Monday, February 27, 2023

BHSF 901 - 950

 (901) Ada seseorang yang menguji kesabaranku. Aku harus membuang banyak waktu untuk dia. Apabila aku berbicara dengan dia, aku merasa bahwa ia membual, dan ini terus menerus terjadi. Ia menceritakan kepadaku hal-hal yang terjadi jauh di tempat lain, yang tidak dapat aku buktikan kebenarannya. Karena itu, ia dapat lolos dengan kebohongannya. Tetapi dalam hati aku yakin bahwa tidak ada kebenaran dalam apa yang ia katakan. Pernah aku merasa bimbang, jangan-jangan aku salah dan ia mengatakan kebenaran; maka aku minta kepada Tuhan Yesus untuk memberi aku tanda berikut: kalau ia sungguh berbohong, biarlah ia sendiri menyatakan kepadaku bahwa ia telah berbohong mengenai sesuatu hal yang aku yakini bahwa ia sudah berbohong. Dan kalau ia mengatakan kebenaran, biarlah Tuhan Yesus mengambil keyakinan itu dariku bahwa ia bohong. Sesaat kemudian, ia datang lagi kepadaku dan berkata, “Suster, aku minta ampunmu karena aku telah berbohong mengenai ini dan itu.” Dengan demikian, aku tahu bahwa terang batinku mengenai orang itu tidak menyesatkan aku.

(902) 29 Januari 1937. Hari ini, aku tidur terlalu lama. Kalau saja aku tidur sedikit lebih lama lagi, aku akan terlambat untuk menyambut komuni kudus karena kapel agak jauh dari paviliun kami. Ketika aku keluar kamar, salju sudah setinggi lutut. Tetapi sebelum aku berpikir bahwa dokter tentu akan melarang aku keluar dalam suasana bersalju seperti itu, aku sudah sampai pada Tuhan di kapel. Aku menerima komuni kudus dan kembali dengan cepat sekali. Aku mendengar kata-kata di dalam jiwaku, “Putri-Ku, beristirahatlah di dekat Hati-Ku. Aku tahu semua usahamu.” Jiwaku lebih bersukacita ketika aku berada di dekat Hati Allahku.
30 Januari 1937. Retret Satu Hari
(903) Aku berusaha agar semakin hari aku makin mengetahui kebesaran Allah dan makin bersukacita di dalam Dia. Terus menerus aku tinggal bersama Dia di dalam lubuk hatiku. Dalam jiwaku sendirilah aku paling mudah menemukan Allah.
(904) Dalam meditasiku, aku mendengar kata-kata ini, “Putri-Ku, dengan sabar menyerahkan diri kepada kehendak-Ku, engkau memberi-Ku kemuliaan yang paling besar, dan engkau memperoleh bagi dirimu sendiri pahala yang lebih besar daripada yang dapat engkau peroleh lewat puasa atau mati raga mana pun. Ketahuilah, Putri-Ku bahwa kalau engkau menundukkan kehendakmu kepada kehendak-Ku, engkau menarik perkenan istimewa-Ku atas dirimu. Pengurbanan ini menyenangkan hati-Ku dan sangat manis rasanya. Aku sangat puas menikmatinya; ada kekuatan di dalamnya.”
(905) Pemeriksaan batin: masih tetap sama, yakni menyatukan diri dengan Kristus yang maharahim. Caranya, lewat keheningan batin dengan mematuhi silentium secara ketat.
(906) Apabila mengalami saat-saat sulit, aku akan mengarahkan tatapan mataku ke Hati Yesus yang tinggal diam, yang terentang di salib; dari letupan nyala Hati-Nya yang maharahim akan mengalir kepadaku daya dan kekuatan untuk terus berjuang.
(907) Adalah hal yang luar biasa [bahwa] pada musim dingin seekor kenari hinggap di jendela kamarku dan berkicau indah selama beberapa waktu. Aku berusaha menyelidiki apakah ada seekor kenari dalam sangkar di sekitar tempat itu, tetapi sama sekali tidak ada, bahkan juga di gedung terdekat. Salah seorang pasien lain juga mendengarnya, tetapi hanya sekali, dan heran bagaimana seekor kenari berkicau di musim dingin seperti ini.
(908) O Yesus, betapa sedihnya hatiku menyaksikan orang-orang berdosa yang malang. Yesus, berilah mereka tobat dan penyesalan. Ingatlah akan sengsara-Mu yang pedih itu. Aku mengenal kerahiman-Mu yang tak terbatas dan aku tidak tahan bahwa suatu jiwa yang telah Kautebus dengan harga yang begitu mahal akan binasa. Yesus, berikan kepadaku jiwa orang-orang berdosa; biarlah kerahiman-Mu beristirahat dalam diri mereka. Ambillah segala sesuatu yang ada padaku, tetapi berikanlah jiwa-jiwa itu kepadaku. Aku ingin menjadi hosti-kurban bagi orang-orang berdosa. Biarlah kulit tubuhku menyembunyikan persembahanku ini sebab Hati-Mu yang Mahakudus juga bersembunyi di dalam Hosti, padahal Engkau adalah kurban yang hidup.
            Ubahlah aku menjadi diri-Mu sendiri, o Yesus, sehingga aku dapat menjadi kurban yang hidup dan menyenangkan bagi-Mu. Setiap saat aku ingin memberikan penyilihan bagi orang-orang berdosa yang malang itu. Kurban yang dipersembahkan oleh rohku tersembunyi di balik selubung tubuhku; mata insan tidak dapat menangkapnya, dan karena itulah kurbanku murni dan menyenangkan Engkau. O Pencipta dan Bapaku yang maharahim, aku berharap kepada-Mu karena Engkau adalah Sang Kebaikan. Hai jiwa-jiwa, jangan takut akan Allah, tetapi andalkanlah Dia karena Ia baik, dan kerahiman-Nya berlangsung selama-lamanya.
(909) O Tuhan, Engkau tinggal di dalam hatiku; maka kita saling mengenal. Sungguh, sekarang akulah yang menyambut Engkau sebagai Tamu dalam rumah hatiku yang mungil, tetapi saatnya mendekat Engkau akan akan memanggilku ke tempat kediaman-Mu, yang sudah Engkau siapkan bagiku sejak awal dunia. Oh, apakah diriku dibandingkan dengan Engkau, o Tuhan?
(910) Tuhan menuntunku ke dalam dunia yang tidak kukenal. Ia memperkenalkan rahmat-Nya yang besar kepadaku, tetapi aku takut akan rahmat itu dan sejauh ada dalam batas kekuatanku, aku tidak mau menyerahkan diri kepada pengaruhnya, sampai aku diyakinkan oleh pembimbing rohaniku rahmat macam apa itu.
