merasa bahwa aku akan menangis seperti seorang anak kecil. Sesaat kemudian, salah seorang suster datang menjenguk, dan ia pun mengomeli aku, “Ada susu dan mentega di oven, Suster; mengapa engkau tidak minum?” Aku menjawab bahwa tidak seorang pun mengambilkannya untuk aku.
(1454) Ketika malam tiba, penderitaan fisikku meningkat, dipadu dengan penderitaan-penderitaan batin. Itu malam yang penuh penderitaan. Keheningan malam yang luar biasa memungkinkan aku menderita dengan leluasa. Tubuhku terentang di kayu salib. Sampai pukul sebelas, tubuhku menderita karena sakit yang luar biasa. Dalam roh, aku pergi ke tabernakel dan membuka sibori, dan diam-diam seluruh air mataku tertumpah ke dalam Hati Dia, satu-satunya yang tahu merasakan rasa sakit dan penderitaan. Aku merasakan manisnya penderitaan, dan jiwaku mulai merindukan sakratulmaut yang manis ini, yang tidak akan kutukar dengan segala harta dunia sekalipun. Tuhan memberi aku kekuatan roh dan kasih terhadap orang-orang yang mendatangkan penderitaan ini. Inilah hari pertama tahun baru.
(1455) Pada hari ini, aku juga merasakan doa dari suatu jiwa yang indah yang sedang mendoakan aku dan, dalam roh, ia memberikan berkatnya kepadaku sebagai imam. Aku menanggapinya dengan doaku yang bernyala-nyala.
(1456) O Tuhan yang mahabaik, betapa maharahimlah Engkau! Engkau menghakimi setiap orang menurut situasi hati nuraninya, dan tidak menurut apa kata orang. Rohku bersukacita dan semakin lama semakin banyak menyerap kebijaksanaan-Mu, yang semakin hari semakin aku pahami dengan lebih jelas. Bagiku, luasnya kerahiman-Mu semakin hari menjadi semakin nyata. O Yesusku, buah dari semua pengetahuan ini bagi jiwaku adalah: aku diubah menjadi suatu nyala kasih kepada-Mu, Allahku.
(1457) 2 Januari 1938. Hari ini, sementara aku menyiapkan diri untuk menyambut komuni kudus, Yesus memintaku supaya menulis lebih banyak; tidak hanya tentang rahmat yang Ia berikan kepadaku, tetapi juga tentang masalah-masalah lahiriah; semua ini demi penghiburan banyak jiwa.
(1458) Sesudah malam yang penuh penderitaan ini, imam memasuki kamarku bersama Tuhan Yesus. Ketika itu, suatu sukacita yang luar biasa memenuhi seluruh diriku sehingga aku merasa bahwa seandainya imam itu sedikit berlambat, Yesus sendiri akan melompat dari tangannya dan datang kepadaku.
(1459) Sesudah komuni kudus Tuhan berkata kepadaku, “Seandainya imam tidak membawa Aku kepadamu, Aku akan datang sendiri dalam rupa yang sama. Putri-Ku, semua penderitaanmu malam ini memperoleh rahmat kerahiman untuk jiwa-jiwa dalam jumlah yang luar biasa banyaknya.”
(1460) “Putri-Ku, ada sesuatu untuk Kukatakan kepadamu.” Aku menjawab, “Berkatalah, ya Yesus, sebab aku haus akan kata-kata-Mu.” “Sangatlah tidak menyenangkan hati-Ku bahwa karena para suster menggerutu, engkau tidak minta agar Pastor Andrasz datang ke kamarmu untuk mendengarkan pengakuan dosamu. Camkanlah bahwa karena hal ini, engkau memberi mereka alasan yang bahkan lebih besar untuk menggerutu.” Dengan amat rendah hati, aku minta ampun kepada Tuhan. O Guruku, tegurlah aku; jangan membiarkan apa pun yang salah padaku, dan jangan biarkan aku sesat.
(1461) O Yesusku, ketika orang salah paham mengenai aku dan jiwaku sangat menderita, aku ingin tinggal sendirian sejenak bersama Engkau. Kata-kata ciptaan yang dapat mati tidak memberiku penghiburan. O Tuhan, jangan mengutus kepadaku duta-duta yang hanya berbicara untuk dirinya sendiri dan hanya mengatakan apa yang didiktekan oleh kodrat mereka sendiri. Penghiburan seperti itu membuatku amat letih.
(1462) 6 Januari 1938. Hari ini, ketika imam biara membawa Tuhan Yesus, suatu cahaya keluar dari Hosti; cahaya itu menembus hatiku dan memenuhi aku dengan api kasih yang berkobar-kobar. Yesus sedang menunjukkan kepadaku bahwa aku harus menjawab ilham-ilham rahmat-Nya dengan kesetiaan yang lebih besar, dan bahwa aku harus lebih waspada.
(1463) Tuhan juga memperlihatkan kepadaku bahwa banyak uskup sedang mempertimbangkan pesta itu (Pesta Kerahiman Ilahi); juga seorang awam. Sejumlah dari mereka sangat antusias mengenai karya Allah ini, sementara yang lain memandangnya dengan kurang percaya; kendati semua itu, karya Allah sungguh dimuliakan. Muder Irena dan Muder Maria Josefa sedang memberikan semacam laporan kepada para petinggi Gereja, tetapi mereka dicecar pertanyaan, tidak pertama-tama tentang karya itu, tetapi tentang diriku. Sehubungan dengan karya itu sendiri, sama sekali tidak ada keragu-raguan karena kemuliaan Allah sudah bergema.
(1464) Hari ini, aku merasa jauh lebih sehat. Aku bersukacita bahwa aku akan dapat bermeditasi lebih khusyuk selama Jam Kudus. Kemudian, aku mendengar suara, “Kesehatanmu tidak akan sungguh-sungguh pulih. Jangan mengabaikan Sakramen Rekonsiliasi sebab hal ini tidak menyenangkan hati-Ku. Jangan terlalu memperhatikan gerutu orang-orang di sekelilingmu.” Suara ini mengherankan aku karena hari ini aku merasa lebih sehat, tetapi aku tidak begitu memperhatikannya. Ketika suster mematikan lampu, aku mulai melaksanakan Jam Kudus. Tetapi, sesaat kemudian, terasa olehku bahwa ada yang tidak beres dengan jantungku. Dalam keheningan, aku menderita sampai pukul sebelas. Kemudian, aku merasakan kesehatanku menjadi begitu buruk sehingga aku membangunkan Suster N, yang tinggal sekamar denganku. Ia memberi aku beberapa tetes untuk diminum, yang membuatku sedikit lega sehingga aku dapat berbaring. Kini aku memahami peringatan Tuhan. Aku memutuskan untuk memanggil imam siapa pun, pada hari berikutnya, dan untuk membeberkan rahasia-rahasia jiwaku kepadanya. Tetapi, tidak semua kubeberkan sebab sementara aku berdoa bagi orang-orang berdosa dan mempersembahkan semua penderitaanku bagi mereka, aku mengalami serangan dari pihak setan.
(1465) Ia menampakkan diri dalam suatu wujud menakutkan dan berkata kepadaku, “Jangan berdoa untuk orang-orang berdosa, tetapi untuk dirimu sendiri karena engkau akan dihukum.” Tanpa memperhatikan si setan, aku terus berdoa dengan menggandakan kepedulianku bagi orang-orang berdosa. Roh jahat itu berteriak dengan ganas, “Oh, seandainya aku punya kuasa atas engkau!” Lalu ia menghilang. Aku melihat bahwa penderitaan dan doa-doaku telah membelenggu setan dan merenggut banyak jiwa dari genggamannya.
