Monday, February 27, 2023

BHSF 1751 - 1803

 (1751) O Yesus, yang tersembunyi dalam Sakramen Mahakudus di altar, satu-satunya cinta dan kerahiman, aku menyerahkan kepada-Mu segala kebutuhan tubuh dan jiwaku. Engkau dapat menolong aku sebab Engkau adalah Sang Kerahiman sendiri. Dalam Dikau, bertumpu seluruh harapanku.

Y.M.Y. Krakow-Pradnik, 2 Juni 1938.
Retret Tiga Hari.
(1752) Di bawah Bimbingan Guru, Yesus. Ia sendiri memerintahkan kepadaku untuk melakukan retret ini; Ia sendiri memilih hari-hari kapan aku harus melaksanakannya, yakni tiga hari sebelum Pentekosta; dan Ia semdiri membimbing retret ini.
Tetapi, aku bertanya kepada bapak pengakuanku apakah aku boleh melakukan retret seperti itu, dan aku mendapat izin darinya. Aku juga minta izin kepada Muder Superior dan mendapatkannya juga. Sebelumnya, aku telah memutuskan bahwa aku tidak akan melakukan retret ini kalau tidak memperoleh izin dari para superior. Sementara menantikan jawaban Muder Superior, aku memulai suatu novena kepada Roh Kudus.
Hari ini, aku harus memulai retret, tetapi aku belum mendapat kabar tentang keputusan Muder Superior.
Ketika aku pergi ke gereja untuk melaksanakan devosi-devosi petang hari, aku melihat Tuhan Yesus pada saat doa litani. “Putri-Ku, kita sedang memulai retret.” Aku menjawab, “Yesus, Guruku yang terkasih, aku minta ampun-Mu. Aku tidak dapat melakukan retret ini sebab aku belum mendapat kabar apakah Muder Superior mengizinkannya atau tidak!” “Tenanglah, Putri-Ku, Superior sudah memberikan izinnya. Engkau akan mengetahuinya besok pagi. Tetapi, kita harus memulai retret itu hari ini.”
Dan sungguh, petang itu Muder Superior telah menelepon suster yang merawat aku selama aku sakit, dengan permintaan agar ia memberi tahu aku bahwa aku diizinkan untuk melakukan retret, tetapi suster itu lupa memberitahukannya kepadaku. Baru keesokan harinya ia memberitahukannya kepadaku, dan dengan sangat ia minta maaf bahwa ia tidak memberitahu aku sehari sebelumnya. Aku menjawab kepadanya, “Jangan cemas. Aku sudah memulai retretku, sesuai dengan keinginan Superior.”
Hari Pertama.
(1753) Petang hari. Yesus memberiku pokok renungan. Mula-mula, hatiku dipenuhi dengan ketakutan dan sukacita. Kemudian aku mendekapkan diriku erat-erat ke Hati-Nya, dan ketakutan itu lenyap; hanya sukacita yang tinggal. Aku merasa sama sekali seperti seorang anak kecil di hadapan Allah, dan Tuhan berkata kepadaku, “Jangan takut akan apa pun. Apa yang dilarang bagi orang-orang lain telah diizinkan bagimu. Rahmat yang tidak diberikan kepada jiwa-jiwa lain untuk dapat dilihat, bahkan dari jarak yang begitu dekat, setiap hari menyegarkan engkau, seperti roti sehari-hari.”
(1754) “Camkanlah, Putri-Ku, berkat kaul-kaulmu, hatimu bersatu sedemikian erat dengan Aku. Sebelum menciptakan dunia, Aku sudah mengasihi engkau dengan cinta yang hari ini dialami oleh hatimu, dan sepanjang segala abad cinta-Ku tidak pernah akan berubah.”
(1755) Penerapan. Pada saat memikirkan Dia, Pengantin hatiku, jiwaku masuk ke dalam renungan yang mendalam, dan waktu satu jam berlalu seperti satu menit. Dalam kekhusyukan renungan ini, aku menangkap sifat-sifat Allah. Dikobarkan oleh api cinta yang ada dalam hati, aku pergi ke taman untuk mencari kesejukan; ketika aku menengadah ke langit, suatu nyala cinta yang berkobar-kobar memenuhi hatiku.
(1756) Kemudian aku mendengar kata-kata ini, “Putri-Ku, sudah engkau habiskan pokok renungan yang Kuberikan kepadamu? Kalau begitu, Aku akan memberi kepadamu pokok renungan yang baru.” Aku menjawab, “O Misteri yang Tak Terbatas, kekekalan pun tidak akan cukup bagiku untuk mengenal Engkau .... tetapi cintaku akan Dikau kini menjadi lebih bernyala-nyala. Sebagai suatu tanda syukur, aku menghamparkan hatiku pada kaki-Mu laksana setangkai mawar. Semoga keharumannya menggembirakan Hati ilahi-Mu, kini dan sepanjang masa” .... Betapa jiwa merasa seperti di firdaus ketika hati menyadari diri begitu dicintai oleh Allah...
(1757) “Hari ini, engkau akan membaca Injil Yohanes, bab lima belas. Aku menghendaki engkau membaca ini dengan sangat pelan-pelan.”
Meditasi Kedua.
(1758) “Putri-Ku, renungkanlah kehidupan Allah yang ada dalam Gereja demi keselamatan dan pengudusan jiwamu. Renungkanlah cara engkau menggunakan harta rahmat ini, renungkanlah usaha-usaha yang dilakukan oleh cinta-Ku.”
(1759) Penerapan. O Yesus yang sangat murah hati, aku tidak selalu mampu memetik manfaat dari karunia-karunia yang tak ternilai harganya ini. Sebab, aku memberi perhatian yang terlalu kecil kepada karunia-Mu sendiri dan terlalu besar kepada bejana yang Kaupakai untuk memberikan karunia-karunia itu. Ya Guruku yang paling manis, mulai sekarang sikapku akan berbeda. Aku akan menggunakan karunia-karunia-Mu dengan cara yang paling baik yang dapat dilakukan oleh jiwaku. Iman yang hidup akan menopang aku. Dalam wujud apa pun Engkau mengirimkan rahmat-Mu, aku akan menerimanya sebagai sesuatu yang datang langsung dari-Mu, tanpa memperhatikan bejana yang Kaupakai untuk mengirimkan rahmat itu. Jikalau aku tidak selalu dapat menerimanya dengan sukacita, aku akan selalu menerimanya dengan penyerahan total kepada kehendak kudus-Mu.
(1760) Konferensi tentang Perang Rohani.
“Putri-Ku, Aku ingin mengajar engkau tentang perang rohani. Jangan pernah mengandalkan dirimu sendiri, tetapi serahkanlah dirimu sepenuhnya kepada kehendak-Ku. Dalam kesendirian, kegelapan dan aneka keragu-raguan, mintalah pertolongan kepada-Ku dan kepada pembimbing rohanimu. Ia akan selalu menjawabmu atas nama-Ku. Jangan tawar-menawar dengan godaan apa pun; segera berlindunglah dalam Hati-Ku dan, pada kesempatan pertama, beberkan godaan itu kepada bapak pengakuan. Taruhlah cinta dirimu pada tempat terakhir sehingga ia tidak menodai perbuatan-perbuatanmu. Terhadap dirimu sendiri, bersikaplah sungguh-sungguh sabar. Jangan mengabaikan mati raga batin. Utamakanlah selalu pendapat para superior dan bapak pengakuanmu. Perlakukanlah orang-orang yang suka menggerutu seperti wabah. Biarlah semua kegiatan berjalan seperti adanya; engkau harus bertindak seperti yang Aku kehendaki.”
“Taatilah peraturan sesetia mungkin. Kalau seseorang menyebabkan engkau terganggu, pikirkanlah hal-hal yang baik yang dapat engkau lakukan untuk orang yang menyebabkan engkau menderita itu. Jangan mengumbar-ngumbar perasaan-perasaanmu. Diamlah kalau engkau dicela. Jangan meminta pendapat seorang pun kecuali pendapat bapak pengakuanmu; terhadapnya, bersikaplah jujur dan sederhana seperti anak kecil. Jangan berkecil hati karena sikap tidak tahu terima kasih. Jangan terlalu mempertanyakan jalan-jalan lewat mana Aku menuntun engkau. Apabila  rasa bosan dan kecil hati melanda hatimu, tinggalkanlah dirimu sendiri dan bersembunyilah di dalam Hati-Ku. Jangan takut bertempur; keberanian sendiri sering membuat godaan ketakutan dan mereka tidak berani menyerang kita.”
“Berperanglah selalu dengan penuh keyakinan bahwa aku bahwa Aku menyertai engkau. Jangan dikendalikan oleh perasaan sebab perasaan tidak selalu dapat engkau kendalikan; tetapi segala pahala ada di dalam kehendak. Selalu bergantung lah pada para superior, juga dalam hal-hal yang paling kecil. Aku tidak memperdaya engkau dengan iming-iming damai dan penghiburan; sebaliknya, Aku mempersiapkan engkau untuk menghadapi pertempuran yang sengit. Ketahuilah, sekarang engkau masuk pada tahap di mana seluruh surga dan bumi menatap engkau. Berperanglah seperti seorang ksatria sehingga Aku dapat memberikan ganjaran kepadamu. Janganlah takut tanpa alasan yang sepadan sebab engkau tidak sendirian.”
Hari Kedua.
(1761) “Putri-Ku, hari ini, renungkanlah sengsara-Ku yang pedih dengan segala kepahitannya. Renungkanlah sengsara-Ku itu seolah-olah Aku menanggungnya demi keselamatanmu seorang.”
(1762) Penerapan. Ketika aku mulai membenamkan diri dalam sengsara ilahi, luhurnya jiwa manusia dan jahatnya dosa tampak jelas di hadapanku. Aku menjadi tahu bahwa aku tidak paham bagaimana caranya menderita. Untuk memperoleh pahala dari penderitaanku, aku akan menyatukan diriku lebih erat lagi dalam penderitaan dengan sengsara Tuhan Yesus. Dan, sementara itu, aku akan memohon rahmat-Nya bagi jiwa-jiwa yang menghadapi ajal, supaya kerahiman Allah sudi merengkuh mereka pada saat yang gawat ini.
Meditasi Kedua.
(1763) “Putri-Ku, renungkanlah pedoman hidup membiara dan kaul-kaul yang sudah engkau persembahkan kepada-Ku. Engkau tahu betapa tingginya Aku menilai semua itu; segala rahmat, yang Kusediakan bagi jiwa-jiwa religius, terkait erat dengan pedoman hidup dan kaul.”
(1764) Penerapan. O Yesus, aku merasa bersalah atas banyak ketidaksempurnaan dalam bidang ini. Tetapi, berkat rahmat-Mu, aku tidak melakukan satu pelanggaran pun terhadap pedoman dan kaul-kaul hidup membiara secara sadar dan sengaja. Sudilah selalu menjaga aku, o Yesusku yang baik, karena dari diriku sendiri aku ini rapuh.
(1765) “Hari ini, Putri-Ku, untuk bacaanmu, engkau harus mengambil Injil Yohanes, bab sembilan belas; bacalah bab ini, tidak hanya dengan bibirmu, tetapi juga dengan hatimu...”
(1766) Sementara membaca bab ini, jiwaku dipenuhi dengan penyesalan yang mendalam. Aku menyaksikan segala sikap tidak tahu terima kasih dari semua makhluk terhadap Pencipta dan Tuhan mereka; aku memohon kepada Allah untuk melindungi aku dari kebutaan rohani.
Konferensi tentang Pengurbanan dan Doa.
(1767) “Putri-Ku, Aku ingin mengajar engkau tentang bagaimana engkau harus menyelamatkan jiwa-jiwa melalui pengurbanan dan doa. Lewat doa dan penderitaan, engkau akan menyelamatkan lebih banyak jiwa daripada yang akan diselamatkan oleh seorang misionaris melulu lewat pengajaran dan khotbah-khotbahnya. Aku ingin menyaksikan dirimu sebagai kurban terdorong oleh cinta yang bernyala-nyala, yang baru kemudian akan tampak berbobot di hadapan-Ku. Engkau harus menghampakan diri, digiling lembut, dan hidup seolah-olah sudah mati dalam relung hatimu yang paling rahasia. Engkau harus dihancurkan dalam lubuk tersembunyi di mana mata insani tidak pernah melihatnya; dengan demikian, Aku akan menemukan di dalam dirimu suatu kurban yang berkenan di Hati-Ku, suatu kurban yang sungguh manis dan harum. Maka, akan sungguh besarlah kuasamu bagi siapa saja yang engkau doakan.”