(911) Sekali peristiwa, kehadiran Allah meliputi seluruh hidupku, dan secara misterius akal budiku beroleh pencerahan untuk memahami Jati Diri-Nya. Ia mengizinkan aku memahami kehidupan batin-Nya. Dalam roh, aku melihat ketiga Pribadi Ilahi, tetapi kodrat Mereka adalah Satu. Allah itu Satu, Sungguh Esa, tetapi dalam Tiga Pribadi; tidak satu pun dari Mereka lebih besar atau lebih kecil; tidak ada perbedaan baik dalam keindahan maupun kekudusan Mereka sebab Mereka itu Satu. Mereka sungguh-sungguh Satu. Kasih-Nya mengantar aku ke dalam pengetahuan ini dan menyatukan aku dengan Diri-Nya. Ketika aku bersatu dengan Pribadi yang satu, aku juga bersatu dengan Pribadi yang kedua dan dengan Pribadi yang ketiga sedemikian rupa sehingga ketika kita bersatu dengan yang pertama, kita juga bersatu dengan kedua Pribadi yang lain sama seperti dengan yang pertama. Kehendak Mereka adalah satu, satu Allah meskipun Pribadinya tiga. Ketika Satu dari ketiga Pribadi itu berkomunikasi dengan suatu jiwa, lewat kuasa kehendak yang satu, jiwa itu menyadari diri bersatu dengan ketiga Pribadi dan diliputi kebahagiaan yang mengalir dari Tritunggal yang Mahakudus; itulah pula kebahagiaan yang menjadi santapan para kudus. Kebahagiaan yang sama, yang mengalir dari Tritunggal yang Mahakudus, membuat semua ciptaan merasa bahagia; darinya muncul kehidupan yang menghidupkan dan memberkati segala kehidupan yang berasal dari Dia. Pada saat-saat seperti ini, jiwaku mengalami nikmat ilahi yang sedemikian besar sehingga aku mengalmi kesulitan untuk mengungkapkannya.
(912) Kemudian aku mendengar kata-kata yang dirumuskan; inilah kata-kata itu, “Aku menghendaki engkau menjadi mempelai-Ku.” Ketakutan menyusup ke dalam jiwaku, tetapi dengan tenang aku terus merenungkan ikatan macam apa yang dapat terjadi? Tetapi, setiap kali ketakutan menyusup ke dalam jiwaku, suatu kekuatan dari atas memberikan damai kepada jiwaku.
            Bagaimana pun juga, aku sudah mengikrarkan kaul kekal, dan aku telah mengikrarkannya atas dasar kehendakku sendiri yang sama sekali bebas. Maka aku terus merenungkan apakah artinya. Aku merasa dan mulai menyadari, bahwa ini adalah suatu rahmat yang istimewa. Setiap kali memikirkannya, aku serasa pingsan karena Allah; tetapi dalam keadaan pingsan ini, pikiranku jelas dan diliputi dengan terang. Ketika aku menyatukan diri dengan Dia, aku pingsan karena kebahagiaan yang luar biasa, tetapi pikiranku begitu cerah dan jelas serta bebas dari sagala bayangan. Engkau turun meninggikan keagungan-Mu untuk tinggal bersama dengan ciptaan yang papa ini. Syukur kepada-Mu, o Tuhan, karena rahmat agung ini, yang memungkinkan aku bersekutu dengan-Mu. Yesus, Nama-Mu adalah nikmatku; dari jauh aku merasakan kehadiran Kekasihku, dan jiwaku yang merana menemukan ketenangan dalam pelukan-Nya; aku tidak tahu bagaimana hidup tanpa Dia. Aku lebih senang bersama dengan Dia dalam penindasan dan penderitaan daripada tanpa Dia berada dalam nikmat surgawi yang paling besar.
(913) 2 Februari 1937. Hari ini, sejak pagi-pagi buta, Keheningan ilahi meresapi jiwaku. Dalam misa, aku berpikir bahwa aku akan melihat Yesus yang kecil, seperti sering kualami; tetapi, hari ini, dalam misa kudus, aku melihat Yesus yang tersalib. Yesus dipaku pada salib dan menjalani sakratulmaut yang berat. Penderitaan-Nya menusuk aku, jiwa dan raga, dengan cara yang tak kelihatan, tetapi sungguh amat nyeri. Oh, betapa mengagumkan misteri yang terjadi selama misa!
(914) Suatu misteri yang agung dihadirkan dalam misa kudus. Dengan sikap hormat yang amat besar, kita harus mengikuti misa dan mengambil bagian dalam kematian Yesus ini. Pada suatu hari, kita akan mengetahui apa yang dikerjakan Allah untuk kita dalam setiap misa dan anugerah apa yang disediakan-Nya untuk kita. Hanya kasih ilahi-Nya yang memungkinkan karunia sebesar itu disediakan bagi kita. O Yesus, Yesusku, betapa nyeri rasa sakit yang menembus jiwaku ketika aku melihat sumber kehidupan ini mengalirkan kemanisan dan kekuatan bagi setiap jiwa, sementara pada saat yang sama aku melihat jiwa-jiwa menjadi layu dan mengeringkan karena kesalahan mereka sendiri. O Yesus, berilah agar kuasa kerahiman merengkuh jiwa-jiwa itu.
(915) O Maria, hari ini suatu pedang yang mengerikan menembus jiwamu yang kudus. Selain Allah, tidak seorang pun mengetahui penderitaanmu. Jiwamu tidak hancur; jiwamu berani sebab ia bersama dengan Yesus. Bunda yang manis, satukan jiwaku dengan Yesus sebab hanyalah dengan demikian aku akan mampu bertahan dalam segala pencobaan dan kesusahan, dan hanya dalam kesatuan dengan Yesus kurban-kurban kecilku akan menyenangkan Allah. Bunda yang amat manis, teruslah mengajar aku tentang kehidupan batin. Semoga pedang penderitaan tidak pernah menghancurkan aku. O Perawan yang murni, curahkanlah keberanian ke dalam hatiku dan jagalah dia.