(1466) Yesus, Pencipta keselamatan manusia, tariklah semua jiwa kepada kerahiman ilahi. Semoga keagungan kerahiman-Mu dimuliakan di bumi dan di alam abadi. O Pencipta jiwa yang agung, dalam kemurahan-Mu yang tanpa batas, Engkau membuka sumber-sumber kerahiman yang menyelamatkan sehingga jiwa-jiwa yang rapuh dapat dikuatkan dalam penziarahan hidup ini. Kerahiman-Mu membentang di sepanjang hayat kami laksana suatu benang emas dan membuat hubungan kami dengan Allah tetap tertata rapi. Allah tidak membutuhkan suatu pun untuk membuat diri-Nya bahagia; segala sesuatu melilu karya kerahiman-Nya. Indraku dipenuhi dengan sukacita ketika Allah memberiku kesadaran yang lebih mendalam tentang begitu besarnya sifat Allah, yakni kerahiman-Nya yang tak terhingga.
(1467) 7 Januari 1938. Jumat pertama dalam bulan. Pagi ini, dalam misa kudus, selama waktu yang singkat, aku melihat Juru Selamat yang menderita. Yang menyentuh hatiku adalah bahwa Yesus begitu tenang di tengah penderitaan-penderitaan-Nya yang begitu berat. AKu tahu bahwa ini adalah suatu pelajaran bagiku mengenai bagaimana aku harus bersikap di tengah aneka penderitaanku.
(1468) Dalam waktu yang amat singkat, aku merasakan sakit pada tangan, kaki, dan lambungku. Kemudian aku melihat seorang berdosa yang mendapatkan pahala dari penderitaanku lalu menghampiri Tuhan. Semua ini untuk jiwa-jiwa yang kelaparan jangan sampai mereka mati karena kelaparan.
(1469) Hari ini, aku pergi mengaku dosa kepada imam komunitas. Lewat imam ini, Yesus meneguhkan aku. O Bundaku, Gereja Allah, engkau sungguh seorang ibu sejati yang memahami anak-anaknya ...
(1470) Oh, betapa indahnya bahwa Yesus akan menghakimi kita seturut hati nurani kita dan tidak menurut perkataan serta penilaian manusia. O kebaikan yang tak terselami, aku melihat bahwa Engkau penuh kebaikan justru di tindak penghakiman.
(1471) Aku merasa lemah, dan kodratku menuntut istirahat. Tetapi, aku merasakan ilham rahmat yang menyuruh aku tetap bertahan dan terus menulis, menulis untuk memberikan penghiburan kepada jiwa-jiwa, yang sangat kukasihi, dan yang akan berbagi kebahagiaan dengan aku di alam abadi. Aku amat sangat mendambakan kehidupan abadi bagi mereka; itulah sebabnya aku menggunakan seluruh waktu luangku, tidak peduli betapa pun singkatnya, untuk menulis sebagaimana dikehendaki Yesus dariku.
(1472) 8 Januari. Dalam misa kudus, aku sejenak melihat Pastor Sopocko dan menyaksikan betapa Allah sangat dimuliakan lewat usaha-usaha kami berdua. Meskipun saling berjauhan, kami berdua sering bersamaan sebab kami disatukan oleh satu tujuan yang sama.
(1473) O Yesusku, Engkaulah satu-satunya kerinduanku! Hari ini, aku ingin menyambut Engkau dengan hasrat yang lebih besar daripada kapan pun, tetapi justru pada hari ini, jiwaku lebih gersang daripada kapan pun. Imanku bertumbuh semakin kuat, dan dengan demikian buah kedatangan-Mu, ya Tuhan, akan semakin melimpah. Memang seringkali, Engkau datang tanpa menyentuh indraku dan hanya menguasai hidup batinku; tetapi kadang-kadang, semua indraku pun bersukacita atas kedatangan-Mu.
(1474) Sering kali, aku minta kepada Tuhan Yesus akal budi yang diterangi oleh iman. Permintaan ini kuungkapkan kepada Tuhan dalam kata-kata ini, “Yesus, berilah aku akal budi, suatu akal budi yang kuat supaya aku dapat memahami Engkau dengan lebih baik; sebab semakin baik aku mengenal Engkau, semakin berkobarlah kasihku kepada-Mu. Yesus, aku minta akal budi yang tajam sehingga aku dapat memahami masalah-masalah yang ilahi dan luhur. Yesus, berilah aku suatu akal budi yang mendalam, yang akan membuat aku mengerti hakikat ilahi-Mu dan jati diri-Mu sebagai Tritunggal. Berkat rahmat istimewa-Mu, berilah pikiranku kemampuan dan kecerdasan. Memang, aku tahu bahwa ada kemampuan yang kami peroleh lewat rahmat yang diberikan Gereja kepadaku; tetapi masih ada juga suatu harta rahmat yang Engkau berikan kepada kami, o Tuhan, apabila kami memintanya dari-Mu. tetapi, aku mohon kepada-Mu, kalau permintaanku ini tidak berkenan di hati-Mu, janganlah Engkau memberi aku kecenderungan untuk memintanya.”
(1475) Aku berjuang untuk memperoleh kesempurnaan yang paling besar supaya aku bermanfaat bagi Gereja; lebih jauh lagi, supaya kesatuanku dengan Gereja lebih erat. Kekudusan setiap jiwa secara individual memiliki dampak atas seluruh Gereja; demikian pula kejatuhannya ke dalam dosa. Dengan memperhatikan diriku sendiri dan orang-orang yang ada di dekat aku, aku makin mengerti betapa besarnya pengaruhku terhadap jiwa-jiwa lain. Pengaruh itu muncul bukan hanya karena perbuatan-perbuatan yang luar biasa, sebab perbuatan seperti itu sedari hakikatnya sudah sangat mengesankan, tetapi juga karena tindakan-tindakan kecil seperti gerak tangan, pandangan mata, dan banyak hal lain lagi yang terlalu banyak untuk disebut. Menurut pengamatanku, semua ini memiliki pengaruh terhadap jiwa-jiwa dan terpancar dalam jiwa-jiwa.
(1476) Oh, betapa baiknya bahwa peraturan [biara] menuntut silentium yang ketat di kamar tidur dan tidak mengizinkan kami tetap tinggal di sana kecuali kalau memang mutlak perlu. Sekarang ini aku memiliki kamar, tempat kami tidur sekamar berdua. Tetapi, pada waktu aku sakit dan aku harus terbaring di tempat tidur, aku merasakan betapa memberatkan kalau ada orang lain duduk di kamar tidur sepanjang waktu. Suster N memiliki beberapa pekerjaan tangan, dan hampir sepanjang waktu ia duduk di tempat tidur, dan suster yang lain duduk di sana juga untuk mengajarinya bagaimana mengerjakannya. SUlit sekali melukiskan betapa semua ini sangat melelahkan aku, khususnya kalau salah seorang sedang sakit dan harus menjalani malam-malamnya dalam rasa sakit. Setiap kata terasa terus berulang menusuk-nusuk otak, khususnya kalau mata menjadi berat karena kantuk. O peraturan, betapa banyak kasih yang ada dalam dirimu ....
(1477) Dalam Ibadat Sore, ketika Magnificat dilagukan dan sampai pada kata-kata, “Perkasalah perbuatan tangan-Nya,” suatu permenungan roh yang mendalam menyelubungi jiwaku, dan aku paham bahwa Tuhan akan segera menggenapi karya-Nya dalam jiwaku. Kini aku tidak heran bahwa Tuhan tidak lebih dulu membeberkan segala sesuatu kepadaku.
(1478) Mengapa hari ini Engkau sedih, ya Yesus? Katakan kepadaku, siapa yang menyebabkan kesedihan-Mu? Dan Yesus menjawab kepadaku, “Yang menyebabkan kesedihan-Ku adalah jiwa-jiwa terpilih yang tidak memiliki Roh-Ku; mereka hidup menurut huruf dan telah menempatkan huruf di atas Roh-Ku, di atas roh kasih. Aku telah menetapkan seluruh hukum-Ku atas dasar kasih, tetapi Aku tidak melihat kasih, bahkan dalam Kongregasi-kongregasi hidup membiara. Itulah sebabnya Hati-Ku dipenuhi dengan kesedihan.”