“Secara lahiriah, pengurbananmu harus tampak sebagai berikut: diam, tersembunyi, diresapi dengan cinta, dipenuhi dengan doa. Putri-Ku, Aku minta agar pengurbananmu murni dan penuh dengan kerendahan hati sehingga Aku dapat menemukan kenikmatan di dalamnya. Aku tidak akan menahan rahmat-Ku sehingga engkau dapat memenuhi apa yang Kuminta darimu.”
“Kini, AKu akan mengajar engkau mengenai apa yang akan menjadi wujud kurbanmu dalam kehidupan sehari-hari, untuk menjauhkan engkau dari segala macam khayalan. Hendaknya engkau menerima segala pengurbanan dengan penuh cinta. Jangan berkecil hati kalau hatimu sering mengalami penolakan dan ketidaksenangan sehubungan dengan pengurbanan itu. Seluruh kekuatan kurban itu ada pada kehendak; perasaan-perasaan yang menentang pengurbanan itu akan meningkatkan nilainya di mata-Ku, dan sama sekali tidak akan menerndahkannya. Ketahuilah bahwa tubuh dan jiwamu akan sering berada di tengah api. Meskipun pada kesempatan-kesempatan tertentu, engkau tidak merasakan kehadiran-Ku, AKu akan selalu menyertai engkau. Jangan takut; rahmat-Ku akan menyertaimu....”
Hari Ketiga.
(1768) “Putri-Ku, dalam meditasi ini, renungkanlah cinta akan sesama. Apakah cintamu akan sesama dipandu oleh cinta-Ku? Apakah engkau mendoakan musuh-musuhmu? Apakah engkau menghendaki yang baik bagi mereka yang, dengan salah satu cara, telah menyebabkan engkau berduka atau yang telah melukai hatimu?”
“Ketahuilah, apa pun yang baik yang engkau lakukan terhadap salah satu jiwa, Aku terima seolah-olah sudah engkau lakukan terhadap Aku.”
(1769) Penerapan. O Yesus, Kasihku, Engkau tahu bahwa dalam bertindak terhadap sesamaku, belum lama ini, aku sungguh dipimpin melulu oleh cinta-Mu. Engkau sendiri mengetahui usaha-usahaku untuk melakukan hal ini. Sekarang lebih mudah aku dapat melakukannya. Tetapi, kalau Engkau sendiri tidak menyalakan cinta itu di dalam jiwaku, aku tidak akan mampu bertahan di dalamnya. Kasih ekaristis-Mulah yang setiap hari menyalakan api cintaku.
Meditasi Kedua
(1770) “Sekarang, engkau akan merenungkan cinta-Ku dalam Sakramen Mahakudus. Di sini Aku seluruhnya bagimu dengan jiwa, tubuh, dan ke-Allahan-Ku sebagai Mempelaimu sepenuhnya menjadi milikmu. Engkau tahu apa yang dituntut oleh cinta: hanya satu hal, yakni balas cinta....”
(1771) Penerapan. O Yesusku, Engkau tahu bahwa aku ingin mencintai Engkau dengan cinta yang belum pernah ditunjukkan oleh suatu jiwa pun sebelum aku. Aku ingin seluruh dunia diubah menjadi cinta akan Dikau, Mempelaiku. Dengan madu dan susu Hati-Mu, Engkau menyuapi aku. Sejak tahun-tahun awalku, Engkau mendidik aku hanya untuk diri-Mu sendiri sehingga sekarang aku tahu bagaimana mencintai Engkau. Engkau tahu bahwa aku mencintai Engkau sebab Engkau sendiri mengetahui besarnya pengurbanan yang kupersembahkan kepada-Mu setiap hari.
(1772) Yesus berkata kepadaku, “Putri-Ku, apakah engkau menghadapi suatu kesulitan dalam retret ini?” Aku menjawab bahwa aku tidak menghadapi kesulitan apa pun. Dalam retret ini, pikiranku terang seperti sinar. Aku menyelami segala misteri iman dengan sangat mudah, Guru dan Pembimbingku. Karena sinar terang-Mu, semua kegelapan lenyap dari pikiranku.”
(1773) “Hari ini, untuk bacaan rohanimu, hendaknya engkau ambil Injil Yohanes, bab dua puluh satu. Biarlah kutipan ini memberikan lebih banyak makanan kepada hatimu daripada pikiranmu.”
(1774) Dalam ibadat bulan Juni, Tuhan berkata kepadaku, “Putri-Ku, Aku sangat senang beristirahat di dalam hatimu. Pada hari Kamis Putih, ketika Aku mewariskan Sakramen Mahakudus, engkaulah yang Kupikirkan.”
(1775) Sesudah mendengar kata-kata ini, cintaku berusaha sekuat tenaga untuk mengungkapkan kepada Tuhan apa artinya Dia bagiku. Tetapi, aku kehilangan kata-kata dan karena ketidakmampuanku, aku menangis sejadi-jadinya. Maka, Yesus berkata, “Bagimu, Aku adalah Sang Kerahiman sendiri; oleh karena itu, Aku minta kepadamu untuk mempersembahkan kepapaanmu dan ketidak-berdayaanmu ini kepada-Ku, dan dengan cara ini, engkau menggembirakan Hati-Ku.”
(1776) Hari ini, nyala cinta ilahi yang berkobar-kobar memasuki jiwaku; seandainya hal itu berlangsung sedikit lebih lama, sudah hangus aku termakan oleh api, yang membebaskan diriku dari ikatan-ikatan dengan hidup yang sekarang. Aku merasakan bahwa seandainya hal itu berlangsung sedikit lebih lama, pasti aku sudah tenggelam dalam samudra cinta. Aku tidak dapat melukiskan panah-panah asmara yang menembusi jiwaku ini.
Konferensi tentang Kerahiman.
(1777) “Putri-Ku, ketahuilah bahwa Hati-Ku adalah Sang Kerahiman sendiri. Dari lautan kerahiman ini, rahmat mengalir ke seluruh dunia. Tidak ada satu jiwa pun yang telah menghampiri Aku pergi tanpa menikmati penghiburan. Segala kepapaanmu telah dibenamkan dalam lubuk kerahiman-Ku, dan setiap rahmat yang menyelamatkan dan menguduskan memancar dari mata air ini. Putri-Ku, Aku ingin agar hatimu [menjadi] kediaman kerahiman-Ku. Aku ingin supaya kerahiman ini mengalir ke seluruh dunia lewat hatimu. Hendaknya tidak seorang pun yang menghampiri engkau pergi tanpa kepercayaan akan kerahiman-Ku yang sedemikian Aku inginkan bagi jiwa-jiwa.”
“Berdoalah sebanyak mungkin untuk orang-orang yang menghadapi ajal. Dengan permohonanmu, perolehlah bagi mereka pengharapan akan kerahiman-Ku sebab merekalah yang paling membutuhkan pengharapan, tetapi paling sedikit memilikinya. Yakinlah bahwa rahmat keselamatan kekal bagi jiwa-jiwa tertentu pada akhir hayat mereka bergantung pada doamu. Engkau mengetahui seluruh lubuk kerahiman-Ku; maka dari itu, timbalah kerahiman itu untuk dirimu sendiri dan khususnya untuk orang-orang berdosa yang malang. Dengan cepat, kerahiman-Ku akan merengkuh jiwa yang percaya sebelum langit dan bumi terjerumus ke dalam kehampaan.”
(1778) Niatku masih tetap sama: menyatukan diriku dengan Kristus-Sang-Kerahiman.
(1779) Hasil Retret: Percakapan dengan Tuhan.
Syukur kepada-Mu, o Kasih Abadi, atas Kebaikan-Mu yang Tak Terselami terhadapku sehingga Engkau mau menyibukkan Diri secara langsung dengan masalah pengudusanku. “Putri-Ku, hendaknya ketiga keutamaan menghiasi dirimu secara istimewa: kerendahan hati, kemurniaan motivasi, dan cinta. Jangan melakukan apa pun di luar yang Aku minta darimu, dan terimalah apa pun yang diberikan oleh tangan-Ku kepadamu. Berusahalah sungguuh-sungguh untuk mewujudkan kehidupan penuh konsentrasi sehingga engkau dapat mendengarkan suara-Ku yang sedemikian lembut sehingga hanya dapat didengar oleh jiwa-jiwa yang hening....”
(1780) Hari ini, sampai tengah malam, aku tidak dapat tidur; hatiku sedemikian bergejolak karena pembaruan kaul yang akan kulaksanakan besok pagi. Kebesaran Allah merengkuh seluruh diriku.
Pentekosta. Pembaruan Kaul.
(1781) Aku bangun jauh lebih dini daripada biasanya, lalu pergi ke kapel dan membenamkan diri dalam kasih Allah. Sebelum menyambut komuni kudus, dalam hati aku membarui kaul-kaul religiusku. Sesudah komuni kudus, kasih Allah yang tak terbatas meliputi aku. Jiwaku bersatu dengan Roh Kudus, yang sama-sama Tuhan seperti Bapa dan Putra. Embusannya memenuhi jiwaku dengan kesukaan yang amat besar sehingga sia-sia usahaku untuk melukiskan meskipun secara samar-samar, apa yang dialami hatiku. Sepanjang hari, di mana pun aku berada dan dengan siapa pun aku bercakap-cakap, kehadiran Allah yang nyata menyertai aku; jiwaku tenggelam dalam ucapan syukur karena rahmat-rahmat yang agung ini.
(1782) Hari ini, ketika aku pergi ke taman, Tuhan berkata kepadaku, “Kembalilah ke kamarmu karena Aku menantikan engkau di sana.” Segera aku kembali ke kamar, aku melihat Tuhan Yesus, duduk pada meja dan menantikan aku. Ia memandang aku dengan penuh cinta dan berkata, “Putri-Ku, Aku ingin engkau sekarang menulis sebab jalan-jalan di taman itu tidak selaras dengan kehendak-Ku.” Aku tinggal sendirian dan langsung mulai menulis.
(1783) Aku membenamkan diri dalam doa dan menyatukan diri dengan semua misa yang dirayakan di seluruh dunia pada saat itu. Aku mohon kepada Allah agar, berkat semua misa kudus itu, Ia melimpahkan kerahiman kepada dunia, khususnya kepada orang-orang berdosa yang malang yang pada saat itu menghadapi ajal. Seketika itu juga, dalam hati aku menerima jwaban dari Allah bahwa ribuan jiwa telah menerima rahmat karena doa yang kusampaikan kepada Allah. Kita tidak tahu berapa jumlah jiwa yang harus kita selamatkan lewat doa dan pengurbanan kita; oleh karena itu, marilah kita selalu berdoa bai orang-orang berdosa.
(1784) Hari ini, dalam kurun percakapan yang panjang, Tuhan berkata kepadaku, “Betapa besarnya keinginan-Ku untuk menyelamatkan jiwa-jiwa! Juru tulis-Ku yang terkasih, tulislah bahwa aku ingin mencurahkan kehidupan ilahi-Ku ke dalam jiwa-jiwa manusia dan menguduskan mereka, asal saja mereka mau menerima rahmat-Ku. Orang-orang yang dosanya paling berat pun akan mencapai kesucian yang tinggi kalau mereka mau berharap kepada kerahiman-Ku. Lubuk Hati-Ku yang paling dalam penuh dengan kerahiman yang selalu mengalir, dan semua itu dicurahkan ke atas semua yang telah Kuciptakan. Kesukaan-Ku adalah bekerja di dalam jiwa manusia, memenuhinya dengan kerahiman-Ku dan menyelamatkannya. Kerajaan-Ku di bumi adalah kehidupan-Ku dalam jiwa manusia. Tulislah, juru tulis-Ku, bahwa Aku sendiri adalah penuntun rohani bagi jiwa-jiwa - Aku menuntun mereka secara tidak langsung lewat imam, dan setiap orang Kutuntun kepada kesucian lewat jalan yang hanya Aku sendiri yang tahu.”