(916) Hari ini sangatlah istimewa bagiku; meskipun aku menghadapi begitu banyak penderitaan, jiwaku dilimpahi dengan sukacita yang besar. Dalam kamar pribadi di sebelah kamarku, terbaring seorang perempuan Yahudi yang sakit parah. Tiga hari yang lalu, aku pergi menengok dia dan hatiku sangat sedih membayangkan bahwa ia akan segera meninggal tanpa jiwanya dibersihkan oleh rahmat pembaptisan. Aku membuat kesepakatan dengan perawatnya, seorang Suster [biarawati] supaya kalau saat ajalnya sudah mendekat, ia berkenan membaptisnya. Tetapi ada kesulitan berikut, yakni bahwa di sana selalu ada beberapa orang Yahudi yang menemaninya. AKu merasa terdorong untuk berdoa di hadapan Gambar Kerahiman Ilahi yang diminta Yesus kepadaku dilukis. Aku mempunyai suatu brosur dengan Gambar Kerahiman Ilahi pada sampulnya. Dan aku berkata kepada Tuhan, “Yesus, Engkau sendiri mengatakan kepadaku bahwa Engkau akan memberikan banyak rahmat lewat gambar ini. Maka, aku mohon kepada-Mu, rahmat pembaptisan untuk perempuan Yahudi ini. Tidak masalah siapa yang akan membaptisnya, asal saja ia dibaptis.”
            Sesudah berkata demikian, aku merasakan damai yang luar biasa dalam hatiku, dan aku sangat yakin bahwa kendati ada banyak kesulitan, air baptis akan dicurahkan atas jiwanya. Malam itu, ketika kesehatannya sangat merosot, aku turun dari tempat tidur tiga kali untuk menengok dia, sambil mencari kesempatan yang tepat untuk memberikan rahmat pembaptisan kepadanya. Keesokkan harinya, tampaknya ia merasa sedikit lebih baik. Pada petang hari, saat terakhir telah mendekat baginya. Suster yang merawatnya berkata bahwa pembaptisan akan sulit dilaksanakan kerean mereka mendampingi dia. Saatnya pun tiba ketika perempuan yang sakit itu mulai kehilangan kesadaran, dan akibatnya, untuk menyelamatkan dia, mereka mulai lari berhamburan; beberapa [pergi] menjemput dokter, sedangkan yang lain pergi ke arah yang lain untuk mencari pertolongan.
            Jadi, pasien ditinggalkan sendirian, dan Suster membaptisnya, dan sebelum mereka semua kembali, jiwanya sudah indah, dihiasi dengan rahmat Allah. Sakratulmautnya yang terakhir pun tiba-tiba dimulai, tetapi itu tidak berlangsung lama. Seolah-olah ia tertidur. Sekonyong-konyong, aku melihat jiwanya naik ke surga dengan keindahan yang menakjubkan. Oh, betapa indahnya jiwa yang menyandangkan rahmat pengudus! Sukacita membanjiri hatiku bahwa di hadapan gambar ini aku telah menerima rahmat Yesus yang begitu besar bagi jiwa ini.
(917) Oh, betapa besarnya kerahiman Allah; hendaklah setiap jiwa memujinya. O Yesusku, untuk selama-lamanya jiwa itu akan melambungkan bagi-Mu madah kerahiman. Aku tidak akan melupakan kesan yang hari ini digoreskan pada jiwaku. Inilah rahmat agung kedua yang telah aku terima untuk jiwa-jiwa di sini, di hadapan gambar ini.
            Oh, betapa baiknya Tuhan, dan betapa penuh belas kasihan Ia; Yesus, dengan segenap hati aku bersyukur kepada-Mu atas rahmat-rahmat ini.
(918) 5 Februari 1937. Yesusku, bagaimana pun juga, aku ingin sekali menyatukan diri dengan-Mu. Yesus, kalau ini mungkin, ambillah aku kepada diri-Mu karena aku merasa bahwa hatiku akan terbakar karena menrindukan Engkau!
            Oh, betapa aku merasakan bahwa aku berada di dalam pembuangan! Kapan aku akan mendapati diriku tinggal di rumah Bapa kita, sambil bersukacita dalam kebahagiaan yang mengalir dari Tritunggal yang mahakudus? Tetapi, kalau memang sudah menjadi kehendak-Mu bahwa aku masih harus hidup dan menderita, aku merindukan apa yang sudah Engkau tetapkan bagiku. Tahanlah aku di bumi ini selama Kauinginkan, bahkan sampai ke akhir dunia sekalipun. O kehendak Tuhanku, jadilah sukacita dan pesona jiwaku. Meskipun bumi ini sedemikian penuh dengan manusia, aku sungguh merasa sendirian, dan bumi menjadi padang gurun yang menakutkan bagiku. O Yesus, Engkau tahu dan memahami kepanasan hatiku; hanya Engkau, o Tuhan, dapat memenuhi keinginanku.
(919) Hari ini, aku memperingatkan seorang gadis agar ia tidak berdiri berjam-jam di lorong bersama kaum laki-laki karena tidak pantas bagi perempuan muda yang sopan untuk berbuat demikian. Maka, ia minta maaf dan berjanji akan memperbaiki diri. Ia mulai menangis ketika ia menyadari keteledorannya. Ketika aku mengatakan kepadanya beberapa hal mengenai perilaku moral, semua laki-laki dari aula datang berkerumun dan mendengarkan kata-kata nasihatku. Bahkan orang-orang Yahudi itu mendengarkan beberapa hal mengenai diri mereka sendiri. Sesudah itu, seseorang berkata kepadaku bahwa mereka memasang telinga dari balik tembok dan mendengarkan dengan penuh perhatian. Memang, aku merasakan bahwa mereka mendengarkan, tetapi aku tetap mengatakan apa yang harus kukatakan. Tembok itu sedemikian tipis sehingga suara orang dapat didengar, juga kalau ia berbicara dengan suara lembut.
(920) Di sini, ada seorang perempuan yang dulu adalah salah seorang siswa kami. Seperti biasa, ia menguji kesabaranku. Beberapa kali sehari ia datang mengunjungi aku. Sesudah tiap kunjungan ini aku merasa letih, tetapi aku melihat bahwa Tuhan Yesus telah mengirim jiwa ini kepadaku. Biarlah segala sesuatu memuliakan Engkau, o Tuhan. Kesabaran memberikan kemuliaan kepada Allah. Oh, betapa malangnya jiwa-jiwa itu!
(921) 6 Februari 1937. Hari ini, Tuhan berkata kepadaku, “Putri-Ku, Aku mendengar bahwa ada banyak kesederhanaan dalam dirimu; karena itu mengapa engkau tidak menceritakan kepada-Ku segala sesuatu yang terjadi atas dirimu, juga hal-hal yang paling kecil? Ceritakan segala sesuatu kepada-Ku, dan ketahuilah hal ini akan memberikan sukacita yang besar kepada-Ku.” Aku menjawab, “Tetapi, Engkau mengetahui segala sesuatu, Tuhan.” Dan Yesus menjawab kepadaku, “Memang, Aku tahu; tetapi hendaknya engkau tidak berdalih dengan memanfaatkan kenyataan bahwa Aku sudah tahu. Dengan kesederhanaan seorang anak, katakanlah kepada-Ku segala sesuatu karena telinga dan Hati-Ku Kusendengkan kepadamu, dan kata-katamu menyenangkan Hati-Ku.”