(1479) Yesusku, dalam kepahitan dan rasa sakit yang pedih ini, aku masih merasakan kemesraan Hati ilahi-Mu terhadap aku. Laksana seorang ibu yang baik, Engkau mendekapkan aku ke dada-Mu, dan sekarang pun Engkau memperlihatakan kepadaku apa yang tersembunyi di balik selubung.
O Yesusku, dalam kesunyian dan ketakutan yang mengerumuni aku ini, hatiku masih merasakan kehangatan tatapan-Mu, yang tidak dapat dienyahkan dariku oleh badai, karena Engkau memberikan keyakinan tentang kasih-Mu yang agung kepada-Ku, o Allah.
O Yesusku, di tengah kemalangan hidup yang memilukan ini, Engkau bersinar laksana bintang yang melindungi aku dari kehancuran. Dan meskipun begitu besar kemalanganku, aku memiliki kepercayaan yang teguh akan kerahiman-Mu.
O Yesus yang tersembunyi, di tengah banyak pergulatan saat terakhirku, semoga kemahakuasaan rahmat-Mu tercurah atas jiwaku, agar pada saat kematian aku dapat menatap-Mu dan melihat Engkau dari muka ke muka, seperti yang dilakukan oleh orang-orang pilihan di surga.
O Yesusku, di tengah banyak bahaya sekeliling aku, aku menyusuri kehidupan dengan sorak sukacita, kepalaku terangkat dengan bangga, sebab melawan Hati-Mu yang sedemikian penuh dengan kasih, o Yesus, semua musuh akan hancur, semua kegelapan akan sirna.
(1480) Yesus, sembunyikanlah aku dalam kerahiman-Mu dan lindungilah terhadap segala sesuatu yang bisa menggentarkan jiwaku. Jangan biarkan kepercayaanku akan kerahiman-Mu dikecewakan. Lindungilah aku dengan kerahiman-Mu yang mahakuasa, dan hakimilah juga aku dengan lembut.
(1481) Hari ini, dalam misa kudus, aku melihat Bayi Yesus di dekat bangku tempat aku berlutut. Ia tampak berusia sekitar satu tahun, dan Ia minta kugendong. Ketika aku meraih-Nya dengan tanganku, Ia mendekapkan diri ke dadaku dan berkata, “Aku senang sekali berada di dekat hatimu.” “Meskipun Engkau sedemikian kecil, aku tahu bahwa Engkau adalah Allah. Mengapa Engkau menampakkan diri dalam wujud bayi yang begitu kecil untuk bergaul dengan aku?” “Sebab Aku ingin mengajarkan kepadamu sifat kanak-kanak rohani. Aku ingin engkau menjadi sangat kecil sebab kalau engkau kecil, Aku dapat mendekap engkau di dekat Hati-Ku, sama seperti saat ini engkau merengkuh Aku di dekat hatimu.” Saat itu juga aku kembali sendirian. Tetapi, tak seorang pun memahami perasaan jiwaku; aku sedemikian dalam membenamkan diri di dalam Allah, ibarat bunga karang yang dilemparkan ke dalam laut ...
(1482) O Yesusku, Engkau tahu bahwa aku telah terjerembab dalam begitu banyak penderitaan karena mengatakan kebenaran. O Kebenaran, yang begitu sering ditindas, engkau hampir selalu mengenakan mahkota duri! O Kebenaran Kekal, topanglah aku agar aku memiliki keberanian untuk selalu mengatakan kebenaran, juga kalau hal itu akan menyebabkan aku harus membayarnya dengan hidupku. O Yesus, betapa sulitnya dipercaya bahwa ada orang yang pengajarannya lain dari tingkah lakunya.
(1483) Itulah sebabnya, selama retret, sesudah cukup lama mengamati kehidupan, aku memutuskan untuk mengarahkan mataku hanya kepada-Mu, ya Yesus, Engkaulah yang paling sempurna dari semua model yang ada. O Keabadian, engkau akan mengungkap banyak rahasia dan menyatakan kebenaran ...
(1484) O Hosti yang hidup, topanglah aku yang berada di tempat pembuangan ini agar aku setia berjalan mengikuti jejak Juru Selamat. Tuhan, aku tidak minta agar Engkau menurunkan aku dari salib, tetapi aku memohon agar Engkau memberi aku kekuatan untuk tetap teguh di sana. Aku ingin direntangkan di kayu salib seperti Engkau. Yesus, aku ingin merasakan semua siksaan dan rasa sakit yang Engkau derita. Aku ingin minum dari piala kepahitan sampai ampas-ampasnya.
Kebaikan Allah
(1485) O Kerahiman Allah, yang tersembunyi dalam Sakramen Mahakudus, o suara Tuhan yang berbicara kepada kami dari takhta kerahiman, “Datanglah kepada-Ku, kamu semua.”
Percakapan Allah yang Maharahim dengan Jiwa yang Berdosa:
Yesus: Jangan takut akan Juru Selamatmu, hai jiwa yang berdosa. Akulah yang pertama mengayunkan langkah untuk datang kepadamu karena Aku tahu bahwa dari dirimu sendiri engkau tidak mampu beranjak kepada-Ku. Hai anak, jangan lari jauh-jauh dari Bapamu; siaplah untuk berbicara terus terang dengan Allahmu yang maharahim yang ingin mengucapkan kata-kata pengampunan dan melimpahkan rahmat-Nya atas dirimu. Betapa Aku sangat mengasihi jiwamu! Aku telah mengukir namamu pada tangan-Ku; laksana luka yang parah, engkau tergores di dalam hati-Ku.
Jiwa: Tuhan, aku mendengar suaramu memanggil aku untuk berpaling dari jalan dosa, tetapi aku tidak memiliki kekuatan atau keberanian untuk melakukannya.
Yesus: Akulah kekuatanmu! Aku akan menolong engkau dalam perjuangan ini.
Jiwa: Tuhan, aku mengenal kekudusan-Mu, dan aku takut akan Dikau.
Yesus: Anak-Ku, engkau takut akan Allah kerahiman? Kekudusan-Ku tidak menghalangi Aku untuk menjadi maharahim. Camkanlah, hai jiwa, bagimu Aku sudah membangun suatu takhta kerahiman di bumi - yaitu tabernakel - dan dari takhta ini Aku ingin masuk ke dalam hatimu. Aku mengelilingi diri-Ku dengan pengawal dan penjaga. Engkau dapat datang kepada-Ku setiap saat, setiap waktu; Aku ingin berbicara denganmu dan ingin memberikan rahmat kepadamu.
Jiwa: Tuhan, aku ragu-ragu apakah Engkau akan mengampuni dosa-dosaku yang begitu banyak; kepapaanku memenuhi aku dengan kegentaran.
Yesus: Kerahiman-Ku lebih besar daripada dosa-dosa seluruh dunia. Siapa dapat mengukur jangkauan kebaikan-Ku? Demi engkau, Aku turun dari surga ke bumi; demi engkau, Aku membiarkan Hati Kudus-Ku ditikam dengan tombak, dan dengan demikian membuka lebar mata air kerahiman bagimu. Maka, datanglah dengan penuh harapan untuk menimba rahmat dari mata air ini. Aku tidak pernah menolak hati yang remuk redam. Kepapaanmu telah lenyap dalam lubuk kerahiman-Ku. Jangan berbantah dengan Aku mengenai kemalanganmu. Engkau akan menyenangkan Hati-Ku kalau engkau menyerahkan kepada-Ku semua penderitaan dan kepedihanmu. AKu akan melimpahkan khazanaj rahmat-Ku atas dirimu.