(1785) Muder Superior hari ini mengunjungi aku, tetapi hanya dalam waktu yang singkat. Ketika memandang ke sekeliling, ia berkata bahwa segala sesuatu sangat rapi di sini. Memang benar, para suster berusaha membuat tempat tinggalku di sanatorium ini sangat menyenangkan. Tetapi, semua keindahan ini tidaklah mengurangi penderitaanku, yang hanya dapat dilihat oleh Allah dan baru akan berakhir ketika jantungku berhenti berdenyut. Baik keindahan seluruh bumi, maupun bahkan keindahan surga sendiri, tidak dapat menghapuskan siksaan jiwaku, yang setiap saat muncul dalam hidup batin yang begitu mendalam. Semua itu baru akan berakhir ketika Engkau sendiri, Pencipta penderitaanku, berkata, “Cukup!” Tidak ada suatu pun yang dapat mengurangi penderitaanku.
(1786) Jumat Pertama sesudah Hari Raya Tubuh Kristus. [17 Juni 1938].
Langsung pada hari Jumat sesudah Hari Raya Tubuh Kristus, aku merasa kesehatanku begitu buruk sehingga aku berpikir bahwa saat yang sudah lama kurindukan sudah dekat. Sepanjang malam, aku terserang demam tinggi dan mengeluarkan banyak darah. Namun, aku tetap pergi menyambut Tuhan Yesus pada pagi hari, tetapi aku tidak dapat bertahan selama misa kudus. Pada siang hari, suhu tubuhku mendadak turun menjadi 35.8 darjah celsius. AKu merasa begitu lemah sehingga aku merasa seolah-olah segala sesuatu yang ada dalam diriku sudah mati. Ketika aku membenamkan diri dalam doa, aku tahu bahwa itu bukanlah saat pembebasan, tetapi hanya panggilan mendadak dari Mempelaiku.
(1787) Ketika aku berjumpa dengan Tuhan, aku berkata kepada-Nya, “Engkau membodohi aku, Yesus; Engkau menunjukkan kepadaku gerbang surga terbuka, tetapi sekali lagi Engkau meninggalkan aku di bumi.” Tuhan berkata kepadaku, “Apabila engkau sudah ada di surga, dan melihat kembali hari-hari ini, engkau akan bersukacita dan akan ingin melihatnya sesering mungkin. Aku tidak heran, Putri-Ku, bahwa sekarang engkau belum dapat memahaminya sebab hatimu ditenggelamkan oleh rasa sakit dan kerinduan akan Daku. Berjagamu menyenangkan Hati-Ku. Puaslah dengan kata-kata-Ku; saatnya tidak akan lama lagi.”
Sekali lagi jiwaku menyadari dirinya berada dalam pembuangan. Dalam kasih, aku menyatukan diriku dengan kehendak Allah, sambil menyerahkan diriku kepada ketetapan-ketetapan-Nya yang agung.
(1788) Percakapan-percakapan mengenai hal-hal duniawi yang kudengar di tempat ini membuatku sedemikian lelah sehingga aku hampir pingsan. Para suster yang merawatku telah memperhatikan hal ini sebab semua itu tampak secara lahiriah.
(1789) Hari ini, aku menyaksikan kemuliaan Allah yang mengalir dari gambar [Kerahiman Ilahi] itu. Banyak jiwa sedang menerima rahmat meskipun mereka tidak menceritakannya secara terbuka. Meskipun gambar itu mengalami aneka kejadian, Allah tetap dimuliakan karenanya; usaha-usaha setan dan orang-orang jahat sudah berantakan dan hancur lebur. Meskipun setan melancarkan kemarahan, Kerahiman Ilahi akan berjaya atas seluruh dunia dan disembah oleh semua jiwa.
(1790) Aku telah memahami bahwa supaya Allah dapat bertindak dalam suatu jiwa, jiwa itu harus berhenti bertindak atas kemauannya sendiri; kalau tidak, Allah tidak akan melaksanakan kehendak-Nya dalam jiwa itu.
(1791) Ketika suatu badai besar mendekat, aku mulai mendaras Koronka. Sekonyong-konyong aku mendengar suara malaikat, “Aku tidak dapat mendekat dalam wujud badai itu sebab sinar yang datang dari mulut suster itu mengusir aku dan juga badai ini.” Begitulah keluhan malaikat itu kepada Allah. Kemudian, aku menyaksikan betapa banyaknya malapetaka yang akan dilaksanakan si malaikat lewat badai itu; tetapi aku juga menyaksikan bahwa doa ini menyenangkan hati Allah, dan bahwa Koronka memiliki kekuatan yang amat besar.
(1792) Aku menyaksikan bahwa jiwa tertentu sangat menyenangkan Allah dan bahwa meskipun dirundung segala macam penganiayaan, orang ini didandani Allah dengan kemuliaan yang baru dan lebih tinggi. Hatiku sangat bersukacita karena hal ini.
(1793) Saat-saat yang paling menyenangkan bagiku adalah ketika aku bercakap-cakap dengan Tuhan di relung hatiku. Aku berusaha dengan sebaik-baiknya untuk tidak meninggalkan Dia sendirian. Ia senang selalu bersama dengan kita ....
(1794) O Yesus, Allah yang kekal, aku bersyukur kepada-Mu karena rahmat dan berkat-Mu yang tak terbilang. Biarlah setiap denyut jantungku menjadi madah syukur yang baru bagi-Mu, o Allah. Biarlah setiap tetes darahku mengalir bagi-Mu, ya Tuhan. Jiwaku adalah suatu madah sembah sujud bagi Kerahiman-Mu. Aku mengasihi Engkau, ya Allah, demi diri-Mu sendiri.
(1795) Ya Allahku, memang penderitaan-penderitaanku berat dan berkepanjangan, tetapi aku menerimanya sebagai karunia yang mulia dari tangan-Mu. Aku menerima semua penderitaan itu, juga penderitaan yang ditolak oleh jiwa-jiwa lain. Ya Yesusku, Engkau dapat datang kepadaku dengan membawa apa saja, aku sama sekali tidak akan menolak Engkau. Hanya satu hal yang kuminta dari-Mu: berilah aku kekuatan untuk menanggungnya dan berilah agar semua itu dapat mendatangkan pahala. Aku serahkan seluruh hidupku: berbuatlah terhadapku seperti yang Kaukehendaki.
(1796) Hari ini, aku melihat Hati Kudus Yesus di langit, di tengah cahaya yang terang benderang. Berkas-berkas sinar memancar dari Luka [di lambung-Nya] dan menyebar ke seluruh dunia.
(1797) Hari ini, Tuhan datang kepadaku dan berkata, “Putri-Ku, bantulah Aku menyelamatkan jiwa-jiwa. Pergilah kepada seorang berdosa yang sedang menghadapi ajal, dan teruslah mendaras Koronka. Dengan cara ini, engkau akan memperoleh baginya pengharapan akan kerahiman-Ku karena ia sudah dalam keadaan putus asa.”
(1798) Tiba-tiba, aku mendapati diriku berada di suatu pondok yang asing bagiku di mana seorang lelaki lanjut usia sedang menghadapi ajal di tengah siksaan-siksaan yang berat. Yang ada di sekeliling tempat tidurnya hanyalah suatu himpunan besar roh jahat dan keluarga, yang pada menangis. Ketika aku mulai berdoa, roh-roh kegelapan itu melarikan diri dengan bunyi desis dan ancaman-ancaman yang diarahkan kepadaku. Jiwa itu menjadi tenang dan, dengan penuh kepercayaan, ia beristirahat dalam Tuhan.
Pada saat yang sama, aku mendapati diriku berada di kamarku sendiri. Bagaimana ini terjadi, aku tidak tahu.
(1799) Y.M.Y. Aku merasa ada suatu kuasa yang membela dan melindungi aku dari serangan-serangan musuh. Kuasa itu terus menjaga dan melindungi aku. Aku merasakannya dengan amat jelas; seolah-olah aku dilindungi oleh nauangan sayap-sayap Tuhan.
(1800) Yesusku, hanya Engkaulah yang mahabaik. Hatiku berusaha keras untuk menuliskan kebaikan-Mu, sekurang-kuranya sebagian, tetapi tidak dapat aku melakukannnya - semua ini melampaui segala pengertian kami.
(1801) Pada suatu hari, dalam misa kudus, dengan amat jelas Tuhan menunjukkan kepadaku kekudusan dan keagungan-Nya, dan pada saat yang sama aku menyaksikan kepapaanku sendiri. Penglihatan ini membuat aku bahagia, dan jiwaku membenamkan diri sepenuhnya di dalam kerahiman-Nya. AKu merasakan kebahagiaan yang luar biasa.
(1802) Pada hari berikutnya, aku memiliki suatu kesadaran yang jelas mengenai kata-kata berikut, “Engkau tahu, Allah itu sedemikian kudus, sedangkan engkau ini penuh dosa. Jangan menghampiri Dia, dan pergilah ke pengakuan dosa setiap hari.” Dan sungguh, apa saja yang kupikirkan tampak bagiku sebagai suatu dosa. Tetapi, aku tidak kehilangan satu komuni kudus pun, dan aku memutuskan untuk pergi mengaku dosa pada waktu yang ditentukan karena aku tidak mengalami hambatan apa pun. Saat hari pengakuan dosa tiba, aku mempersiapkan diri dengan mengumpulkan semua dosa yang harus kuakukan. Tetapi, di kamar pengakuan, meskipun aku berusaha sungguh-sungguh untuk melaksanakan pengakuan seperti yang sudah kusiapkan, Allah membuat aku hanya bisa mengakui dua ketiksempurnaan. Ketika aku meninggalkan kamar pengakuan, Tuhan berkata kepadaku, “Putri-Ku, semua dosa yang ingin engkau akukan itu bukan dosa dalam pandangan-Ku; itulah sebabnya Aku membuat engkau tidak mampu mengatakannya.” Aku tahu bahwa setan, yang ingin mengganggu ketenangan hatiku, telah menyodorkan kepadaku pemikiran-pemikiran yang berlebihan. O Juru Selamat, betapa besar kebaikan-Mu!
(1803) Pada suatu hari, ketika sedang mempersiapkan komuni kudus, aku tidak memiliki suatu pun untuk dipersembahkan kepada Tuhan. Maka, aku tersungkur pada kaki Tuhan sambil memohon kerahiman-Nya atas jiwaku yang papa, “Semoga rahmat-Mu, yang mengalir kepadaku dari Hati-Mu yang berbelas kasih, menguatkan aku untuk berjuang dan menderita sehingga aku tetap setia kepada-Mu. Meskipun aku ini sedemikian papa, aku tidak takut akn Dikau sebab aku mengenal kerahiman-Mu dengan baik. Tidak ada suatu pun yang dapat membuat aku gentar terhadap-Mu, o Allah sebab segala sesuatu demikian tidak berarti dibandingkan dengan apa yang kuketahui [apa itu kerahiman-Mu] - aku mengetahui hal ini dengan jelas.


[Di sini berakhir Buku Harian 6 dan terakhir]

BHSF 1701 - 1750

 (1701) Hari ini, aku minta kepada Tuhan agar Ia berkenan mengajar aku tentang kehidupan batin sebab dari diriku sendiri aku tidak dapat baik memahami maupun menyelami suatu pun dengan sempurna. Tuhan menjawab kepadaku, “Aku adalah Gurumu, sekarang dan kelak; berusahalah membuat hatimu menjadi seperti Hati-Ku yang lemah lembut dan rendah hati. Janganlah pernah menuntut hakmu. Tanggunglah dengan tenang dan sabar segala sesuatu yang menimpa engkau. Janganlah membela diri kalau engkau dipermalukan meskipun engkau tidak bersalah. Biarlah orang-orang lain merasa menang. Janganlah berhenti berbuat baik kalau engkau melihat bahwa kebaikanmu disalahgunakan. AKu sendiri akan berbicara bagimu kalau memang diperlukan. Bersyukurlah atas rahmat-Ku yang paling kecil sekalipun sebab sikap syukurmu mendesak Aku untuk memberikan rahmat baru kepadamu...”