(922) Hari ini, aku memulai novena besar dengan tiga ujud. Ketika memulai novena ini, aku melihat seekor serangga kecil di lantai dan aku berpikir: bagaimana ia sampai di sini di tengah-tengah dinginnya musim dingin? Maka aku mendengar kata-kata berikut di dalam jiwaku, “Engkau tahu, Aku mempedulikan serangga itu dan menopangnya. Tetapi, apa arti serangga itu dibandingkan denganmu? Mengapa jiwamu ketakutan meski hanya sejenak?” Aku minta maaf kepada Tuhan atas saat itu. Yesus menghendaki aku selalu menjadi seperti seorang anak dan menyerahkan segala urusanku kepada-Nya, dan dengan segenap hati menyerahkan diri kepada kehendak-Nya yang kudus. Ia telah mengambil segala sesuatu untuk diri-Nya.
(923) 7 Februari 1937. Hari ini, Tuhan berkata kepadaku, “Aku minta darimu persembahan yang sempurna dan yang terbakar seluruhnya, yakni persembahan kehendak. Tidak ada pengurbanan lain yang dapat dibandingkan dengan yang satu ini. Aku sendiri sedang mengarahkan hidupmu dan mengatur segala sesuatu sedemikian rupa sehingga bagi-Ku engkau akan menjadi suatu kurban lestari dan akan selalu melaksanakan kehendak-Ku. Dan untuk menggenapi kurban ini, engkau akan menyatukan dirimu dengan Aku di salib. Aku tahu apa yang dapat engkau lakukan. Aku sendiri akan memberi engkau banyak perintah secara langsung, tetapi Aku akan menunda kemungkinan pelaksanaannya dan membuatnya bergantung pada orang-orang lain. Tetapi, apa yang tidak dapat dilaksanakan oleh para superior, Aku sendiri akan langsung menggenapinya dalam jiwamu. Dan dalam lubuk jiwamu yang paling tersembunyi, suatu kurban yang sempurna akan dipersembahkan, bukan hanya untuk sesaat, tetapi ketahuilah, Putri-Ku, bahwa persembahan ini akan berlangsung sampai akhir hayatmu. Tetapi, masih ada waktu sehingga Aku, Tuhan, akan memenuhi semua keinginanmu. Aku bersukacita dalam dirimu seperti dalam Hosti yang hidup; janganlah ada sesuatu yang menggentarkan hatimu. Aku menyertaimu.”
(924) Hari ini, aku menerima suatu catatan rahasia dari Muder Superior yang melarang aku pergi ke samping tempat tidur orang yang menghadapi ajal. Karena itu, kepada orang yang menghadapi ajal, aku akan mengirimkan ketaatan sebagai ganti diriku sendiri, dan ini akan menguatkan jiwa-jiwa yang sedang menghadapi ajal. Demikianlah kehendak Allah, dan itu cukup bagiku. Apa yang tidak dapat kupahami sekarang, kelak akan kupahami.
(925) 7 Februari 1937. Hari ini, aku berdoa lebih khusyuk daripada kapan pun untuk Bapa Suci dan tiga imam agar Allah memberikan ilham kepada mereka sehubungan dengan apa yang Ia minta dariku karena pewujudannya tergantung pada mereka. Oh, betapa bahagianya aku bahwa kesehatan Bapa Suci membaik. Hari ini, aku mendengar ia memberi sambutan di hadapan Kongres Ekaristi, dan dalam roh aku pergi ke sana untuk menerima berkat apostolik.
(926) 9 Februari 1937. Selasa menjelang Prapaskah. Dalam dua hari terakhir pesta karnaval, aku merasa dilanda banjir dosa dan hukuman. Dalam sekejap, Tuhan memperlihatkan kepadaku dosa-dosa yang dilakukan di seluruh dunia pada hari ini. Aku pingsan karena ketakutan, dan meskipun aku tahu betapa dalamnya kerahiman Allah, aku heran bahwa Allah membiarkan umat manusia ada. Dan, Tuhan membuat aku tahu siapa yang menopang keberadaan umat manusia: mereka adalah jiwa-jiwa yang terpilih. Ketika jumlah jiwa-jiwa yang terpilih itu terpenuhi, maka keberadaan dunia akan berakhir.
(927) Dalam dua hari ini, aku menyambut komuni kudus sebagai olah penyilihan, dan aku berkata kepada Tuhan, “Yesus, hari ini aku mempersembahkan segala sesuatu untuk orang-orang berdosa. Biarlah deraan-deraan keadilan-Mu menimpa diriku, dan lautan kerahiman-Mu meliputi orang-orang berdosa yang malang.” Dan, Tuhan mendengarkan doaku: banyak jiwa kembali kepada Tuhan, tetapi aku mengalami sakratulmaut di bawah himpitan keadilan Allah. Aku merasa bahwa aku menjadi sasaran murka Allah yang mahatinggi. Petang hari penderitaanku telah mencapai tahap kesepian batin sehingga tanpa sengaja rintihan-rintihan keluar dari hatiku. Aku mengunci pintu kamarku dan memulai suatu adorasi; maksudku melaksanakan Jam Kudus. Kesepian batin dan pengalaman terhimpit oleh keadilan Allah - itulah doaku; rintihan dan kepedihan yang keluar dari jiwaku menggantikan percakapan yang manis dengan Tuhan.
(928) Kemudian, tiba-tiba aku melihat Tuhan yang mendekapkan aku ke Hati-Nya dan berkata, “Putri-Ku, jangan menangis karena Aku tidak dapat menahan air matamu. Aku akan memberikan kepadamu segala sesuatu yang engkau minta, tetapi berhentilah menangis.” Dan hatiku dipenuhi dengan sukacita yang besar, dan rohku, seperti biasa, membenamkan diri dalam Dia seperti dalam hartanya satu-satunya. Hari ini, didorong oleh kebaikan-Nya, aku berbicara lebih panjang lebar dengan Yesus.