Jiwa: O Tuhan, dengan kebaikan-Mu, Engkau telah mengalahkan hatiku yang membatu. Dalam kepercayaan dan kerendahan hati, aku menghampiri sidang kerahiman-Mu, tempat Engkau sendiri membebaskan aku dengan tangan wakil-Mu. O Tuhan, aku merasakan rahmat dan damai-Mu memenuhi jiwaku yang papa. AKu merasa dipenuhi dengan kerahiman-Mu, o Tuhan, Engkau mengampuni aku, lebih dari yang berani kuharapkan atau lebih dari yang dapat kubayangkan. Kebaikan-Mu melampaui segala keinginanku. Dan sekarang, penuh dengan rasa syukur atas rahmat yang sedemikian banyak, aku mengundang Engkau masuk ke dalam hatiku. Aku berkelana, seperti anak pemboros yang hilang; tetapi Engkau tidak berhenti menjadi Bapaku. Tingkatkanlah kerahiman-Mu kepadaku karena Engkau tahu betapa rapuhnya aku.
Yesus: Anak-Ku, jangan lagi berbicara tentang kepapaanmu; semua itu sudah dilupakan. Dengarkanlah, Anak-Ku, apa yang ingin Kukatakan kepadamu. Datanglah lebih dekat kepada luka-luka-Ku dan ambillah dari Mata Air Kehidupan ini apa saja yang diinginkan oleh hatimu. Minumlah sepuas-puasnya dari Mata Air Kehidupan ini dan engkau tidak akan kehausan dalam perjalanan. Pandanglah semarak kerahiman-Ku dan jangan takut akan musuh-musuh keselamatamu. Muliakanlah kerahiman-Ku.
Percakapan Allah yang Maharahim dengan Jiwa yang Putus Asa:
Yesus: O jiwa yang tenggelam dalam kegelapan, jangan putus asa. Tidak segalanya hilang. Datanglah dan percayalah kepada Allahmu; Dia adalah Sang Kasih dan Sang Kerahiman.
Tetapi jiwa itu, yang bahkan tidak mau mendengarkan permintaan ini, terus membenamkan diri dalam kegelapan.
Yesus memanggil lagi; Anak-Ku, dengarkanlah suara Bapamu yang Maharahim.
Dalam jiwa itu muncul jawaban ini, “Bagiku tidak ada kerahiman,” dan jiwa itu terjerumus ke dalam kegelapan yang lebih pekat, suatu keputusasaaan yang merupakan cicipan neraka dan membuat dia tidak mampu menghampiri Allah.
Yesus memanggil jiwa itu untuk ketiga kalinya, tetapi jiwa itu tetap menutup telinga dan mata, ia berkeras hati dan putus asa. Kemudian, kerahiman Allah mulai menyatakan diri, dan, tanpa kerja sama apa pun dari jiwa itu, Allah memberi kepadanya rahmat terakhir. Kalau ini pun dicampakkan, Allah akan meninggalkan jiwa itu terbelenggu dalam cinta diri tersebut sampai selama-lamanya. Rahmat ini muncul dari Hati Yesus yang maharahim dan memberikan kepada jiwa itu suatu terang istimewa, dan dengan itu jiwa mulai memahami usaha-usaha Allah; tetapi pertobatan tergantung pada kemauan jiwa itu sendiri. Jiwa itu mengetahui bahwa baginya, panggilan ini merupakan rahmat terakhir; kalau jiwa itu menunjukkan secercah kehendak baik, maka selebihnya akan digenapi oleh kerahiman Allah.
[Yesus:] Di sini, kerahiman-Ku yang mahakuasa bekerja. Berbahagialah jiwa yang memenfaatkan rahmat ini.
Yesus: Betapa besar sukacita Hati-Ku ketika engkau kembali kepada-Ku. Karena engkau lemah, maka Aku meraih engkau ke dalam pelukan-Ku dan membawamu pulang ke rumah Bapa-Ku.
Jiwa (seolah-olah bangun dari tidur, bertanya dengan gemetar): Mungkinkah masih ada kerahiman bagiku?
Yesus: Justru engkau, Anak-Ku, memiliki hak istimewa atas kerahiman-Ku. Biarlah kerahiman-Ku bekerja dalam jiwamu yang malang; biarlah sinar rahmat masuk ke dalam jiwamu; sinar itu akan membawa serta terang, kehangatan, dan kehidupan.
Jiwa: Tetapi, ketakutan memenuhi hatiku ketika aku membayangkan dosa-dosaku, dan ketakutan yang mengerikan ini membuat aku ragu-ragu akan kebaikan-Mu.
Yesus: Ketahuilah, hai jiwa, luka Hati-Ku yang disebabkan oleh semua dosamu tidak separang luka yang ditimbulkan oleh kurangnya kepercayaanmu sekarang ini, yakni bahwa sesudah begitu banyak usaha yang dilakukan oleh kasih dan kerahiman-Ku, engkau masih meragukan kebaikan-Ku.
Jiwa: O Tuhan, selamatkanlah aku sebab aku binasa. Jadilah Juru Selamatku. O Tuhan, aku tidak mampu mengatakan sesuatu lagi; hatiku yang malang tercabik-cabik; tetapi Engkau, o Tuhan ....
Yesus tidak membiarkan jiwa itu menyelesaikan kata-katanya, tetapi sambil mengangkatnya dari tanah, dari lubuk kepapaannya, Ia menuntunnya masuk ke dalam kediaman Hati-Nya; di sana semua dosanya lenyap dengan seketika, dihanguskan oleh nyala kasih.
Yesus: Hai jiwa, inilah seluruh harta Hati-Ku. Ambillah apa saja yang engkau butuhkan.
Jiwa: O Tuhan, aku merasa dibanjiri dengan rahmat-Mu. AKu merasakan bahwa suatu kehidupan baru kini masuk ke dalam diriku dan, lebih dari segalanya, aku merasakan kasih-Mu di dalam hatiku. Ini sudah cukup bagiku. O Tuhan, sampai selama-lamanya aku akan memuliakan kerahiman-Mu yang mahakuasa. Dikuatkan oleh kebaikan-Mu, aku akan menyerahkan segala dukacita hatiku kepada-Mu.
Yesus: Anak-Ku, katakan segala-galanya kepada-Ku, jangan menyembunyikan suatu pun dari-Ku sebab Hati-Ku yang penuh kasih, Hati Sahabatmu yang paling baik, selalu mendengarkan engkau.
Jiwa: O Tuhan, kini aku melihat segala sikap tak tahu terima kasihku dan melihat juga kebaikan-Mu. Dengan rahmat-Mu, Engkau terus memburu aku, sedangkan aku terus menyia-nyiakan kemurahan Hati-Mu. AKu merasa bahwa sudah sepantasnya aku dijebloskan ke dasar neraka karena aku mencampakkan rahmat-Mu.
Yesus (menyela): Jangan tenggelam dalam kepapaanmu; engkau masih terlalu lemah untuk berbicara mengenai hal itu. Lebih baik, tataplah Hati-Ku yang penuh dengan kebaikan dan penuhilah hatimu dengan perasaan-Ku. Upayakanlah kelembutan dan kerendahan hati; bermurah-hatilah kepada sesama, sebagaimana Aku murah hati kepadamu; dan, apabila engkau mersakan kekuatanmu surut, datanglah ke mata air kerahiman untuk menguatkan jiwamu; maka engkau tidak akan menjadi letih lagi di sepanjang perjalananmu.
Jiwa: Kini aku memahami kerahiman-Mu yang melindungi aku laksana sebuah awan bercahaya dan menuntun aku ke rumah Bapaku, sambil melindungi aku dari kengerian neraka; aku telah jatuh ke sana, bukan hanya satu kali, tetapi ribuan kali. O Tuhan, masa yang kekal pun hampir tidak cukup bagiku untuk memberikan pujian serasi kepada kerahiman dan kemurahan-Mu terhadapku yang sungguh tak terbatas.