(1702) Menjelang akhir Jalan Salib yang kulaksanakan, Tuhan Yesus mulai mengeluh tentang jiwa-jiwa para religius dan para imam, tentang kurangnya cinta dalam jiwa-jiwa yang terpilih. “Aku akan membiarkan biara dan gereja-gereja dihancurkan.” Aku menjawab, “Tetapi, ya Yesus, ada begitu banyak jiwa yang memuji Engkau dalam biara-biara.” Tuhan menjawab, “Pujian itu melukai Hati-Ku sebab cinta sudah diusir dari biara-biara. Jiwa-jiwa itu tanpa cinta dan tanpa kesalehan, jiwa-jiwa itu penuh dengan egoisme dan cinta diri, jiwa-jiwa itu penuh dengan kesombongan dan kecongkakan, jiwa-jiwa itu penuh dengan tipu muslihat dan kemunafikan, jiwa-jiwa itu suam-suam kuku, yang kehangatannya hanya cukup untuk bertahan hidup: Hati-Ku tidak tahan menanggung semua ini. Semua rahmat yang Kucurahkan atas mereka langsung menghilang seperti air yang jatuh ke permukaan batu karang. Aku tidak tahan berada di depan mereka sebab mereka tidak baik dan tidak jahat. Aku telah menginginkan biara-biara baru agar dunia dikuduskan lewat mereka. Dari merekalah nyala cinta dan pengurbanan yang penuh kekuatan seharusnya berkobar. Kalau mereka tidak bertobat dan hati mereka tidak bernyala karena cinta pertama mereka, Aku akan mengizinkan dunia menghancurkannya...”
“Bagaimana mereka dapat duduk pada takhta pengadilan yang ditetapkan untuk menghakimi dunia kalau kesalahan mereka lebih besar daripada kesalahan dunia? Tidak ada penyesalan dan pemulihan dalam diri mereka. O hati yang pada pagi hari menerima Aku dan pada tengah hari sudah sama sekali dipenuhi kebencian terhadap-Ku, kebencian dalam segala jenisnya! O hati yang Kupilih secara istimewa, untuk inikah engkau dipilih, yakni untuk lebih melukai Hati-Ku? Dosa-dosa berat yang dilakukan oleh dunia merupakan luka di permukaan Hati-Ku, tetapi dosa-dosa yang dilakukan oleh jiwa terpilih terus-menerus menembus Hati-Ku...”
(1703) Ketika aku mencoba mendoakan mereka, aku tidak dapat menemukan dasar apa pun untuk meminta pengampunan bagi mereka dan karena pada waktu itu aku tidak mampu memikirkan suatu pun untuk membela mereka, hatiku dicekam oleh penderitaan, dan aku menangis dengan pedih hati. Kemudian Tuhan memandangku dengan penuh cinta dan meneguhkan aku dengan kata-kata ini, “Jangan menangis. Masih ada banyak jiwa yang sangat mencintai Aku, tetapi Hati-Ku ingin dicintai oleh semua orang dan Aku memperingatkan serta menghukum mereka karena Aku sangat mencintai mereka.”
(1704) Pergulatan melawan godaan tertentu. Ada satu orang yang terus menerus mengganggu aku dengan kata-kata rayuan. Karena ia tahu kapan aku keluar untuk pergi ke kapel atau ke serambi, ia menghadang langkahku. Tetapi, ia tidak berani mendekatiku sendirian. Maka, ia mengajak orang lain yang seperti dirinya, tetapi tidak seorang pun dari mereka berani mendekati aku. Ketika aku sedang dalam perjalanan untuk mengikuti ibadat bulan Mei, mereka sudah berdiri di tempat yang harus aku lalui. Sebelum sampai pada mereka, aku sudah mendengar kata-kata rayuan yang diarahkan kepadaku. Dan Tuhan mengizinkan aku mengetahui maksud hati mereka yang tidak baik. Aku tahu bahwa mereka akan menghadang aku sesudah ibadat, dan kemudian memaksa aku berbicara dengan mereka karena sampai saat itu belum sepatah kata pun kuucapkan.
Ketika aku meninggalkan kapel, mereka sudah ada di sana, siap menantikan aku lewat. Kali ini, aku dicekam oleh rasa takut. Tiba-tiba Yesus berdiri di sampingku dan berkata, “Jangan takut. Aku menyertaimu.” Serta merta aku merasakan di dalam jiwaku ada kekuatan luar biasa, yang tidak dapat kulukiskan. Ketika tinggal beberapa langkah dari mereka, aku berkata dengan keras dan berani, “Terpujilah Yesus Kristus!” Dan mereka, sambil melangkah ke samping, menjawab, “Selama-lamanya. Amin” Seperti disambar petir, mereka menundukkan kepala, bahkan tidak berani memandang aku. Sesudah aku lewat, aku dapat mendengar beberapa komentar jahat. Sejak saat itu, setiap kali melihat aku, orang ini lari menyingkir agar tidak berjumpa dengan aku dan, syukur kepada Tuhan, aku dibiarkan dalam damai...
(1705) Sesudah misa kudus, aku pergi ke taman untuk melakukan meditasi. Karena pada waktu itu belum ada pasien lain pun di taman, aku merasa leluasa. Ketika aku merenungkan berkat-berkat Allah, hatiku bernyala-nyala karena cinta yang sedemikian besar sehingga hatiku serasa terbakar. Tiba-tiba Yesus berdiri di depanku dan berkata, “Apa yang engkau lakukan di sini sedini ini?” Aku menjawab, “Aku sedang memikirkan Engkau, kerahiman-Mu, dan kebaikan-Mu terhadap kami. Dan Engkau, Yesus, apa yang Engkau lakukan di sini?” “Aku datang untuk menjumpai engkau, untuk melimpahkan rahmat atas dirimu. Aku sedang mencari jiwa-jiwa yang senang menerima rahmat-Ku.”
(1706) Hari ini, dalam Ibadat Sore, Tuhan memberi tahu aku betapa Ia sangat berkenan akan hati yang murni dan bebas. Aku merasa bahwa Allah suka menjenguk ke dalam hati seperti itu. ...Tetapi, hati seperti itu adalah hati para ksatria; hidupnya berada dalam pertempuran yang tak pernah berkesudahan.
(1707) Dalam perjalananku menuju serambi, aku singgah ke kapel sejenak. Hatiku benar-benar membenamkan diri dalam adorasi, sambil memuji kebaikan Allah dan kerahiman-Nya yang tak terselami. Kemudian, aku mendengar kata-kata ini dalam jiwaku, “Kini dan nanti Aku akan menjadi sebagaimana engkau memuji Aku. Engkau akan mengalami kebaikan-Ku, mulai sejak kehidupan ini dan kemudian, secara penuh, dalam kehidupan yang akan datang.”
(1708) O Kristus, aku sangat bersukacita ketika menyaksikan Engkau dicintai dan mendengar pujian serta hormat bagi-Mu, khususnya pujian terhadap kerahiman-Mu, bergema di mana-mana. O Kristus, sampai akhir hayatku, aku tidak akan berhenti memuliakan kebaikan dan kerahiman-Mu. Dengan setiap tetes darahku, dengan setiap denyut jangtungku, aku memuliakan kerahiman-Mu. Aku ingin seluruh diriku diubah menjadi kidung kemuliaan bagi-mu. Apabila aku menghadapi ajal, biarlah detak jantungku yang terakhir menjadi madah merdu untuk memuji kerahiman-Mu yang tak terbatas.
(1709) Hari ini, Tuhan berkata kepadaku, “Engkau akan menjalani retret tiga hari sebelum turunnya Roh Kudus. Aku sendiri akan mengarahkan engkau. Hendaknya engkau tidak mengikuti suatu pun dari peraturan-peraturan yang dituntut oleh retret pada umumnya atau menggunakan suatu buku pun untuk meditasi. Tugasmu adalah mendengarkan suara-Ku dengan penuh perhatian. Untuk bacaan rohani, hendaknya engkau membaca satu bab dari Injil Yohanes.”
(1710)  26 Mei 1938. Hari ini, aku mendampingi Tuhan Yesus ketika Ia naik ke surga. Hari itu sekitar tengah hari, aku dikuasai oleh rasa rindu yang luar biasa akan Allah. Itu adalah sesuatu yang aneh. Semakin aku merasakan kehadiran Allah, semakin berkobar-kobarlah kerinduanku akan Dia. Kemudian aku melihat diriku sendiri di tengah himpunan besar murid-murid Yesus dan para rasul bersama dengan Bunda Allah. Yesus sedang menyuruh mereka untuk “...pergilah ke seluruh dunia dan ajarlah mereka dalam nama-Ku.” Ia mengulurkan tangan-Nya dan memberkati mereka, lalu menghilang di balik awan. Aku menyaksikan kerinduan Bunda kita. Dengan segenap kekuatan cintanya, jiwanya merindukan Yesus. Tetapi, ia sedemikian tenang dan sedemikian bersatu dengan kehendak Allah sehingga di dalam hatinya tidak ada gejolak lain kecuali yang dikehendaki Allah.
(1711) Ketika aku sendirian bersama Santa Perawan Maria, ia mengajarkan kepadaku mengenai kehidupan batin. Ia berkata, “Kebesaran sejatu suatu jiwa adalah mencintai Allah dan merendahkan diri di hadirat-Nya, sambil melupakan dirinya sendiri sama sekali dan tidak mengandalkan suatu pun; sebab Tuhan itu memang besar, tetapi Ia sangat berkenan akan orang yang rendah hati; Ia selalu menolak orang yang sombong.”
(1712) Seseorang, yang sebelum ini sudah kusebut, mengunjungi aku lagi. Ketika aku menyadari bahwa ia mulai mengumbar kebohongan, aku menunjukkan kepadanya bahwa aku tahu ia sedang berbohong. Ia sangat malu dan berhenti berbicara. Kemudian aku berbicara kepadanya tentang pengadilan Allah yang dahsyat; aku juga menegaskan bahwa ia sudah menyesatkan jiwa-jiwa yang tak bersalah dan menuntun mereka di jalan yang berbahaya. Di hadapannya, kubeberkan segala sesuatu yang ada dalam hatinya. Karena aku harus mengendalikan perasaanku sendiri untuk dapat berbicara ramah kepadanya, dan untuk membuktikan kepada Yesus bahwa aku mencintai musuh-musuhku, maka aku memberikan kudapan petangku kepadanya. Ia pun pergi, jiwanya sudah diterangi, tetapi masih jauh dari mulai bertindak....
(1713) Ada waktu-waktu saat Tuhan Yesus memenuhi keinginan-keinginanku yang paling kecil sekalipun. Hari ini, aku berbicara bahwa aku ingin melihat beberapa bulir gandum, padahal bulir-bulir itu tidak dapat dilihat dari sanatorium. Tetapi, salah seorang dari para pasien mendengar pembicaraanku. Maka, pada hari berikutnya, ia pergi ke ladang dan membawa untukku beberapa bulir gandum yang indah. Kamarku selalu dihiasi dengan bunga-bunga yang segar, tetapi rohku merasa tidak puas akan suatu pun. Semakin lama aku semakin merindukan Allah.
(1714) Hari ini, dengan khusyuk, aku memohon pertolongan Tuhan Yesus untuk rumah kami agar Ia berkenan mengambil salib yang telah menindih biara kami. Tuhan menjawab aku, “Doa-doamu dikabulkan untuk ujud-ujud yang lain. Aku tidak dapat mengambil salib-salib itu sebelum mereka tahu maksudnya.” Tetapi, aku tidak berhenti berdoa.
(1715) Suatu godaan yang kuat. Tuhan menunjukkan kepadaku betapa suatu hati yang murni menyenangkan Dia, dan karena itu aku diberi pengetahuan yang lebih jelas mengenai kepapaanku sendiri. Ketika aku mulai mempersiapkan pengakuan dosa, godaan-godaan yang kuat melawan para bapak pengakuan menyerbu aku.