(929) Setelah aku beristirahat di dekat Hati Yesus yang amat manis, aku berkata kepada-Nya, “Yesus, aku punya banyak hal untuk diceritakan.” Dan Tuhan berkata kepadaku dengan penuh kasih, “Berbicaralah terus Putri-Ku.” Dan aku mulai menyebut penderitaan hatiku; yakni, betapa besar kepedulianku terhadap seluruh umat manusia, yang “sama sekali tidak mengenal Engkau, dan mereka yang memang mengenal Engkau tetapi tidak mengasihi Engkau sebagaimana Engkau harus dikasihi. Aku juga melihat betapa mengerikan para pendosa itu melukai Hati-Mu; kemudian, aku melihat juga betapa kejinya kaum beriman, khususnya hamba-hamba-Mu, ditindas dan dianiaya. Dan kemudian, juga, aku melihat banyak jiwa terjun ke jurang neraka. Yesus, Engkau tahu, inilah penderitaan yang menggerogoti hati dan tulang-tulangku. Dan meskipun Engkau menunjukkan kepadaku kasih yang istimewa dan membanjiri hatiku dengan aliran-aliran sukacita-Mu, namun, semua itu tidak meringankan penderitaan yang telah aku sebutkan, malah sebaliknya menusuk-nusuk hatiku yang malang dengan semakin tajam. Oh, betapa bernyala-nyala keinginanku agar seluruh umat manusia berpaling dengan penuh harapan kepada kerahiman-Mu. Kemudian, melihat kemuliaan nama-Mu, hatiku akan lega.”
            Yesus mendengarkan curahan hatiku ini dengan penuh minat dan perhatian, seolah-olah Ia belum tahu apa-apa mengenai semua itu, dan ini tampaknya untuk membuat aku lebih lancar bercerita. Dan Tuhan berkata kepadaku, “Putri-Ku, curahan hatimu itu menyenangkan Aku, dan dengan mendaraskan Koronka engkau mengantar umat manusia semakin dekat kepada-Ku.” Sesudah mendengar kata-kata ini, aku mendapati diriku sendirian, tetapi kehadiran Allah selalu ada dalam jiwaku.
(930) O Yesusku, meskipun aku akan pergi kepada-Mu, dan Engkau akan memenuhi aku dengan diri-Mu, dan itu akan membuat kebahagiaanku lengkap, namun aku tidak akan melupakan umat manusia. Aku ingin menyingkapkan selubung surga sehingga bumi tak akan memiliki keragu-raguan lagi mengenai Kerahiman Ilahi. Hatiku tenang kalau memaklumkan kerahiman-Mu. Jiwa mempersembahkan kemuliaan yang paling besar kepada Penciptanya kalau ia berpaling dengan penuh harapan kepada Kerahiman Ilahi.
(931) 10 Februari 1937. Hari ini adalah Rabu Abu.
            Pada waktu misa kudus, dalam waktu yang singkat aku merasakan sengsara Yesus pada anggota-anggota tubuhku. Prapaskah adalah masa yang sangat istimewa dalam karya para imam. Kita harus membantu mereka menyelamatkan jiwa-jiwa.
(932) Beberapa hari yang lalu, aku menulis surat kepada pembimbingku, minta izin untuk beberapa mati raga ringan selama Prapaskah. Aku harus mengajukan permintaan ini lewat surat karena aku tidak mendapatkan izin dari dokter untuk pergi ke kota. Tetapi Rabu Abu sudah berlangsung, dan aku belum menerima jawaban. Maka pagi ini, sesudah komuni kudus, aku minta kepada Yesus agar dengan terang-Nya Ia memberikan ilham kepada pembimbingku supaya ia memberikan jawaban kepadaku, dan supaya aku tahu dalam jiwaku bahwa pembimbingku tidak berkeberatan aku melaksanakan mati raga-mati raga yang sudah kemintakan izin, dan bahwa ia akan memberikan izinnya. Maka dengan tenang, aku mulai melaksanakan mati raga itu. Pada siang hari yang sama, aku menerima surat dari pembimbingku, yang mengatakan bahwa dengan senang hati ia memberi aku izin untuk melaksanakan mati raga yang telah aku mintakan izin. Aku sangat senang bahwa pengetahuan batinku selaras dengan pandangan bapa rohaniku.
(933) Kemudian aku mendengar kata-kata berikut di dalam jiwaku, “Engkau akan menerima ganjaran yang lebih besar karena ketaatan dan penyerahanmu kepada bapak pengakuan mengenai mati raga-mati raga yang akan engkau laksanakan. Ketahuilah ini, Putri-Ku, dan bertindaklah dengan semestinya: apa saja, betapa pun kecilnya, yang memiliki meterai ketaatan kepada wakil-Ku sungguh menyenangkan Hati-Ku dan sangat berarti dalam pandangan-Ku.”
(934) Latihan-latihan ringan selama Prapaskah. Memang aku ingin dan rindu melakukan mati raga-mati raga yang berat seperti sebelumnya, tetapi aku tidak dapat melaksanakan karena aku berada di bawah pengawasan ketat dari dokter. Tetapi, aku dapat melaksanakan hal-hal ringan: pertama: tidur tanpa bantal; tidak makan kenyang biar tetap merasa lapar; setiap hari, dengan tangan terentang, mendaras Koronka yang telah diajarkan Tuhan kepadaku; kadang-kadang, dengan tangan terentang, selama waktu yang tidak ditentukan berdoa secara bebas. Ujudnya: memohon Kerahiman Ilahi bagi para pendosa yang malang, dan bagi para imam, memohon kekuatan agar mereka dapat membawa hati yang berdosa kepada pertobatan.
(935) Hubunganku dengan orang yang menghadapi ajal sangat dekat, sama seperti pada masa-masa sebelumnya. Aku sering mendampingi orang yang menghadapi ajal di tempat yang jauh, tetapi sukacitaku yang paling besar adalah ketika aku melihat janji kerahiman digenapi dalam jiwa-jiwa itu. Tuhan itu setia; apa yang pernah Ia tetapkan, pasti Ia penuhi.
(936) Seseorang di aula [rumah sakit] kami mulai memasuki saat kematian. Di tengah siksaan yang mengerikan, ia mengalami sakratulmaut selama tiga hari, kadang-kadang kembali sadar. Setiap orang di aula itu mendoakan dia. Aku ingin sekali pergi mengunjunginya, tetapi Muder Superior telah melarang aku mengunjungi orang yang menghadapi ajal; maka aku berdoa di kamarku untuk jiwa itu. Tetapi, ketika aku mendengar bahwa ia masih ada dalam sakratulmaut, dan tidak ada orang yang dapat mengatakan sampai berapa lama ia akan menderita, tiba-tiba aku marasakan bisikan dalam jiwaku dan aku berkata kepada Tuhan, “Yesus, kalau semua yang aku lakukan ini menyenangkan hati-Mu, aku mohon kepada-Mu, sebagai bukti, biarlah jiwa itu berhenti menderita dan langsung beralih ke alam kekalnya yang membahagiakan.” Beberapa minit kemudian, aku tahu bahwa orang itu telah menghembuskan napas terakhirnya dengan sedemikian tenang dan cepat sehingga mereka bahkan tidak sempat menyalakan lilin.