Percakapan Allah yang Maharahim dengan Jiwa yang Menderita:
(1487) Yesus: Hai jiwa, AKu melihat engkau sangat menderita dan engkau tidak memiliki bahkan kekuatan untuk bercakap-cakap dengan Aku. Maka Aku sendiri akan berbicara kepadamu, hai jiwa. Meskipun penderitaan-penderitaanmu sangat berat, jangan putus asa atau patah semangat tetapi katakan kepada-Ku, Anak-Ku, siapa yang telah berani melukai hatimu? Katakan segala sesuatu kepada-Ku, bersikaplah tulus dalam berurusan dengan Aku, beberkanlah semua luka hatimu. Aku akan menyembuhkannya, dan penderitaanmu akan menjadi sumber kesucian bagimu.
Jiwa: Tuhan, penderitaan-penderitaanku begitu berat dan begitu banyak; semuanya sudah berlangsung begitu lama sehingga aku menjadi berkecil hati.
Yesus: Anak-Ku, janganlah berkecil hati. Aku tahu kepercayaanmu kepada-Ku tidak terbatas; Aku tahu engkau menyadari kebaikan dan kerahiman-Ku. Marilah kita berbicara secara rinci mengenai segala sesuatu yang membebani hatimu dengan begitu berat.
Jiwa: Ada begitu banyak ragam penderitaan yang menimpaku sehingga aku tidak tahu mana yang harus aku bicarakan lebih dulu, atau bagaimana aku mengungkapkannya.
Yesus: Berbicaralah saja kepada-Ku, seperti seorang sahabat kepada sahabatnya. Sekarang juga katakanlah, Anak-Ku apa yang menghalangi usahamu untuk maju dalam kesucian!?
Jiwa: Kesehatanku yang buruk menghambat aku meniti jalan menuju kesucian. Aku tidak dapat memenuhi tugas-tugasku. Yah, aku seperti barang yang dipermainkan orang. Aku tidak dapat bermati raga atau berpuasa dengan leluasa, seperti dilakukan oleh orang-orang kudus. Lebih dari itu, tidak seorang pun percaya bahwa aku sedang sakit sehingga kepedeihan hati memperberat rasa sakit badani yang sudah membebaniku; dan aku sering direndahkan. Yesus, bagaimana mungkin seseorang menjadi saleh dalam situasi seperti itu?
Yesus: Benar, Anak-Ku, semua itu menyakitkan. Tetapi, tidak ada jalan lain menuju surga kecuali jalan salib. Aku sudah lebih dulu menapaki jalan itu. Engkau harus tahu bahwa itulah jalan yang paling pendek dan paling pasti.
Jiwa: Tuhan, masih ada halangan lain pada jalanku menuju kekudusan. Karena setia kepada-Mu, aku dianiaya dan sangat menderita.
Yesus: Camkanlah karena engkau tidak berasal dari dunia ini, maka dunia membenci engkau. Dunia sudah lebih dulu menganiaya Aku. Penganiayaan adalah tanda bahwa engkau sedang mengikuti jejak-jejak kaki-Ku dengan setia.
Jiwa: Tuhanku, aku juga berkecil hati karena, baik para superior maupun bapak pengakuanku tidak memahami penderitaan-penderitaan batin yang aku alami. Suatu kegelapan menyelubungi pikiranku. Bagaimana aku dapat maju? Semua ini membuat aku berkecil hati sehingga aku tidak dapat mendaki menuju puncak-puncak kesucian.
Yesus: Baiklah, Anak-Ku, kali ini engkau telah mengatakan banyak hal kepada-Ku. AKu tahu betapa sakit rasanya tidak dipahami, khususnya oleh orang-orang yang engkau kasihi dan dengan siapa engkau telah sangat terbuka. Tetapi, cukuplah engkau tahu bahwa Aku memahami segala penderitaan dan kepapaanmu. Aku senang akan besarnya kepercayaanmu kepada wakil-wakil-Ku meskipun ada begitu banyak hambatan. Dari semua ini, belajarlah bahwa tidak seorang pun akan memahami suatu jiwa dengan sepenuhnya - hal ini melampaui kemampuan manusia. Oleh karena itu, Aku selalu tinggal di bumi untuk menghibur hatimu yang pedih dan untuk menguatkan jiwamu sehingga engkau tidak akan jatuh di tengah jalan. Engkau berkata bahwa kegelapan yang pekat menyelubungi pikiranmu. Mengapa, pada saat-saat seperti itu, engkau tidak datang kepada-Ku; Akulah Sang Terang yang dengan seketika dapat mencurahkan ke dalam jiwamu pemahaman yang lebih jelas mengenai kesucian daripada yang dapat engkau temukan dalam buku apa pun? Tidak seorang bapak pengakuan pun mampu mengajar dan menerangi suatu jiwa dengan cara ini.
Ketahuilah juga bahwa kegelapan yang engkau keluhkan sudah lebih dulu Aku alami di Taman Zaitun, ketika jiwa-Ku hancur luluh dalam sakratulmaut yang membuat Aku merasa seperti sudah mati. Aku memberi engkau kesempatan untuk ambil bagian dalam penderitaan-penderitaan itu sebab Aku mengasihi engkau dengan kasih yang istimewa dan Aku bermaksud menempatkan engkau pada kesucian tingkat tinggi di surga. Suatu jiwa yang menderita itu paling dekat dengan Hati-Ku.
Jiwa: Satu hal lagi, Tuhan. Apa yang harus kulakukan kalau aku ditolak dan tidak diacuhkan, khususnya oleh mereka yang semestinya menjadi tumpuanku di saat-saat aku sangat membutuhkan?
Yesus: Anak-Ku, buatlah niat untuk tidak pernah mengandalkan manusia. Percayakanlah dirimu sepenuhnya kepada kehendak-Ku dengan berkata, “Terjadilah pada-Ku, o Allah, bukan seperti yang kukehendaki tetapi seperti yang Kaukehendaki.” Kata-kata ini, kalau diucapkan oleh seseorang dari lubuk hatinya yang paling dalam, dapat mengangkat jiwa ke puncak kesucian dalam waktu yang singkat. Jiwa seperti itu sangat menyenangkan Hati-Ku. Jiwa seperti itu mempersembahkan kemuliaan kepada-Ku. Jiwa seperti itu memenuhi surga dengan aroma keutamaannya. Ketahuilah bahwa kekuatan yang membuat engkau mampu menanggung penderitaan-penderitaan berasal dari seringnya engkau menyambut komuni. Oleh karena itu, sering-seringlah menghampiri sumber kerahiman ini, untuk menimba apa pun yang engkau butuhkan dengan bejana pengharapan.
Jiwa: Terima kasih, Tuhan, atas kebaikan-Mu untuk tinggal bersama kami di tempat pembuangan ini sebagai Allah kerahiman; terima kasih juga karena Engkau telah memberkati kami dengan cahaya kemurahan dan kebaikan-Mu. Lewat sinar kerahiman-Mu inilah aku sekarang memahami betapa Engkau mengasihi aku.
(1488) Percakapan Allah yang Maharahim dengan Jiwa yang Memperjuangkan Kesempurnaan:
Yesus: Aku sangat senang dengan usaha-usahamu, wahai jiwa yang giat mengusahakan kesempurnaan, tetapi begitu sering Aku melihat engkau sedih dan tertekan. Mengapa? Katakan kepada-Ku, Anak-Ku, apa arti kesedihan itu, dan apa sebabnya!?
Jiwa: Tuhan, aku merasa sedih karena meskipun memiliki keputusan-keputusan yang tulus, aku jatuh lagi ke dalam kesalahan-kesalahan yang sama. Pada pagi hari aku membuat niat tetapi pada petang hari aku melihat betapa sering kali aku telah menyimpang darinya.
Yesus: Engkau lihat, Anak-Ku, apakah sesungguhnya dirimu itu. Engkau mengalami kegagalan-kegagalan karena engkau terlalu banyak mengandalkan dirimu sendiri dan terlalu sedikit mengandalkan Aku. Tetapi, janganlah terlalu bersedih karenanya. Engkau berhadapan dengan Allah yang maharahim; di hadapan-Nya kepapaanmu sama sekali tidak ada artinya. Ingatlah, pengampunan yang Kusediakan tidaklah terbatas.