Aku tidak melihat setan, tetapi aku dapat merasakan kehadirannya, merasakan kemarahannya yang mengerikan. - “Sungguh, ia adalah manusia biasa” - “Bukan manusia biasa sebab ia memiliki kekuatan Allah.” - Sungguh,  tidak sulit bagiku untuk mengakui dosa-dosaku. Tetapi, untuk mengungkapkan lubuk hatiku yang paling rahasia, untuk memberikan pertanggungjawaban tentang kegiatan rahmat Allah, untuk berbicara tentang tuntutan Allah, tentang semua yang terjadi antara Allah dan diriku ... untuk menuturkan bahwa bagi manusia hal itu melampaui kekuatanku. Aku merasakan bahwa aku sedang berjuang melawan godaan-godaan yang berat dan aku berseru, “O Kristus, Engkau dan imam adalah satu; aku akan menghampiri kamar pengakuan seperti aku menghampiri Engkau sendiri, bukan seorang insan.” Ketika aku memasuki kamar pengakuan, aku mulai dengan mengungkapkan kesulitan-kesulitanku. Imam menjawab bahwa hal paling baik yang telah aku lakukan adalah mengungkapkan godaan-godaan ini. Tetapi, sesudah pengakuan dosa, semua godaan itu lenyap dan jiwaku menikmati damai.
(1716) Pernah, pada waktu rekreasi, salah seorang suster pemimpin berkata bahwa suster-suster pembantu tidak memiliki perasaan, dan karena itu dapat diperlakukan dengan kasar. Aku sangat sedih menyaksikan bahwa para suster pemimpin sedikit sekali tahu tentang para suster pembantu dan menghakimi mereka hanya dari apa yang kelihatan.
(1717) Hari ini, aku sedang berbicara dengan Tuhan, dan Ia berkata kepadaku, “Ada jiwa-jiwa yang dengannya Aku tidak dapat melakukan suatu pun. Mereka adalah jiwa-jiwa yang terus-menerus mengamati orang lain, tetapi sama sekali tidak mengetahui apa yang terjadi dalam diri mereka sendiri. Mereka terus-menerus berbicara tentang orang lain, bahkan juga pada saat silentium yang ketat, yang dikhususkan hanya untuk berbicara dengan Aku. Oh, jiwa-jiwa yang malang, mereka tidak mendengarkan kata-kata-Ku; batin mereka selalu hampa. Mereka tidak mencari Aku dalam hati mereka sendiri, tetapi dalam percakapan yang hampa, di mana Aku tidak pernah ditemukan. Mereka merasakan kehampaan mereka, tetapi mereka tidak menyadari kesalahan mereka sendiri, sedangkan jiwa-jiwa yang sepenuhnya AKu rajai senantiasa menjadi suara batin melawan mereka. Sebagai pengganti mengoreksi diri sendiri, mereka memenuhi hati sendiri dengan dengki, dan kalau mereka tidak menyadari kesalahan sendiri, mereka akan terjerumus lebih dalam lagi. Suatu hati yang selama ini penuh dengan kedengkian, kini sudah mulai dipenuhi dengan kebencian. Mereka sudah di ambang kejahatan. Mereka cemburu akan anugerah-Ku kepada jiwa-jiwa lain, tetapi mereka sendiri tidak mampu dan tidak mau menerimanya.”
(1718) Tinggal di kaki-Mu, o Allah yang tersembunyi, adalah kesukaan dan firdaus bagi jiwaku. Di sini Engkau memperkenalkan diri-Mu kepadaku, o Yang Tak Terbatas, dan dengan manis Engkau berkata kepadaku, “Berikanlah kepada-Ku, berikanlah kepada-Ku hatimu!” Percakapan batin, hanya dengan Dikau, adalah mengalami apa yang dinikmati oleh para penghuni surga, dan berkata kepada Allah, “Aku mau, aku mau memberikan hatiku kepada-Mu, o Tuhan,” asal Engkau, o Yang Agung dan Tak Terselami, menerimanya dengan senang hati.
Kasih dan kemanisan adalah kehidupanku, dan kehadiran-Mu yang lestari dalam jiwaku, kurasakan di bumi ini dalam pesona yang terus-menerus, dan seperti Serafim aku berseru berulang kali, “Hosanna!”
O Engkau Yang Tersembunyi, dengan tubuh, jiwa, dan ke-Allah-an, di dalam rupa roti yang rapuh, Engkau adalah kehidupanku; dari-Mu mengalir rahmat dengan berlimpah dan bagiku, Engkau melampaui sukacita surga.
Ketika Engkau menyatukan diri-Mu denganku dalam komuni, o Allah, aku merasakan keagungan yang tak terperikan, suatu keagungan yang mengalir dari-Mu, o Tuhan, kuakui dengan rendah hati, dan kendati kepapaanku, dengan bantuan-Mu, aku dapat menjadi seorang santa.
(1719) Dalam misa kudus, aku menjadi tahu bahwa seorang imam tertentu tidak memberikan pengaruh yang besar dalam jiwa-jiwa karena ia hanya memikirkan dirinya sendiri dan karena itu ia selalu sendirian. Rahmat Allah kabur darinya; ia selalu sibuk dengan urusan-urusan lahiriah, yang tidak memiliki arti di mata Allah; dan karena sombong, ia membuang-buang waktunya dengan menyibukkan diri mengurusi hal-hal yang tidak ada artinya.
(1720) Kadang-kadang, Yesus memberi aku pengetahuan dalam jiwaku bahwa segala sesuatu yang ada di bumi ini harus melayani aku: teman, lawan, keberhasilan, hambatan ... segala sesuatu, mau atau tidak, harus melayani aku. Aku tidak memikirkan mereka sama sekali; aku berusaha untuk setia kepada Allah dan untuk mencintai Dia sampai aku sungguh-sungguh melupakan diri sendiri. Dan Ia sendiri menjaga aku serta berperang melawan musuh-musuhku.
(1721) Sesudah komuni kudus, ketika aku baru saja menyambut Yesus dalam hatiku, aku berkata kepada-Nya, “Kekasihku, merajalah di relung hatiku yang paling tersembunyi; di sana tersimpan pikiran-pikiranku yang paling rahasia; di sana tersimpan pikiran-pikiranku yang paling rahasia; di sana hanya Engkau yang dapat datang dengan leluasa; itulah ruang mahakudus yang tidak dapat dimasuki oleh pikiran manusiawi. Kiranya Engkau sendiri berkenan tinggal di sana, dan kiranya segala sesuatu yang kulakukan secara lahiriah mengalir dari Engkau. Kerinduanku bernyala-nyala dan, dengan segenap kekuatan jiwaku, aku berusaha untuk membuat Engkau, ya Tuhan, merasa betah di tempat kudus ini.”
(1722) Aku mendengar kata-kata ini, “Kalau engkau tidak mengikat tangan-Ku, AKu pasti sudah menurunkan banyak hukuman ke atas bumi. Putri-Ku, pandangan matamu meredakan murka-Ku. Meskipun mulutmu membisu, engkau memanggil Aku dengan sedemikian kuatnya sehingga seluruh surga terharu. Aku tidak dapat menghindar dari permintaan-permintaanmu sebab engkau memburu Aku, tidak dari jauh tetapi dalam hatimu sendiri.”
(1723) Pada suatu malam, jiwa seorang perempuan muda datang kepadaku. Ia menyadarkan aku akan kehadirannya, dan menunjukkan kepadaku bahwa ia membutuhkan doaku. Sejenak aku mendoakan dia, tetapi rohnya tidak meninggalkan aku. Maka aku berkata dalam hati, “Kalau engkau ini roh baik, tinggalkanlah aku dalam damai, dan indulgensi-indulgensi yang akan kuperoleh besok pagi akan kuberikan kepadamu.” Seketika itu juga, roh itu meninggalkan kamarku, dan aku menyadari bahwa ia sedang berada di Purgatorium.
(1724) Hari ini, aku merasakan sengsara Tuhan dalam tubuhku lebih dari kapan pun. Aku merasakan bahwa sengsara ini adalah demi keselamatan seorang berdosa yang menghadapi ajal.
(1725) Hari ini, Tuhan mengajar aku lagi bagaimana aku harus menghampiri Sakramen Rekonsiliasi, “Putri-Ku, sama seperti engkau mempersiapkan kehadiran-Ku, demikianlah engkau melakukan pengakuan dosamu di hadapan-Ku. Bagi-Ku, sosok seorang imam hanyalah tirai. Jangan pernah menganalisis imam macam apa yang Aku gunakan; dalam pengakuan dosa, bukalah jiwamu seolah-olah engkau melakukannya kepada-Ku, dan Aku akan memenuhinya dengan terang-Ku.”
(1726) Ya Kristus dan Tuhan, Engkau sedang menuntun aku di pinggir jurang-jurang. Ketika melihatnya, aku dipenuhi dengan kegentaran, tetapi pada saat yang sama aku merasa damai karena aku mendekap pada Hati-Mu. Dekat pada Hati-Mu, aku tidak takut akan suatu pun. Dalam saat-saat yang berbahaya ini, aku bersikap seperti seorang anak kecil, yang digendong dalam pelukan ibunya; ketika melihat sesuatu yang mengancam dirinya, ia merangkul leher ibunya lebih erat dan merasa aman.
(1727) Aku sering melihat jerat yang dipasang bagiku oleh jiwa-jiwa yang mestinya tidak berbuat demikian. Aku tidak membela diri, tetapi aku mempercayakan diriku sama sekali kepada Allah, yang melihat apa yang ada di dalam hatiku. Dan aku menyaksikan bagaimana jiwa-jiwa itu terperangkap di dalam jerat mereka sendiri. O Allah, betapa adil dan baiknya Engkau!
(1728) “Tulislah: Aku adalah Tritunggal yang kudus, dan Aku benci akan dosa yang paling kecil sekalipun. Aku tidak dapat mengasihi suatu jiwa yang ternoda oleh dosa; tetapi ketika ia menyesal, kemurahan-Ku terhadapnya tidak terbatas. Kerahiman-Ku merengkuh dan menyelamatkannya. Dengan kerahiman-Ku, AKu memburu orang-orang berdosa di segala jalan mereka, dan Hati-Ku bersukacita ketika mereka kembali kepada-Ku. Aku lupa akan kepahitan yang mereka suapkan kepada Hati-Ku, dan Aku bersukacita ketika mereka kembali.”
“Katakan kepada orang-orang berdosa bahwa tidak seorang pun akan lolos dari tangan-Ku; kalau mereka lari dari Hati-Ku yang maharahim, mereka akan jatuh ke dalam tangan-Ku yang adil. Katakan kepada orang-orang berdosa bahwa Aku selalu menantikan mereka bahwa dengan penuh perhatian Aku mendengarkan denyut jantung mereka ... kapan ia akan berdengyut bagi-Ku? Tulislah bahwa Aku sedang berbicara kepada mereka lewat kegelisahan hati nurani mereka, lewat kegagalan dan penderitaan mereka, lewat badai topan dan halilintar, lewat suara Gereja. Dan kalau mereka menyia-nyiakan semua rahmat-Ku, Aku akan murka terhadap mereka, sambil meninggalkan mereka sendirian dan memberikan kepada mereka apa yang mereka kehendaki.”
(1729) O Yesusku, hanya Engkau yang mengetahui usaha-usahaku. Aku tampaknya sedikit lebih sehat; tetapi lebih sehatku ini hanya cukup untuk dapat pergi ke serambi daripada terus berbaring di tempat tidur. Aku tahu dan sepenuhnya sadar akan apa yang terjadi padaku. Meskipun ada perhatian yang cermat dari para superiorku dan meskipun ada usaha-usaha yang keras dari para dokter, kesehatanku terus merosot bahkan akan habis. Tetapi, aku sangat bersukacita atas panggilan-Mu, ya Allahku, Kasihku, sebab aku tahu bahwa pada saat kematianku, misiku akan dimulai. Oh, betapa besarnya kerinduanku untuk dibebaskan dari ikatan-ikatan raga ini. O Yesusku, Engkau tahu bahwa dalam semua keinginanku, aku selalu melihat kehendak-Mu. Dari diriku sendiri, aku tidak mau meninggal satu menit lebih cepat, atau hidup satu menit lebih lama, atau menderita sedikit lebih kecil, atau menderita sedikit lebih banyak; yang ingin kulakukan hanyalah kehendak kudus-Mu. Meskipun aku memiliki gairah yang besar, dan keinginan yang bernyala-nyala dalam hatiku sungguh luar biasa, semua itu tidak pernah melampaui kehendak-Mu.