(937) Aku ingin mengatakan sepatah kata lagi mengenai pembimbing rohaniku. Sangat aneh bahwa begitu sedikit imam yang tahu bagaimana mencurahkan kemampuan, kekuatan, dan keberanian ke dalam jiwa sehingga ia dapat terus menerus mengupayakan kemajuan tanpa menjadi lelah. Di bawah bimbingan seperti itu suatu jiwa, yang tidak begitu kuat pun, dapat melakukan banyak hal untuk kemuliaan Allah. Dan di sini aku menemukan suatu rahasia, yakni bapak pengakuan, atau lebih tepat pembimbing rohani, tidak menyelepekan hal-hal kecil yang diungkapkan kepadanya oleh jiwa-jiwa. Dan ketika jiwa itu tahu bahwa ia sungguh-sungguh dibimbing, ia berusaha sekuat tenaga dan tidak menyia-nyiakan kesempatan yang paling kecil sekalipun untuk melaksanakan keutamaan dan juga untuk menghindari kesalahan-kesalahan yang paling ringan. Dan dari usaha-usaha ini, ibarat dari batu-batu kecil, berdirilah dalam jiwa itu suatu bait yang sangat indah. Sebaliknya, kalau suatu jiwa tahu bahwa bapak pengakuan mengabaikan hal-hal kecil ini, ia pun akan mengabaikannya dan tidak lagi mengungkapkannya kepada bapak pengakuan dan, lebih buruk lagi, akan mulai menjadi teledor dalam hal-hal kecil. Dengan demikian, ia tidak semakin maju tetapi setahap demi setahap semakin mundur dan baru menyadari situasi itu ketika ia telah jatuh ke dalam sejumlah kesulitan yang serius. Di sini, suatu pertanyaan yang serius muncul dengan sendirinya: siapakah yang bersalah, jiwa yang bersangkutan atau bapak pengakuan; maksudnya: pembimbing rohani? Di sini aku berbicara tentang pembimbing. Menurutku, semua kesalahan harus ditimpakan pada pembimbing rohani yang tidak bijaksana; satu-satunya kesalahan jiwa itu adalah mengambil begitu saja keputusan seorang pembimbing rohani. Pembimbing rohani hendaknya dapat dengan baik membimbing jiwa-jiwa meniti jalan kehendak Allah menuju kesucian.
(938) Hendaknya jiwa berdoa dengan khusyuk dan lebih banyak bagi seorang pembimbing rohani dan hendaknya ia minta agar Tuhan sendiri memilihkan seorang pembimbing rohani baginya. Apa yang dimulai dalam Allah akan bersifat ilahi, dan apa yang dimulai secara melulu insani akan tetap bersifat insani. Allah itu sedemikian maharahim sehingga untuk menolong suatu jiwa, Ia sendiri memilih seorang pembimbing rohani dan memberikan terang kepada jiwa itu sehingga ia dapat mengenal pembimbing rohani itu, dan di hadapannya ia dapat mengungkapkan lubuk jiwanya yang paling tersembunyi seolah-olah ia membeberkan dirinya di hadapan Tuhan Yesus sendiri. Dan apabila jiwa itu tahu serta menyadari bahwa semua ini telah diatur oleh Allah, hendaknya ia berdoa dengan khusyuk bagi bapak pengakuan agar ia dapat memiliki terang ilahi untuk mengenalnya dengan baik. Hendaknya ia tidak berganti-ganti pembimbing seperti itu kecuali karena alasan yang sungguh berat. Sama seperti ia telah berdoa secara khusyuk dan cukup banyak untuk mengetahui kehendak Allah sebelum memilih seorang pembimbing rohani, demikian juga hendaknya ia berdoa dengan khusyuk dan cukup lama untuk menentukan apakah sungguh merupakan kehendak Allah bahwa ia meninggalkan pembimbing rohani yang lain. Kalau kehendak Allah tidak sungguh jelas, hendaknya ia tidak berganti pembimbing rohani karena dengan mengandalkan diri sendiri orang tidak akan mencapai kemajuan yang berarti, dan inilah yang dikehendaki oleh setan: membuat orang yang gigih mengupayakan kesucian itu membimbing dirinya sendiri karena, dengan demikian, tanpa ragu, ia tidak pernah akan mencapai kesucian.
(939) Ada suatu kekecualian [untuk hal ini], yakni kalau Allah sendiri mengarahkan jiwa itu; dalam hal ini, pembimbing rohani akan langsung menyadari bahwa orang tersebut dibimbing oleh Allah sendiri. Allah akan membuat dia mengetahui hal ini dengan jelas dan gamblang, dan dengan demikian orang itu hendaknya justru lebih mematuhi arahan pembimbing rohani daripada arahan orang lain mana pun. Dalam hal ini, pembimbing rohani tidak begitu banyak memberikan bimbingan atau menunjukkan jalan yang harus ditempuh oleh jiwa itu; tetapi, terutama, ia akan lebih banyak menilai dan mengukuhkan bahwa jiwa itu meniti jalan yang tepat dan dituntun oleh roh yang baik.
            Dalam situasi ini, pembimbing rohani hendaknya tidak hanya suci, tetapi juga berpengalaman dan bijaksana. Dan, hendaknya jiwa itu menempatkan pendapat pembimbing rohani di atas pendapat Allah sendiri karena dengan demikian jiwa itu akan terhindar dari khayalan dan penyimpangan. Kalau suatu jiwa tidak sepenuhnya mau menundukkan bisikan-bisikan hatinya kepada kontrol ketat Gereja, yakni kepada pembimbing rohani, jelas dengan sendirinya bahwa ia sedang dijerumuskan oleh roh jahat. Dalam hal-hal seperti ini, pembimbing rohani hendaknya sungguh-sungguh waspada dan dengan saksama menguji ketaatan jiwa itu. Setan bahkan dapat menyelubungi dirinya dengan mantol kerendahan hati, tetapi ia tidak tahu bagaimana mengenakan mantol ketaatan, dan karena itu rencana-rencana jahatnya akan terbongkar. Tetapi, pembimbing rohani hendaknya tidak secara berlebihan mencemaskan jiwa seperti itu sebab kalau Allah menempatkan jiwa ini dalam asuhannya, Ia juga akan memberi dia terang ilahi yang cemerlang mengenai jiwa itu sebab, kalau tidak, mustahil ia dapat menangani dengan bijaksana misteri-misteri besar yang terjadi antara jiwa itu dan Allah.