Jiwa: Memang, aku tahu semua itu, tetapi godaan-godaan gencar terus menyerbu aku, dan beragam keragu-raguan berkecamuk dalam diriku. Lebih dari itu, segala sesuatu mengganggu hatiku dan membuat aku berkecil hati.
Yesus: Anak-Ku, ketahuilah bahwa hambatan paling besar untuk kesucian adalah rasa kecil hati dan kecemasan yang berlebihan. Kedua hal ini melumpuhkan kemampuanmu untuk mengamalkan keutamaan. Semua godaan bersama-sama tidak boleh mengacaukan damai yang ada dalam hatimu, bahkan sedetik pun. Kecemasan dan keputusasaan adalah buah dari cinta diri. Janganlah engkau berkecil hati tetapi berjuanglah untuk membuat kasih-Ku meraja di ranah cinta-dirimu. Janganlah berkecil hati, Anak-Ku. Janganlah berputus asa untuk memohon pengampunan karena Aku sellau siap mengampuni engkau. Sesering engkau minta pengampunan, sesering itulah engkau memuliakan kerahiman-Ku.
Jiwa: Aku memahami apa yang lebih sempurna untuk dilakukan, dan apa yang paling menyenangkan hati_mu. Tetapi, aku menghadapi halangan-halangan besar untuk bertindak selaras dengan pemahaman ini.
Yesus: Anak-Ku, kehidupan di bumi ini merupakan suatu pertempuran; suatu pertempuran yang sengit demi kerajaan-Ku. Tetapi, janganlah takut sebab engkau tidak sendirian. Aku selalu menopang engkau; sementara bertempur, bersandarlah pada-Ku dan janganlah takut akan apa pun. Bawalah bejana pengharapan dan timbalah dari sumber kehidupan - bukan hanya untuk engkau sendiri, tetapi juga untuk jiwa-jiwa lain, khususnya jiwa-jiwa yang tidak percaya akan kebaikan-Ku.
Jiwa: Ya Allah, aku merasa hatiku penuh dengan kasih-Mu dan bahwa sinar-sinar kerahiman dan kasih-Mu telah menembus jiwaku. Atas perintah-Mu, Tuhan, aku kini pergi. Aku pergi untuk memenangkan jiwa-jiwa. Ditopang oleh rahmat-Mu, Tuhan, aku siap mengikuti Engkau, tidak hanya ke Tabor, tetapi juga ke Kalvari. Aku ingin menuntun jiwa-jiwa ke mata air kerahiman-Mu sehingga semarak kerahiman-Mu dapat terpantul dalam semua jiwa, dan rumah Bapa kami menjadi penuh sesak. Dan apabila musuh mulai menyerang, aku akan berlindung di balik perisai kerahiman-Mu.
(1499) Percakapan Allah yang Maharahim dengan Jiwa yang Sempurna:
Jiwa: Tuhanku dan Guruku, aku ingin berbicara dengan Engkau.
Yesus: Berbicaralah, Anak-Ku terkasih, sebab Aku selalu mendengarkan. Aku menantikan engkau. Apa yang ingin engkau bicarakan?
Jiwa: Tuhan, pertama-tama perkenankanlah aku menumpahkan isi hatiku pada kaki-Mu dalam ucapan syukur yang harum atas begitu banyak berkat yang Kaulimpahkan atasku; kalaupun aku mau, aku tidak akan mampu menghitungnya. Aku hanya ingat bahwa dalam hidupku ini tidak sedetik pun aku tidak mengalami perlindungan dan kebaikan-Mu.
Yesus: Kata-katamu menyenangkan Hati-Ku, dan ucapan syukurmu membuka harta rahmat yang baru bagimu. Tetapi, Anak-Ku, kita harus berbicara lebih rinci mengenai hal-hal yang ada di dalam hatimu. Marilah kita berbicara empat mata dan dengan terus terang, seperti dua hati yang saling mengasihi.
Jiwa: O Tuhanku yang maharahim, ada rahasia-rahasia dalam hatiku yang tidak diketahui dan tidak pernah akan diketahui oleh seorang pun kecuali oleh-Mu sebab kalaupun aku mau membeberkannya tidak seorang pun akan memahami aku. Wakil-Mu mengetahui sebagian karena aku mengaku dosa kepadanya, tetapi ia hanya mengetahui sedikit dan misteri-misteri yang dapat aku ungkapkan; selebihnya tetap tersimpan bagi kita berdua sampai selama-lamanya, o Tuhanku! Engkau telah menyelubungi aku dengan mantol kerahiman-Mu, dan serentak mengampuni dosa-dosaku. Tidak sekali pun Engkau menahan pengampunan-Mu; Engkau selalu berbelas kasihan kepadaku, Engkau selalu memberikan kepadaku suatu kehidupan rahmat yang baru. Untuk menghilangkan keragu-raguanku, Engkau telah memercayakan aku kepada asuhan Gereja-Mu yang penuh kasih; dialah Bunda yang mesra, yang dalam nama-Mu menyakinkan aku akan kebenaran-kebanaran iman dan memperhatikan masalah-masalah yang kuhadapi. Khususnya dalam Sidang Kerahiman-Mu, jiwaku menjumpai samudra kasih, padahal kepada para malaikat yang memberontak Engkau tidak memberikan waktu sedikit pun untuk menyesal, dan bagi mereka Engkau tidak memperpanjang saat kerahiman. O Tuhanku, Engkau telah menyediakan imam-imam yang suci untuk menunjukkan jalan yang aman kepadaku.
Yesus, ada satu lagi rahasia dalam kehidupanku, rahasia yang paling dalam dan paling mengasyikkan hatiku, yakni Engkau sendiri ketika Engkau datang kepada hatiku dalam rupa roti. Di sini, terhamparlah seluruh rahasia kesucianku. Di sini, hatiku sedemikian bersatu dengan hati-Mu seolah-olah hanya satu hati. Di sini, tidak ada lagi rahasia sebab semua yang Engkau miliki menjadi milikku, dan semua yang aku miliki menjadi milik-Mu. Begitulah kemahakuasaan dan mukjizat kerahiman-Mu. Semua lidah manusia dan lidah malaikat bersama-sama tidak mampu menemukan kata-kata yang memadai untuk mengungkapkan misteri kasih dan kerahiman-Mu ini.
Setiap kali aku merenungkan misteri ini, hatiku tenggelam dalam suatu ekstase kasih. Dalam keheningan, aku menyatakan segala sesuatu kepada-Mu, Tuhan, sebab bahasa kasih tidak memerlukan kata-kata; tidak satu denyut jantungku pun lolos dari-Mu. O Tuhan, begitu besar kerelaan-Mu sehingga Engkau berkenan turun kepadaku, dan besarnya kerelaan itu membangkitkan dalam jiwaku kasih yang semakin besar akan Dikau, satu-satunya sasaran cintaku. Kesatuan hidup menjadi nyata dalam kemurnian yang sempurna, dalam kerendahan hati yang tulus, dalam keheningan yang lembut, dan dalam gairah yang bernyala-nyala demi keselamatan jiwa-jiwa.
O Tuhanku yang paling manis, ketika hatiku terombang-ambing di antara dua hal, setiap saat Engkau mengawasi aku dan mengilhami aku bagaimana aku harus bertindak dalam situasi itu. Sering kali, Engkau sendiri campur tangan dalam mengambil keputusan yang sulit. Tidak terbilang banyaknya, lewat pencerahan yang tiba-tiba, Engkau membuat aku mengetahui apa yang lebih menyenangkan Hati-Mu.