(1730) Aku bergegas menghampiri kerahiman-Mu, ya Allah yang mahamurah, satu-satunya yang sungguh baik. Meskipun kepapaanku luar biasa, dan pelanggaranku sungguh banyak, aku tetap berharap akan kerahiman-Mu sebab Engkau adalah Allah yang maharahim; sejak dahulu kala, tidak pernah terdengar dan tidak pernah diingat oleh langit atau bumi bahwa suatu jiwa yang mengharapkan kerahiman-Mu dikecewakan.
Ya Allah yang mahamurah, hanya Engkau yang dapat membenarkan aku, dan Engkau tidak pernah akan menolak aku ketika aku, dengan hati yang remuk redam, menghampiri Hati-Mu yang maharahim; di sana tak seorang pun pernah ditolak, juga kalau dia itu pendosa yang paling besar.
(1731) Malam ini, aku terbangun karena badai yang dahsyat. Taufan ganas menerpa, hujan lebat sekali, dan petir sambar-menyambar. Aku mulai berdoa supaya badai tidak menimbulkan bencana. Ketika baru saja mulai berdoa, aku mendengar kata-kata ini, “Daraslah Koronka yang telah Kuajarkan kepadamu, maka badai akan berhenti.” Seketika itu juga aku mulai mendaras Koronka dan belum lagi selesai, tiba-tiba badai pun reda, dan aku mendengar kata-kata ini, “Lewat Koronka, engkau akan memperoleh segala sesuatu kalau yang engkau minta itu selaras dengan kehendak-Ku.”
(1732) Ketika aku berdoa untuk Polandia, aku mendengar kata-kata ini, “Aku memiliki cinta yang istimewa terhadap Polandia. Kalau ia mematuhi kehendak-Ku, Aku akan mengangkatnya kepada kekuasaan dan kekudusan. Dari negeri ini, akan muncul percik api yang akan mempersiapkan dunia untuk menyambut kedatangan-Ku yang terakhir.”
(1733) Selamat datang, Kasihku yang tersembunyi, Kehidupan jiwaku! Aku menyambut Engkau, ya Yesus, dalam wujud roti yang sederhana ini. Selamat datang, Kerahiman yang paling manis, yang mencurahkan diri-Mu sendiri kepada kiwa-jiwa! Selamat datang, Kebaikan yang tak terbatas, yang mencurahkan banjir rahmat-Mu di mana-mana. Selamat datang, o Kecemerlangan yang terselubung, Cahaya bagi jiwa-jiwa. Selamat datang, o Sumber kerahiman yang tak kunjung habis, o Mata Air yang paling jernih, yang memancarkan kehidupan dan kekudusan bagi kami. Selamat datang, Kesukaan hati yang murni. Selamat datang, Harapan satu-satunya bagi jiwa yang berdosa.
(1734) O Yesusku, Engkau tahu bahwa kadang-kadang aku tidak memiliki gagasan yang luhur atau semangat yang membubung tinggi. Aku mau bersikap sabar terhadap diriku sendiri dan mengakui bahwa seperti itulah aku sebab semua yang indah adalah rahmat dari Allah. Dengan demikian, aku merendahkan diri serendah-rendahnya dan berseru-seru memohon pertolongan-Mu; dan rahmat kunjungan-Mu tidak berlambat dalam mendatangi hati yang rendah.
(1735) O Perawan, puspa nan indah, engkau tidak akan tinggal lebih lama di dunia ini. Oh, betapa indahnya kecemerlanganmu, mempelai-Ku yang murni! Tidak ada angka yang dapat menghargaimu, betapa indahnya puspa keperawananmu! Kecemerlanganmu tidak akan pudar: ia perkasa, kuat, tak terkalahkan.
Cahaya mentari tengah hari sendiri tampak pudar, bahkan gelap di hadirat hati perawanmu. Aku tidak melihat suatu pun yang lebih indah daripada keperawanan. Ia adalah puspa yang diambil dari Hati ilahi. O perawan nan lembut, mawar nan harum, meskipun ada banyak salib di bumi, tidak ada mata yang telah melihat, tidak pernah terlintas dalam pikiran manusia apa yang menantikan seorang perawan di surga.
O perawan, bakung seputih salju, engkau hidup hanya bagi Yesus dan di dalam piala murni hatimu ini ada tempat tinggal yang menyenangkan bagi Allah sendiri.
O perawan, tidak seorang pun akan melagukan madahmu. Dalam nyanyianmu, tersembunyi kasih Allah. Bahkan para malaikat pun tidak memahami apa yang dilambungkan para perawan kepada Allah.
O perawan, kembang firdausmu mengalahkan segala semarak dunia ini. Meskipun dunia tidak dapat memahami engkau, ia merunduk rendah di hadapanmu.
Meskipun jalan perawan ditaburi banyak duri, dan hidupnya dihimpit dengan banyak salib, siapa seperkasa dia? Tidak suatu pun akan mematahkan dia; ia tak terkalahkan.
O perawan, malaikat di bumi, keagunganmu dimahsyurkan di seluruh Gereja. Engkau berdiri berjaga di depan tabernakel dan, seperti Serafim, engkau menjadi serba cinta.
(1736) Pernah, ketika berada di serambi, aku melihat seseorang sedang diganggu oleh godaan-godaan yang kuat mengenai sakramen pengakuan dosa; ia meragukan kerahasiaannya. Memang, aku tahu keadaan jiwa itu; tetapi aku sendiri tidak bisa memulai pembicaraan. Ketika kami hanya berdua, ia membuka hatinya kepadaku dan menceritakan segala sesuatu. Sesudah percakapan yang singkat, ia berkata kepadaku, “Aku merasa tenang sekarang; jiwaku telah menerima banyak terang.”
(1737) Hari ini, Yesus memberi tahu aku agar aku berbicara sejenak dengan seorang biarawati. Selama percakapan itu, rahmat Allah menopangnya; kalau tidak, percakapan itu tidak akan memuliakan Allah.
(1738) Tuhan berkata kepadaku, Masuklah sering-sering ke Purgatorium sebab mereka membutuhkan engkau di sana.”  O Yesusku, aku tahu arti kata-kata yang sedang Kausampaikan kepadaku ini, tetapi pertama-tama biarlah aku mampir ke dalam khazanah kerahiman-Mu.
(1739) “Tulislah, Putri-Ku, bahwa bagi jiwa yang remuk redam Aku adalah Sang Kerahiman sendiri. Kejahatan jiwa yang paling besar pun tidak akan menyalakan murka-Ku; sebaliknya, terhadap jiwa seperti itu, Hati-Ku terharu dengan kerahiman yang besar.”
(1740) O Yesusku, berilah aku kekuatan untuk menanggung penderitaan sehingga aku tidak akan memperlihatkan wajah yang masam ketika aku meminum piala kepahitan. Tolonglah aku membuat pengurbananku menyenangkan Hati-Mu. Semoga pengurbannku tidak dinodai oleh semangat cinta diri meskipun pengurbanan itu berlangsung selama bertahun-tahun. Semoga kemurnian maksudku membuat pengurbanan itu menyenangkan Hati-Mu, selalu segar, dan penuh kehidupan. Hidupku ini adalah pergulatan tanpa henti, suatu usaha terus-menerus untuk melaksanakan kehendak kudus-Mu; semoga segala sesuatu yang ada dalam diriku, baik kepapaanku maupun kekuatanku, menjadi pujian bagi-Mu, o Tuhan.
Kebaikan Allah yang Tak Terhingga dalam Menciptakan Malaikat:
(1741) O Allah, Engkau adalah Sang Kebahagiaan. Engkau tidak membutuhkan makhluk untuk membuat diri-Mu bahagia sebab Engkau sendiri adalah kepenuhan cinta; tetapi karena kerahiman-Mu yang tak terbatas, Engkau menciptakan makhluk dan mengikutsertakan mereka dalam kebahagiaan-Mu yang abadi dan dalam kehidupan-Mu sendiri, yakni kehidupan ilahi yang Kauhayati sebagai Allah yang Esa dalam Tiga Pribadi. Dalam kerahiman-Mu yang tak terbatas, Engkau telah menciptakan roh-roh malaikat dan mengizinkan mereka menikmati cinta dan kemesraan ialahi-Mu. Engkau telah membuat mereka mampu menikmati cinta abadi. Memang, o Tuhan, dengan murah hati Engkau memberikan kepada mereka semarak cinta dan keindahan; tetapi, kepenuhan-Mu tidak berkurang sedikit pun. O Allah, cinta dan keindahan para malaikat sama sekali tidak membuat-Mu lebih sempurna sebab dari diri-Mu sendiri Engkau mencakup segala sesuatu. Kalau Engkau membiarkan mereka ambil bagian dalam kebahagiaan-Mu dan mengizinkan mereka hidup serta mencintai Engkau, itu hanya karena kedalaman kerahiman-Mu. Inilah kebaikan-Mu yang tak terbatas; karena itu, tanpa henti mereka memuliakan Engkau sambil merendahkan diri pada tumpuan keagungan-Mu sembari melagukan kidung abadi mereka: Kudus, Kudus, Kudus...
(1742) Terpujilah Engkau, Allah yang maharahim, Allah yang Esa dalam Tritunggal kudus, yang tak terselami, tak terbatas, tak dapat dipahami. Sambil membenamkan diri dalam Engkau, pikiran para malaikat tak mampu memahami Engkau; maka mereka mengulangi tanpa henti kidung abadi mereka: Kudus .... Terpujilah Engkau, o Pencipta kami yang maharahim, o Tuhan, Mahakuasa tetapi penuh dengan kemurahan, tak terselami.
Mengasihi Engkau adalah perutusan hidup kami sambil melagukan kidung abadi kami: Kudus ....
Terpujilah Engkau, Allah yang maharahim, Kekasih yang kekal, Engkau mengatasi langit, safir, dan cakrawala. Himpunan roh-roh yang murni melambungkan pujian bagi-Mu, dengan madah abadinya: Kudus, Kudus, Kudus
Sambil menatap Engkau, dari muka ke muka, o Allah, aku melihat bahwa Engkau dapat menciptakan makhluk-makhluk yang melebihi mereka. Oleh karena itu, mereka merendahkan diri di hadapan-Mu dengan kerendahan hati yang tiada tara, karena, sungguh, mereka tahu bahwa rahmat ini mereka terima melulu karena kerahiman-Mu.
Salah satu dari roh-roh yang paling indah itu, tidak mengakui kerahiman-Mu. Karena dibutakan oleh kecongkakannya, ia menyeret roh-roh lain mengikutinya. Dari malaikat yang sangat indah, ia menjadi setan dan dalam sekejap ke dalam nereka.
Kemudian roh-roh yang setia berseru, “Mulialah kerahiman Allah!”
Dan mereka berdiri kokoh meskipun menghadapi cobaan yang ganas. Mulialah Yesus, Sang Kristus yang merendahkan diri. Mulialah Bunda-Nya, Perawan yang murni dan rendah hati.
Sesudah pertempuran ini, roh-roh yang murni membenamkan diri dalam samudra ke-Allah-an; sambil memandang dan memuji besarnya kerahiman Tuhan, mereka membenamkan diri dalam kerahiman-Nya dan dalam cahaya-Nya yang terang benderang, sambil merenungkan Tritunggal, Allah yang Esa.