(940) Aku sendiri sangat banyak menderita dan mengalami begitu banyak cobaan dalam kaitan dengan hal ini. Oleh karena itu, apa yang kutulis ialah apa yang telah aku alami sendiri. Barulah sesudah aku melakukan banyak novena, doa, dan laku tobat, Allah mengirim kepadaku seorang imam yang memahami jiwaku. Oh, kiranya akan banyak jiwa yang suci kalau saja ada lebih banyak bapak pengakuan yang berpengalaman dan saleh. Betapa banyaknya jiwa, yang gigih mengupayakan kekudusan, tidak mampu bertahan dalam masa-masa pencobaan dan meninggalkan jalan menuju kesempurnaan. O Yesus, berilah kami imam-imam yang bersemangat dan suci!
(941) Oh, betapa tingginya martabat imam, tetapi sekaligus, betapa berat tanggung jawabnya! Banyak sudah diberikan kepadamu, hai para imam, tetapi banyak juga yang akan dituntut darimu!
(942) 11 Februari 1936. Hari ini, hari Jumat. Dalam misa, aku menderita rasa sakit pada tubuhku: pada tanganku, pada kakiku, dan pada lambungku. Yesus sedang mengirim penderitaan ini kepadaku supaya aku mengadakan penyilihan bagi orang-orang berdosa. Rasa sakit itu tidak berlangsung lama, tetapi sangat nyeri. Tidak lebih dari beberapa menit aku menderita, tetapi rasa nyerinya bertahan sampai waktu yang lama dan sangat terasa.
(943) Hari ini, aku merasakan kesendirian yang luar biasa di dalam jiwaku sampai aku tidak tahu bagaimana menjelaskannya bahkan kepada diriku sendiri. Aku ingin menyembunyikan diri dari semua orang dan menangis tanpa henti. Tidak seorangpun memahami hati yang terluka karena cinta, dan ketika hati seperti itu merasa diri ditinggalkan sama sekali, tidak seorang pun dapat menghiburnya. O Jiwa orang-orang berdosa, engkau telah mengambil Tuhan dariku, tetapi baiklah, baiklah; ketahuilah betapa manisnya Tuhan, dan biarlah seluruh lautan kepahitan melanda hatiku. Aku telah memberikan semua penghiburan ilahiku kepadamu.
(944) Ada saat-saat ketika aku tidak memercayai diriku sendiri, ketika aku merasakan kelemahan dan kejahatanku sendiri di dalam lubuk hatiku yang terdalam, sekaligus aku menyadari bahwa aku dapat menanggung saat-saat seperti itu hanya karena mengandalkan kerahiman Allah yang tak terbatas. Kesabaran, doa, dan keheningan - inilah yang memberikan kekuatan kepada jiwa. Ada saat-saat ketika orang harus diam, dan tidak tepat mengadakan pembicaraan dengan makhluk; inilah saat-saat ketika orang tidak puas dengan dirinya sendiri, dan ketika jiwa merasa lemah seperti seorang anak kecil. Kemudian jiwa itu berpaut pada Allah dengan segenap kekuatannya. Pada saat-saat seperti itu, aku hanya hidup karena iman, dan ketika aku merasa dikuatkan oleh rahmat Allah, maka aku lebih berani berbicara berkomunikasi dengan sesamaku.
(945) Pada petang hari, Tuhan berkata kepadaku, “Anak-Ku beristirahatlah dalam Hati-Ku; Aku melihat bahwa engkau telah bekerja keras di kebun anggur-Ku.” Dan jiwaku pun dibanjiri dengan sukacita ilahi.
(946) 12 Februari 1937. Hari ini, laksana siinar matahari, kehadiran Allah menembus hatiku makin lama makin dalam. Jiwaku merindukan Allah sedemikian hebatnya sehingga berulang kali aku seolah-olah jatuh pingsan. Aku merasakan diriku dijamah oleh Sang Kasih Kekal, dan kekecilanku tidak mampu menahannya, dan inilah yang menyebabkan aku seolah-olah pingsan. Tetapi, kekuatan batinku masih besar, dan jiwaku ingin mengimbangi cinta Sang Kasih yang diterimanya. Pada saat-saat seperti itu jiwa memiliki pengetahuan yang amat mendalam tentang Allah, dan semakin ia mengenal Allah, semakin murni serta semakin berkobar kasihnya akan Dia. Betapa tak terselami misteri yang terjadi antara jiwa dan Allah!
(947) Kadang-kadang, berjam-jam jiwaku tidak sadarkan diri karena takjub menyaksikan keagungan Allah yang tak terbatas yang merendahkan Diri begitu rendah ke tataran jiwaku. Tak kunjung henti pesona batinku bahwa Tuhan yang mahatinggi berkenan akan daku dan membeberkan Jati Diri-Nya kepadaku. Dan aku membenamkan diri bahkan lebih dalam lagi ke dalam kehampaanku sebab aku tahu siapa diriku. Tetapi, aku harus berkata bahwa sebagai tanggapan, aku mengasihi Penciptaku dengan setiap denyut jantungku dan setiap gerak sarafku; tanpa sadar jiwaku membenamkan diri, membenamkan diri ... di dalam Dia. Aku merasa bahwa tidak suatu pun akan memisahkan aku dari Tuhan, baik surga maupun bumi, baik masa sekarang maupun masa yang akan datang. Segala sesuatu akan berubah, tetapi kasih tidak pernah, tidak pernah berubah; ia selalu sama. Dia, Allah yang kuat dan kekal, membuat kehendak-Nya aku kenal supaya aku dapat mengasihi Dia secara sangat istimewa, dan Ia sendiri membuat jiwaku mampu mengasihi Dia sesuai dengan kehendak-Nya. Aku mengubur diriku sendiri makin hari makin dalam di dalam Dia, dan aku tidak takut akan suatu pun.
            Kasih telah menguasai seluruh hatiku, dan kalaupun aku diberi tahu tentang keadilan Allah dan tentang betapa roh-roh yang murni pun gemetar serta menutup wajahnya di hadapan Dia, sambil berkata tanpa henti, “Kudus,” yang memberi kesan bahwa keakrabanku dengan Allah akan merongrong kemuliaan dan keagungannya, [aku akan menjawab,] “O tidak, tidak, dan sekali lagi tidak!” Dalam kasih yang murni, ada ruang untuk segala sesuatu: pujian yang paling agung dan sembah sujud yang paling khusyuk; lewat kasih, jiwa akan membenamkan diri dalam damai sejati di dalam Dia; dan kata-kata orang, yang masuk dari luar, tidak akan mempengaruhi jiwa itu. Apa yang mereka katakan tentang Allah hanyalah bayangan yang kabur kalau dibandingkan dengan apa yang dialami jiwa itu tentang Allah sendiri; sering kali mengherankan bagaimana orang tersentak kagum atas apa yang dikatakan seseorang tentang Allah, sementara bagi jiwa itu ungkapan tersebut sama sekali tidak istimewa karena ia tahu bahwa apa yang dapat dituangkan dalam kata-kata belumlah seberapa. Maka, jiwa itu mendengarkan segala sesuatu dengan penuh hormat, tetapi ia sendiri hidup di dalam Allah.