Oh, betapa banyaknya contoh pengampunan yang tidak diketahui oleh seorang pun. Betapa seringnya Engkau mencurahkan ke dalam jiwaku keberanian dan ketabahan untuk terus maju. Engkau sendirilah yang menyingkirkan halangan-halangan dari jalanku, dengan campur tangan secara langsung dalam tindakan-tindakan manusia. O Yesus, segala sesuatu yang telah kukatakan kepada-Mu hanyalah bayangan suram dari apa yang terjadi di dalam hatiku. O Yesusku, betapa berkobar-kobarnya keinginanku agar orang-orang berdosa bertobat! Engkau tahu apa yang kulakukan untuk memenangkan mereka bagi-Mu. Setiap pelanggaran terhadap ketetapan-Mu menggoreskan luka yang dalam di hatiku. Dalam membela kerajaan-Mu, aku tidak menghemat entah kekuatanku, entah kesehatanku, entah kehidupanku sendiri. Memang usaha-usahaku tetap tidak terlihat di bumi. Tetapi, semua itu sungguh berharga dalam pandangan-Mu.
O Yesus, aku ingin membawa jiwa-jiwa ke mata air kerahiman-Mu agar dengan bejana pengharapan mereka menimba air kehidupan yang menyegarkan. Jiwa yang sungguh merindukan kerahiman Allah hendaknya menghampiri Allah dengan pengharapan yang lebih besar; dan kalau pengharapannya akan Allah menjadi tidak terbatas, maka kerahiman Allah kepadanya juga akan menjadi tidak terbatas. Ya Allahku, Engkau mengetahui setiap detak jantungku, Engkau mengetahui betapa besarnya hasratku agar semua hati berdenyut hanya demi Engkau, agar setiap jiwa memuliakan keagungan kerahiman-Mu.
Yesus: Anak-Ku yang terkasih, kesukaan Hati-Ku, kata-katamu lebih merdu dan lebih menyenangkan Hati-Ku daripada paduan suara para malaikat. Semua harta Hati-Ku terbuka bagimu. Ambillah dari Hati-Ku ini semua yang engkau perlukan untuk dirimu sendiri dan untuk seluruh dunia. Demi kasihmu, Aku membatalkan semua hukuman adil yang mestinya diterima oleh umat manusia. Satu ulah kasih yang murni lebih menyenangkan Hati-Ku daripada seribu doa yang tidak sempurna. Satu keluh kesah karena cinta menyilih banyak pelanggaran yang ditimpakan kepada-Ku oleh orang-orang yang tidak beriman. Keutamaan yang paling kecil pun memiliki nilai yang tak terbatas dalam pandangan-Ku karena cintamu yang besar akan Daku. Dalam jiwa yang menghayati cinta-Ku, Aku sendiri meraja seperti di surga. Siang dan malam Aku menjaganya. Di dalamnya, aku menemukan kebahagiaan; telinga-Ku terbuka lebar untuk mendengarkan setiap permintaan hatinya; sering kali Aku sudah memberikan sebelum Ia memintanya. O Anak-Ku, yang sangat Kusayangi, biji mata-Ku, beristirahatlah sejenak di dekat Hati-Ku dan kecaplah manisnya cinta yang akan membahagiakan engkau untuk selama-lamanya.
Tetapi, Anak-Ku, engkau belum sampai di tanah airmu; maka, dengan dikuatkan oleh rahmat-Ku, berjalanlah dan bertempurlah demi kerajaan-Ku dalam jiwa-jiwa manusia; bertempurlah dengan gigih seperti yang dilakukan oleh seorang anak raja; dan ingatlah bahwa hari-hari pembuanganmu akan segera berakhir, dan bersama itu akan tiba kesempatan untuk menikmati pahala surha. Aku mengharapkan darimu, Anak-Ku, agar supaya engkau dapat menjawab panggilan-Ku dengan pantas, terimalah Aku setiap hari dalam komuni kudus. Ia akan memberi kekuatan kepadamu ...
Yesus, jangan meninggalkan aku sendirian di tengah penderitaan. Engkau tahu, Tuhan, betapa lemahnya aku ini. Aku adalah suatu jurang yang penuh kejahatan, aku ini sungguh suatu kehampaan; karena itu, tidaklah aneh kalau Engkau meninggalkan aku sendirian dan aku jatuh! Aku ini seorang bayi, ya Tuhan, sehingga aku tidak dapat mengurus diriku sendiri. Tetapi, melampaui segala kesendirian ini, aku percaya, dan di tengah semua kegelisahanku, aku berharap; maka aku sepenuhnya diubah menjadi insan yang penuh pengharapan - meskipun sering kali dirundung kegelisahan. Jangan mengurangi satu pun dari penderitaan-penderitaanku, tetapi berilah saja aku kekuatan untuk menanggungnya. Berbuatlah terhadap aku menurut apa yang berkenan di Hati-Mu, Tuhan, tetapi berilah aku rahmat agar aku mampu mencintai Engkau dalam setiap kesempatan dan situasi. Tuhan, jangan mengurangi piala kepahitanku, tetapi berilah aku kekuatan agar aku mampu meminumnya sampai tuntas.
O Tuhan, kadang-kadang Engkau mengangkat aku supaya aku menikmati penglihatan-penglihatan yang indah; tetapi, kemudian sekali lagi Engkau membenamkan aku ke dalam kegelapan malam dan jurang kehampaan sehingga jiwaku merasa seolah-olah sendirian di tengan padang gurun. Tetapi, di atas semuanya, aku mengandalkan Dikau, ya Yesus, karena Engkau tidak berubah. Gairah hatiku berubah-ubah, tetapi Engkau selalu sama, penuh dengan kerahiman.
(1490) Yesus, sumber kehidupan, kuduskanlah aku. O Kekuatanku, kuatkanlah aku. O Panglimanku, bertempurlah bagiku. O satu-satunya Terang jiwaku, terangilah aku. O Guruku, bimbinglah aku. Aku menyerahkan diriku kepada-Mu sebagai seorang anak kecil menyerahkan diri kepada kasih sayang ibunya. Kalaupun segala sesuatu bersekongkol melakwan aku, dan meskipun tanah di bawah kakiku terbelah, di dekat Hati-Mu aku akan tetap merasakan damai. Bagiku, Engkau akan selalu menjadi seorang ibu yang paling penuh kasih, bahkan Engkau melampaui semua ibu. Dengan keheninganku, aku akan melambungkan madah penderitaanku, dan Engkau akan memahami aku melampaui apa pun yang aku ungkapkan ...
(1491) Hari ini, Tuhan mengunjungi aku dan berkata, “Putri-Ku, jangan takut akan apa yang akan menimpa engkau. Aku tidak akan menimpakan suatu pun melampaui kekuatanmu. Engkau mengetahui kekuatan rahmat-Ku; kiranya itu sudah cuku.” Seudah kata-kata itu, Tuhan memberi aku pemahaman yang lebih gamblang tentang karya rahmat-Nya.
(1492) Sebelum komuni kudus, Yesus menasihati aku agar aku sama sekali tidak menghiraukan apa yang akan dikatakan oleh suster tertentu sebab kelicikan dan kejahatannya tidak menyenangkan Hati-Nya. “Putri-Ku, jangan berbicara dengan orang ini, baik mengenai pandangan maupun mengenai pendapat-pendapatmu.” Aku memohon ampun dari Tuhan atas apa yang tidak menyenangkan Tuhan dalam jiwa itu, dan aku mohon agar Tuhan menguatkan aku dengan rahmat-Nya apabila suster itu datang untuk berbicara dengan aku lagi. Ia telah menanyai aku mengenai banyak hal, yang semuanya kujawab dengan cinta persaudaraan; dan sebagai bukti bahwa aku berbicara dengannya dari lubuk hatiku, aku telah memberitahukan kepadanya sejumlah hal yang muncul dari pengalamanku sendiri. Tetapi, maksud hatinya sungguh sangat berbeda dari kata-kata yang keluar lewat bibirnya, lain di hati lain di bibir ....
(1493) O Yesusku, sejak saat aku menyerahkan diri sepenuhnya kepada-Mu, aku tidak lagi memikirkan apa pun untuk diriku sendiri. Engkau dapat bertindak terhadap aku menurut apa yang berkenan di Hati-Mu. Hanya satu hal yang aku pikirkan, yakni apa yang Kauinginkan; apa yang dapat kulakukan, ya Tuhan, untuk menyenangkan Hati-Mu. Setiap kesempatan kucermati dan kuperhatikan. Tidak menjadi masalah kalau dalam masalah ini aku dinilai salah ...