(1743) Kebaikan Allah yang Tak Terhingga dalam Menciptakan Umat Manusia:
Ya Allah, dalam kerahiman-Mu, Engkau berkenan menciptakan manusia dari kehampaan, dan dengan murah hati Engkau telah memberikan kepadanya kodrat serta rahmat. Tetapi, penciptaan itu tampak terlalu kecil untuk kebaikan-Mu yang tak terbatas. Dalam kerahiman-Mu, o Tuhan, Engkau memberi kami kehidupan abadi. Engkau menerima kami dalam kebahagian-Mu yang abadi dan mengikutsertakan kami dalam kehidupan batin-Mu. Dan, Engkau melakukan semua ini melulu karena kerahiman-Mu. Engkau melimpahkan anugerah rahmat-Mu atas kami, hanya karena Engkau baik dan penuh cinta. Untuk menjadi bahagia, Engkau sama sekali tidak membutuhkan kami, tetapi Engkau, o Tuhan, ingin membagikan kebahagiaan-Mu sendiri kepada kami tetapi kami, manusia, tidak tahan uji. Mestinya, Engkau dapat menghukum manusia, seperti para malaikat, dengan penolakan kekal. Tetapi, di sini tampaklah kerahiman-Mu, dan lubuk hati-Mu sendiri tergerak oleh iba yang besar sehingga Engkau berjanji untuk memulihkan keselamatan kami. Karena lubuk kerahiman-Mu yang tak terselami, Engkau tidak menghukum kami sebagaimana mestinya. Semoga kerahiman-Mu dimuliakan, o Tuhan; kami akan memujinya sepanjang segala abad. Para malaikat pun terpesona menyaksikan besarnya kerahiman yang Engkau tunjukkan kepada umat manusia.
(1744) Semoga Engkau disembah, o Allah kami yang maharahim, o Tuhan dan Pencipta yang mahakuasa. Dengan kerendahan hati yang mendalam, kami memuji Engkau, sambil membenamkan diri dalam samudra Ke-Allahan-Mu. Tetapi, di saat pencobaan, manusia tidak bertahan. Karena bujuk rayu si jahat, ia tidak setia kepada-Mu. Ia kehilangan rahmat dan karunia-Mu; hanya kepapaan yang masih tinggal padanya, dengan air mata, penderitaan, dukacita serta kepahitan, sampai ia beristirahat di dalam kubur.
Tetapi Engkau, o Allah yang maharahim, tidak mmebiarkan umat manusia binasa, dan Engkau menjanjikan seorang Juru Selamat. Meskipun pelanggaran-pelanggaran kami berat, Engkau tidak membiarkan kami putus asa, dan Engkau mengutus nabi-nabi-Mu kepada Israel.
Terus-menerus, siang dan malam, umat manusia berseru kepada-Mu dari jurang kepapaan, dosa, dan segala penderitaan. Dengarkanlah rintihan dan air mata, hai Engkau yang meraja di surga, Allah kerahiman yang agung, Allah segala belas kasihan.
Manusia sesat, tetapi ia tidak dapat minta ampun, sebab suatu jurang menganga membentang memisahkan Allah dan manusia. Dengan suara kepapaannya, ia berseru, “Kasihanilah kami!” Tetapi Yahwe diam saja .... dan abad demi abad pun terus berlalu.
Tetapi, kerinduan seluruh umat manusia semakin memuncak, suatu kerinduan akan Dia yang telah dijanjikan. Datanglah, hai Anak Domba Allah, hapuslah kejahatan-kejahatan kami, datanglah, terangilah kegelapan kami ibarat sinar terang.
Tanpa henti umat manusia berseru kepada-Mu, o Tuhan para tuan, menyerukan kerahiman-Mu yang tak terbatas, menyerukan kemurahan-Mu.
O Yahwe yang agung, berkenanlah berdamai dengan kami, ingatlah akan kebaikan-Mu, dan ampunilah dosa-dosa kami.
Kebaikan Allah yang Tak Terhingga dalam Mengutus Putra Tunggal-Nya kepada Kita.
(1745) Ya Allah, sesudah manusia jatuh, Engkau tidak menghancurkannya, tetapi dalam kerahiman-Mu, Engkau mengampuninya; Engkau mengampuni dengan cara ilahi, yakni tidak hanya membebaskan dia dari kesalahan, tetapi juga melimpahkan setiap rahmat ke atasnya. Kerahiman telah menggerakkan Hati-Mu sehingga Engkau berkenan turun ke tengah kami dan mengangkat kami dari kepapaan kami. Allah berkenan turun ke bumi; Tuhan para tuan yang tak dapat mati merendahkan diri-Nya. Tetapi, di mana Engkau akan turun, Tuhan; akankah Engkau turun di kanisah Salomo? Atau akankah Engkau menyuruh suatu tabernakel baru yang dibangun untuk diri-Mu sendiri? Di mana Engkau mau turun? O Tuhan, tabernakel macam apa yang akan kami siapkan bagi-Mu sebab seluruh bumi adalah tumpuan kaki-Mu?
Engkau memang telah mempersiapkan suatu tabernakel baru bagi diri-Mu sendiri: Sang Perawan suci. Rahimnya yang tak bernoda adalah tempat tinggal-Mu, dan di sana terjadi mukjizat kerahiman-Mu yang tak terselami, o Tuhan. Sabda menjadi daging; Allah tinggal di antara kami; Engkaulah Sabda Allah, Kerahiman yang menjelma. Dengan turun ke tengah kami, Engkau telah mengangkat kami kepada ke-Allahan-Mu. Begitulah uar biasanya cinta-Mu, begitulah dalamnya lubuk kerahiman-Mu. Surga terpesona menyaksikan kelimpahan cinta-Mu. Kini, tak seorang pun takut menghampiri Engkau. Engkau adalah Allah yang maharahim. Engkau iba kepada orang yang malang. Engkau adalah Allah kami, dan kami adalah umat-Mu. Engkau adalah Bapa kami, dan kami adalah anak-anak-Mu karena rahmat. Terpujilah kerahiman-Mu bahwa Engkau berkenan turun ke tengah kami.
(1746) Dimuliakanlah Engkau, o Allah kerahiman, sebab Engkau berkenan turun dari surga ke bumi. Dengan bersujud, kami menyembah Engkau karena Engkau telah merendahkan diri untuk mengangkat seluruh umat manusia.
Dalam kerahiman-Mu yang tak terbatas dan tak terselami, demi cinta akan kami, Engkau mengenakan daging dari Perawan yang Tak Bernoda, yang tak pernah tersentuh oleh dosa; Engkau telah menghendakinya sejak segala abad.
Sang Perawan suci, Bakung yang seputih salju, adalah pujian perdana untuk kerahiman-Mu yang mahakuasa. Hatinya yang murni terbuka penuh cinta untuk kedatangan Sang Sabda. Ia percaya akan kata-kata utusan Allah dan teguh dalam pengharapan.
Surga terpesona bahwa Allah telah menjadi manusia, bahwa di bumi ada hati yang pantas untuk Allah sendiri. Mengapa Engkau tidak menyatukan diri-Mu dengan Serafim, tetapi dengan orang berdosa, o Tuhan? Oh, karena di samping kemurnian rahim keperawanan, semua ini merupakan misteri kerahiman-Mu.
O misteri kerahiman Allah, o Allah murah hati, Engkau berkenan meninggalkan takhta surgawi dan merunduk kepada kepapaan kami, kepada kelemahan umat manusia, karena bukan malaikat, tetapi manusialah yang membutuhkan kerahiman.
Untuk memberikan pujian yang pantas kepada kerahiman Tuhan, kami menyatukan diri dengan Bunda-Mu yang Tak Bernoda; dengan demikian, madah kami akan lebih menyenangkan hati-Mu, sebab Sang Bunda telah dipilih dari antara manusia dan malaikat.
Lewat dia, ibarat lewat suatu kristal yang murni, kerahiman-Mu telah sampai kepada kami. Lewat dia, manusia menjadi berkenan di hati Allah; lewat dia, aliran rahmat turun ke atas kami.
(1747) Kebaikan Allah yang Tak Terhingga dalam Menebus Manusia.
Ya Allah, Engkau mestinya dapat menyelamatkan ribuan dunia dengan satu kata saja; satu rintihan saja dari Yesus sudah cukup untuk memuaskan keadilan-Mu. Tetapi, ya Yesus, murni karena cinta akan kami, Engkau sendiri telah menjalani sengsara yang sedemikian mengerikan. Dengan satu keluhan saja dari-Mu, keadilan Bapa-Mu kiranya sudah dapat diredakan. Jadi, seluruh penghampaan diri-Mu semata-mata adalah karya kerahiman dan karya cinta-Mu yang tak terselami. Ketika meninggalkan bumi ini, o Tuhan, Engkau ingin tetap tinggal bersama kami. Maka, Engkau mewariskan kepada kami diri-Mu sendiri dalam sakramen altar, dan Engkau membuka lebar-lebar kerahiman-Mu bagi kami. Tidak ada kepapaan yang dapat menyerap habis kekayaan-Mu; Engkau telah memanggil kami semua kepada sumber cinta, kepada mata air kemurahan Allah. Inilah tabernakel kerahiman-Mu, inilah obat untuk segala kelemahan kami. Kepada-Mu, o mata air kerahiman, segala jiwa ditarik; sebagian lagi ingin membasuh luka karena dosa-dosa mereka, dan masih ada lagi yang kelelahan dalam hidupnya ingin menimba kekuatan. Pada saat kematian-Mu di salib, Engkau mmeberikan kehidupan kekal kepada kami; sambil membiarkan lambung-Mu yang amat kudus tetap terbuka, Engkau membuka bagi kami mata air kerahiman yang tak kunjung kering, sambil memberikan kepada kami milik yang paling Kaucintai, yakni Darah dan Air yang keluar dari Hati-Mu. Demikianlah mahakuasanya kerahiman-Mu. Dari situ mengalirlah segala rahmat bagi kami.
(1748) Dimuliakanlah Engkau, o Allah, dalam karya kerahiman-Mu, diberkatilah Engkau oleh semua hati yang setia yang menjadi sasaran tatapan mata-Mu, yang menjadi tempat kediaman bagi kehidupan kekal-Mu.
O Yesusku, kasihanilah kami, betapa sedih hidup-Mu di bumi ini, dan karya-Mu berakhir dalam siksaan yang mengerikan, tergantung terentang pada kayu salib, dan semua ini demi cinta-Mu akan jiwa kami
Dalam cinta-Mu yang tak terselami, Engkau membiarkan lambung-Mu yang paling kudus dibuka, dan aliran Darah serta Air memancar dari Hati-Mu. Inilah mata air kerahiman-Mu yang terus mengalir, di sini jiwa-jiwa memperoleh penghiburan dan kesegaran.
Dalam Sakramen Mahakudus, Engkau menyalurkan kerahiman-Mu kepada kami; kasih-Mu berkenan mengaturnya sedemikian sehingga dengan meniti kehidupan, dengan menderita dan bekerja keras, aku tidak pernah meragukan kebaikan dan kerahiman-Mu.
Sebab, kalaupun seluruh kepapaan dunia membebani jiwaku, aku tidak boleh ragu-ragu sedetik pun, tetapi tetap percaya akan kuasa kerahiman Allah. Sebab, dengan murah hati, Allah menyambut jiwa yang menyesal.
O kerahiman Tuhan kami yang tak terperikan, mata air kemurahan dan segala kemanisan. Percayalah dan berharaplah, o Jiwa, meskipun engkau ternoda oleh dosa, karena kalau engkau menghampiri Allah, engkau tidak akan merasa kepahitan.
Sebab Ia adalah api cinta yang hidup dan bernyala-nyala! Apabila kita menghampiri Dia dengan tulus hati, kepapaan, dosa, dan perbuatan jahat kita akan musnah; Ia akan melunaskan utang-utang kita kalau kita menyerahkan diri kepada-Nya.
(1749) Kebaikan Allah yang Tak Terhingga dalam Menghias Seluruh Dunia dengan Keindahan untuk Membuat Tempat Tinggal Manusia di Bumi Menyenangkan.
O Allah, betapa melimpahnya kerahiman-Mu tersebar di mana-mana, dan semua ini telah Kaulakukan demi manusia. Oh, betapa besarnya cinta-Mu kepada manusia; demi dia cinta-Mu sedemikian berkobar-kobar. O Pencipta dan Tuhanku, di mana-mana aku melihat jejak tangan-Mu dan memeteraikan kerahiman-Mu, yang merengkuh segala barang ciptaan. O Pencipta yang paling murah hati, aku ingin memberikan baktiku kepada-Mu atas nama segala makhluk dan segala ciptaan yang tidak bernyawa; aku memanggil seluurh alam untuk memuliakan kerahiman-Mu. Oh, betapa besarnya kebaikan-Mu, ya Allah!