(948) 13 Februari 1937. Hari ini, dalam Ibadat Sengsara, aku melihat Yesus disiksa, dimahkotai duri, dan memegang buluh dengan tangan-Nya. Yesus diam saja ketika para serdadu mondar-mandir di dekat-Nya, dan berlomba-lomba menyiksa-Nya. Yesus tidak berkata sepatah pun. Ia hanya memandangku, dan dalam tatapan itu aku merasakan penderitaan-Nya begitu mengerikan sehingga kita tidak mampu membayangkan betapa Ia menderita bagi kita sebelum Ia disalibkan. Jiwaku terasa perih dan merana; dalam jiwaku, aku merasakan kebencian yang kuat sekali terhadap dosa; bahkan ketidaksetiaanku yang paling kecil pun tampak padaku seperti gunung raksasa sehingga aku harus mengadakan penyilihan dengan mati raga dan laku tobat. Ketika aku melihat Yesus disiksa, hatiku tercabik-cabik, dan aku berpikir: apa jadinya orang-orang berdosa kalau mereka tidak memetik manfaat dari sengsara Yesus? Dalam Sengsara-Nya aku melihat seluruh samudra kerahiman.
Y.M.Y. 12 Februari 1937
Kasih Allah Adalah Bunga - Kerahiman Adalah Buahnya
(949) Biarlah jiwa yang bimbang membaca renungan-renungan tentang Kerahiman Ilahi ini dan menjadi percaya.
- Kerahiman Ilahi, yang mengalir dari rahim Bapa, Engkau andalanku!
- Kerahiman Ilahi, sifat Allah yang tertinggi, Engkau andalanku!
- Kerahiman Ilahi, misteri yang tak terselami, Engkau andalanku!
- Kerahiman Ilahai, mata air yang mengalir dari misteri Tritunggal yang mahakudus, Engkau andalanku!
- Kerahiman Ilahi, yang tak terselami oleh akal budi, baik manusia maupun malaikat, Engkau andalanku!
- Kerahiman Ilahi, sumber segala kehidupan dan kebahagiaan Engkau andalanku!
- Kerahiman Ilahi, yang melampaui surga, Engkau andalanku!
- Kerahiman Ilahi, sumber mukjizat dan segala keajaiban, Engkau andalanku!
- Kerahiman Ilahi, yang mencakup seluruh semesta, Engkau andalanku!
- Kerahiman Ilahi, yang turun ke bumi dalam Pribadi Sabda yang menjelma, Engkau andalanku!
- Kerahiman Ilahi, yang mengalir dari luka Hati Yesus yang menganga, Engkau andalanku!
- Kerahiman Ilahi, yang terkandung dalam Hati Yesus bagi kami, khususnya bagi orang-orang berdosa, Engkau andalanku!
- Kerahiman Ilahi, yang tak terselami dalam penetapan Ekaristi kudus, Engkau andalanku!
- Kerahiman Ilahi, dalam pembentukan Gereja kudus, Engkau andalanku!
- Kerahiman Ilahi, dalam Sakramen Baptis yang kudus, Engkau andalanku!
- Kerahiman Ilahi, dalam penyelamatan kami lewat Yesus Kristus, Engkau andalanku!
- Kerahiman Ilahi, yang menyertai kami sepanjang hidup kami, Engkau andalanku!
- Kerahiman Ilahi, yang merenkuh kami, khususnya pada saat kematian, Engkau andalanku!
- Kerahiman Ilahi, yang menganugerahkan kehidupan kekal kepada kami, Engkau andalanku!
- Kerahiman Ilahi, yang menyertai kami setiap saat sepanjang hidup kami, Engkau andalanku!
- Kerahiman Ilahi, yang melindungi kami dari api neraka, Engkau andalanku!
- Kerahiman Ilahi, dalam pertobatan orang-orang berdosa yang keras hati, Engkau andalanku!
- Kerahiman Ilahi, yang memesona para malaikat dan tak terselami oleh para kudus, Engkau andalanku!
- Kerahiman Ilahi, yang tak terselami dalam semua misteri Allah, Engkau andalanku!
- Kerahiman Ilahi, yang merengggut kami keluar dari segala kemalangan, Engkau andalanku!
- Kerahiman Ilahi, sumber kebahagiaan dan sukacita kami, Engkau andalanku!
- Kerahiman Ilahi, yang memanggil kami dari ketiadaan kepada keberadaan, Engkau andalanku!
- Kerahiman Ilahi, yang merangkum semua karya tangan Allah, Engkau andalanku!
- Kerahiman Ilahi,  mahkota segala karya Allah yang ada maupun yang akan ada, Engkau andalanku!
- Kerahiman Ilahi, yang didalamnya kami dibenamkan, Engkau andalanku!
- Kerahiman Ilahikelegaan nyaman bagi hati yang sangat menderita, Engkau andalanku!
- Kerahiman Ilahi, harapan satu-satunya bagi jiwa-jiwa yang putus asa, Engkau andalanku!
- Kerahiman Ilahi, istirahat bagi hati, dan damai di tengah ketakutan, Engkau andalanku!
- Kerahiman Ilahi, kesukaan dan kenikmatan jiwa-jiwa yang suci, Engkau andalanku!
- Kerahiman Ilahi, yang membangkitkan harapan di luar segala harapan, Engkau andalanku!
(950) Allah yang kekal, dalam diri-Mu ada kerahiman yang tanpa batas dan harta belas kasihan yang tak kunjung habis. Pandanglah kami dengan rela hati dan tingkatkanlah kerahiman-Mu dalam diri kami, supaya pada saat-saat sulit kami tidak menjadi putus asa atau remuk hati, tetapi dengan kepercayaan yang teguh menyerahkan diri kami kepada kehendak-Mu yang kudus, Sang Kasih dan Sang Kerahiman sendiri.

No comments:

Post a Comment

MARI MEMBACA BUKU HARIAN SANTA FAUSTINA (BHSF)

 Shalom...