(1494) 15 Januari 1938. Hari ini, ketika suster yang dimaksud Tuhan datang mengunjungi aku, aku mempersenjatai diri secara rohani untuk bertempur. Memang, ini menuntut banyak pengurbanan; tetapi aku tidak bergerak sedikit pun dari apa yang telah diperintahkan Tuhan. Namun, ketika satu jam sudah berlalu, dan suster itu tidak menunjukkan tanda-tanda akan pergi, secara batin aku memanggil Yesus untuk menolong. Kemudian, aku mendengar suara dalam jiwaku yang berkata, “Jangan takut, Saat ini, Aku menjaga engkau dan akan membantu engkau. Dalam sekejap, dan seterusnya, engkau akan merasa mudah untuk melanjutkan percakapan.” Dan pada saat itu juga dua orang suster lain masuk, dan kemudian percakapan menjadi jauh lebih menyenangkan meskipun masih makan waktu setengah jam lagi.
(1495) Oh, betapa baiknya memanggil Yesus untuk minta pertolongan pada saat kita melangsungkan suatu percakapan. Oh, betapa baiknya, pada saat kedamaian, memohon rahmat untuk mampu menghadapi masalah. Aku paling takut menghadapi percakapan yang tampaknya konfidensial seperti ini; pada saat-saat seperti ini, aku sangat memerlukan terang ilahi agar dapat berbicara dengan penuh manfaat, baik bagi jiwa orang lain maupun bagi jiwaku sendiri. Tetapi, Allah pasti datang menolong, asal kita meminta pertolongan-Nya. Hendaknya tidak seorang pun terlalu mengandalkan dirinya sendiri.
(1496) 17 Januari 1938. Hari ini, sejak pagi-pagi buta, jiwaku telah diliputi kegelapan. Aku tidak dapat mengangkat diri kepada Yesus, dan aku merasa seolah-olah sudah ditinggalkan oleh-Nya. tetapi, aku tidak mau berpaling kepada ciptaan untuk mencari terang sebab aku tahu bahwa mereka tidak akan mampu menerangi aku kalau Yesus menghendaki aku tetap berada dalam kegelapan. Aku berserah kepada kehendak dan sengsara-Nya yang kudus. Tetapi, semakin lama pergulatanku menjadi semakin berat. Dalam Ibadat Sore, aku ingin memadukan diri dengan para suster lewat doa. Ketika Ibadat Sore tiba, dalam pikiranku aku pergi ke kapel, tetapi rohku tenggelam dalam kegelapan yang bahkan semakin pekat.
(1497) Aku sungguh-sungguh berkecil hati. Kemudian, aku mendengar suara setan, “Lihatlah, betapa segala sesuatu yang diberikan Yesus kepadamu serba bertentangan: Ia menyuruh engkau mendirikan suatu biara, dan kemudian Ia membuat engkau sakit; Ia menyuruh engkau untuk mempersiapkan penetapan Pesta Kerahiman Ilahi, sedangkan seluruh dunia tidak menghendaki pesta seperti itu. Mengapa engkau berdoa demi adanya pesta seperti ini? Pesta ini sama sekali tidak cocok.” Jiwaku tetap tinggal diam. Lewat doa mohon kehendak yang kuat, aku terus berdoa tanpa masuk ke dalam percakapan dengan roh kegelapan. Tetapi, rasa jijik yang luar biasa terhadap kehidupan menguasai diriku sehingga aku harus memohon kehendak yang kuat untuk terus hidup ....
Sekali lagi, aku mendengarkan suara si penggoda, “Mintalah kematian untuk dirimu sendiri, besok sesudah komuni kudus. Allah akan mendengarkan engkau karena selama ini Ia sudah begitu sering mendengarkan engkau dan sudah memberi kepadamu apa yang engkau minta.” Aku tetap tinggal diam. Lewat doa mohon kehendak yang kuat, aku terus berdoa; atau lebih tepat, aku menyerahkan diri kepada Allah, sambil memohon kepada-Nya dalam hati agar pada saat ini Ia tidak meninggalkan aku. Hari sudah pukul sebelas malam, dan suasana di sekelilingku sunyi senyap. Para suster sudah tidur di kamar masing-masing, dan sendirian jiwaku bergulat dengan godaan yang berat.
Si penggoda melanjutkan serangannya, “Mengapa engkau harus peduli dengan jiwa-jiwa lain” Engkau harus berdoa hanya untuk dirimu sendiri. Mengenai orang-orang berdosa, tanpa doa-doamu pun mereka akan dipertobatkan. Aku melihat bahwa pada saat ini engkau sangat menderita. Aku mau memberimu sebuah nasihat yang akan menjadi pangkal kebahagiaanmu: jangan pernah berbicara mengenai kerahiman Allah; terlebih, jangan mendorong orang-orang berdosa untuk percaya akan kerahiman Allah sebab mereka harus menerima hukuman yang adil. Hal lain yang sangat penting: jangan mengatakan kepada bapak-bapak pengakuanmu, khususnya bapak pengakuan dan imam yang luar biasa di Vilnius itu, apa yang terjadi dalam jiwamu. Aku mengenal mereka; aku tahu siapa mereka, dan mereka itu aku mengingatkan engkau untuk berhati-hati terhadap mereka. Engkau tahu, untuk menjadi seorang biarawati yang baik, cukuplah hidup sama seperti yang lain. Mengapa engkau mau menanggung begitu banyak kesulitan?”
(1498) Aku tetap tinggal diam. Lewat doa mohon kehendak yang kuat, aku tetap tinggal di dalam Allah meskipun suatu rintihan sempat lolos dari hatiku. Akhirnya, si penggoda itu pergi dan aku, yang sudah kehabisan tenaga, seketika itu juga tertidur. Pagi hari, sesudah komuni kudus, aku langsung pergi ke kamarku dan sambil bersujud aku membarui penyerahn diri dalam segala hal kepada kehendak Allah. “Yesus, aku mohon kepada-Mu, berilah aku kekuatan untuk bertempur. Terjadilah padaku menurut kehendak-Mu yang teramat kudus. Jiwaku sungguh terpikat oleh kehendak-Mu yang teramat kudus.”
(1499) Pada saat itu, aku melihat Yesus yang berkata, “Aku senang dengan apa yang sedang engkau lakukan. Engkau dapat terus menikmati damai kalau, dalam kaitan dengan karya kerahiman ini, engkau selalu berusaha dengan sebaik-baiknya. Berusahalah sungguh-sungguh untuk bersikap sejujur mungkin terhadap bapak pengakuanmu. Dengan menggodamu, setan tidak memperoleh apa pun sebab engkau tidak masuk ke dalam percakapan dengan dia. Teruslah bersikap seperti itu. Hari ini, dengan bertempur sedemikian setia, engkau memberikan kemuliaan yang besar kepada-Ku. Biarlah dikukuhkan dan digoreskan dalam hatimu bahwa Aku selalu menyertaimu, juga kalau engkau tidak merasakan kehadiran-Ku di tengah pertempuranmu.”

(1500) Hari ini, kasih Allah membawaku memasuki dunia yang lain. Aku tenggelam di dalam cinta; aku meluapkan cinta dan aku merasakan bahwa aku dicintai, dan semua ini kualami dengan penuh kesadaran. Sambil menyadari kemuliaan Allah yang agung dan kekecilanku sendiri, jiwaku terbenam di dalam Tuhan; tetapi lewat pengetahuan, ini kebahagiaanku meningkat. ...Kesadaran ini sedemikian nyata di dalam jiwaku sedemikian kuat dan sekaligus sedemikian lembut.

No comments:

Post a Comment

MARI MEMBACA BUKU HARIAN SANTA FAUSTINA (BHSF)

 Shalom...