(1750) Dimuliakanlah Engkau, o Pencipta dan Tuhan kami. Hai alam semesta, muliakanlah Allahmu dengan rendah hati; bersyukurlah kepada Penciptamu dengan sekuat tenagamu dan pujilah kerahiman Allah yang tak terselami. Kemarilah, hai bumi, bersama segala tetumbuhan hijau, kemarilah juga, hai laut yang tak terdugai. Biarlah syukurmu menjadi nyanyian yang merdu, dan agungkanlah kerahiman Allah.
Kemarilah, hai surya yang indah dan bersinar terang. Kemarilah, hai fajar cemerlang yang mendahuluinya. Berpadulah dalam satu madah, dan biarlah suaramu terdengar merdu. Agungkanlah kerahiman Allah dalam paduan suara.
Kemarilah, hai bukit dan lembah, hutan yang riuh rendah dan belukar, kemarilah, hai bunga-bunga pagi nan indah; biarlah aromamu yang unik memuji dan memuliakan kerahiman Allah.
Kemarilah, hai segala hal yang indah di bumi, yang tiada henti dikagumi oleh manusia. Marilah menyembah Allah dalam paduan suaramu, sambil memuliakan kerahiman Allah yang tak terselami.
Kemarilah, hai keindahan seluruh bumi yang tak terhapuskan, dengan segala kerendahan hati, sembahlah Penciptamu. Karena segala yang terkandung dalam kerahiman-Nya, segala sesuatu berseru dengan satu suara yang gegap gempita: Betapa besarnya kerahiman Allah!

Tetapi, di atas segala keindahan ini, pujian yang paling berkenan di Hati Allah adalah jiwa yang tak bercela, yang dipenuhi dengan kepercayaan seorang anak, yang berkat rahmat, terikat erat pada-Nya.

BHSF 1651 - 1700

 (1651) Hari ini, salah seorang dari para suster masuk ke kamarku dan berkata bahwa suster X sangat cerewet mengenai penyakitnya sendiri; ia merasakan sangat terganggu oleh penyakit itu dan ingin sekali mengomeli dia tetapi, sayangnya, aku bukan anggota biara ini. Aku heran bahwa ia berpikiran seperti itu. Maka aku berkata, “Suster, bayangkan saja betapa banyaknya malam-malam yang sudah dilalui suster ini tanpa dapat tidur dan betapa banyaknya air mata ...” Sejak itu, berubahlah pandangan suster itu.

(1652) Hai jiwaku, sembahlah kerahiman Tuhan, o hatiku, bersukacitalah sepenuhnya dalam Dia, sebab engkau telah dipilih oleh-Nya untuk menyebarkan kemuliaan kerahiman-Nya. Tak seorang pun pernah menyelami kebaikan-Nya, tak seorang pun dapat mengukurnya. Kemurahan-Nya tak terlukiskan. Hal ini dialami oleh setiap jiwa yang menghampiri-Nya: ia akan dilindungi dan didekapkan pada dada-Nya yang maharahim.
Berbahagialah jiwa yang percaya akan kebaikan-Mu dan menyerahkan diri sepenuhnya kepada kerahiman-Mu. Jiwanya dipenuhi dengan damai yang penuh cinta, di mana-mana ia Kaubela seperti anak-Mu sendiri.
O jiwa, siapa pun juga engkau di dunia ini, kalau pun dosa-dosamu pekat seperti malam kelam, jangan takut akan Allah, hai engkau anak yang lemah, sebab besarlah kuasa kerahiman Allah.
(1653) Terang yang ada di atas, tempat Allahku meraja, inilah yang didambakan jiwaku, inilah yang dirindukan hatiku: seluruh hidupku berpaut pada-Mu. Aku bergegas menuju dunia lain kepada Allah satu-satunya, ke dalam Terang yang tak terselami, Sang Api Cinta, karena jiwaku dan hatiku diciptakan untuk Dia, dan hatiku mencintai Dia sejak masa mudaku dengan penuh gairah.
Di sana, dalam cahaya wajah-Mu yang berseri-seri, cintaku yang merana akan menemukan istirahat. Dalam pembuangannya, perawan-Mu setengah mati merindukan Dikau, karena ia hanya dapat hidup kalau bersatu dengan Dikau.
Hariku mendekati titik akhir. Sekarang juga aku merasakan pancaran sinar abadi-Mu, o Allahku. Tak seorang pun akan tahu apa yang dirasakan hatiku; bibirku akan kelu membiasu dalam kerendahan hati yang tulus. Bahkan sekarang, aku sudah dekat ke pesta nikah abadi, ke surga yang tak kenal akhir, ke ruang yang tanpa batas. Aku tidak merindukan istirahat atau ganjaran; cinta murni Allah menarikku ke surga.
Sekarang, aku pergi menjumpai Engkau, Kasih Abadi, dengan hati yang merana karena merindukan Dikau. Aku merasakan kasih-Mu yang murni, o Tuhan, tinggal di dalam hatiku, dan aku merasakan kebahagiaan kekalku di surga. Sekarang, aku pergi kepada Bapa, di surga yang kekal, dari tanah pembuangan, dari lembah air mata ini. Bumi tidak lagi mampu menahan hatiku yang murni, dan puncak-puncak surga telah menarik aku.
Aku pergi, o Mempelaiku, aku pergi untuk melihat kemuliaan-Mu, yang sekarang sudah memenuhi jiwaku dengan sukacita. Di sana, seluruh surga sujud menyembah-Mu, aku merasakan bahwa ibadatku menyenangkan hati-Mu, meski aku ini kehampaan belaka.
Dalam kebahagiaan yang kekal, aku tidak akan melupakan mereka yang di bumi; aku akan memohon kerahiman Allah bagi semua orang, khususnya, aku akan mengingat mereka yang dekat di hatiku; kelekatanku pada Allah tidak akan membiarkan aku melupakan mereka.
Di saat-saat akhir ini, aku tidak tahu bagaimana bergaul dengan sesama, dalam keheningan, hanya Engkau, Tuhan, yang kunantikan. AKu tahu akan tiba saatnya semua orang memahami karya Allah dalam jiwaku. Aku tahu bahwa demikianlah kehendak-Mu, maka, itu akan terjadi.
(1654) O kebenaran, o kehidupan yang penuh duri, untuk dapat melintas melalui engkau dengan jiwa, orang perlu bersandar pada-Mu, ya Kristus, untuk selalu dekat dengan Engkau.
Aku tidak akan tahu bagaimana menderita tanpa Engkau, o Kristus. Dari diriku sendiri, aku tidak mampu menghadapi tantangan. Sendirian, aku tidak akan mempunyai keberanian untuk minum dari piala-Mu; tetapi Engkau, Tuhan, selalu menyertai aku, dan Engkau menuntun aku menapaki jalan-jalan rahasia.
Sebagai anak yang lemah, aku telah memulai pertempuran dalam nama-Mu. Aku telah bertempur dengan berani meskipun sering gagal. Aku tahu bahwa usaha-usahaku telah menyenangkan Hati-Mu, dan usaha itu sendirilah yang Kauberikan pahala untuk selama-lamanya.
O kebenaran, o pergulatan hidup-mati, ketika aku bangkit untuk bertempur, sebagai ksatria yang berpengalaman, aku merasa memiliki darah ksatria meskipun masih seorang anak dan karena itu, o Kristus, aku membutuhkan pertolongan dan perlindungan-Mu.
Hatiku tidak akan berhenti berusaha dan berjuang sampai Engkau sendiri memanggil aku dari medan perang. AKu berdiri di hadapan-Mu, tidak untuk menerima ganjaran, tetapi untuk membenamkan diri dalam Dikau, dalam damai untuk selama-lamanya.
(1655) O Kristus, seandainya jiwaku menyaksikan sekaligus apa yang harus ia derita sepanjang hidupnya, begitu melihatnya ia pasti sudah mati ketakutan; ia tidak akan menyentuhkan bibirnya pada piala kepahitan. Tetapi, karena setiap kali ia hanya minum satu tetes, ia telah menghabiskan isi piala itu sampai tuntas. O Kristus, kalau Engkau sendiri tidak menopang jiwa, seberapa banyak yang dapat ia kerjakan dari dirinya sendiri? Kami kuat, hanya karena kekudusan-Mu. Dari diri kami sendiri, apakah artinya kami? - Bukan apa-apa ....
(1656) Ya Yesusku, bagiku Engkau melampaui segala sesuatu yang ada di dunia ini. Meskipun penderitaan-penderitaan itu berat, Engkau menopang aku. Meskipun saat-saat kesepian itu mengerikan, Engkau membuatnya manis bagiku. Meskipun kelemahan itu besar, Engkau mengubahnya menjadi kekuatan bagiku.
Aku tidak tahu bagaimana melukiskan semua yang aku derita; karena itu, yang telah kutulis hanyalah satu titik kecil. Ada saat-saat penderitaan yang sungguh-sungguh tidak dapat kutulis. Tetapi, dalam hidupku, ada juga saat-saat ketika bibirku harus tinggal diam, tidak mengucapkan satu kata pun untuk membela diri, dan menundukkan diriku sepenuhnya kepada kehendak Allah; kemudian Tuhan sendiri membela aku, dan mengajukan tuntutan-tuntutan atas namaku; permintaan-permintaan-Nya Ia beberkan sedemikian rupa sehingga semuanya dapat dilihat bahkan secara lahiriah. Tetapi, ketika aku menyaksikan campur tangan-Nya yang begitu mencolok, yang menjadi nyata lewat hukuman-hukuman, dengan tulus hati aku mohon kepada-Nya agar Ia memberikan kerahiman dan pengampunan. Tetapi, aku selalu tidak didengarkan. Tuhan bertindak terhadap aku dengan cara yang misterius. Ada saatnya Ia sendiri membiarkan penderitaan-penderitaan yang mengerikan terjadi; tetapi ada juga saat-saat ketika Ia tidak membiarkan aku menderita dan Ia memusnahkan segala sesuatu yang akan menimpa jiwaku. Inilah jalan Tuhan, yang tak dapat diselidiki dan dipahami. Kita harus menaklukkan diri sepenuhnya kepada kehendak kudus-Nya. Ada misteri-misteri yang tidak pernah dapat diselami oleh akal manusia di bumi ini; tetapi alam kekal akan menyingkapkannya.
(1657) 10 April 1938. Minggu Palma. Aku menghadiri misa kudus, tetapi tidak memiliki kekuatan untuk pergi dan mengambil palma. Aku merasa sedemikian lemah sehingga hampir tidak dapat bertahan sampai akhir misa. Dalam misa, Yesus membuatku memahami penderitaan jiwa-Nya, dan dengan jelas aku dapat merasakan bahwa madah-madah Hosanna bergaung sebagai gema yang memilukan dalam Hati Kudus-Nya. Juga, jiwaku dibanjiri dengan samudra kepahitan, dan setiap Hosanna menembus hatiku sampai ke relung-relungnya. Segenap jiwaku ditarik erat kepada Yesus. Aku mendengar suara Yesus, “Putri-Ku, ibamu terhadap Aku menyegarkan diri-Ku. Dengan merenungkan sengsara-Ku, jiwamu memperoleh keindahan tersendiri yang mencolok.”
(1658) Aku menyambut komuni di lantai dua; aku tidak dapat turun ke kapel karena aku kehabisan tenaga setelah mengeluarkan terlalu banyak keringat, dan sesudah semua itu, aku demam dan menggigil. Aku merasa sama sekali tidak berdaya. Hari ini, salah seorang imam Yesuit mengantar komuni kudus kepada kami. Ia menerimakan Yesus kepada tiga orang suster lain dan kemudian kepadaku; karena mengira bahwa aku yang terakhir, ia memberiku dua Hosti. Tetapi, salah seorang novis sedang terbaring sakit di kamar sebelah, dan tidak ada Hosti yang tersisa baginya. Imam itu kembali dan membawa Tuhan kepadanya, tetapi Yesus berkata kepadaku, “Aku enggan masuk ke dalam hati itu. Engkau menerima dua Hosti karena Aku sengaja menangguhkan kedatangan-Ku ke dalam jiwa yang menolak rahmat-Ku itu. Kunjungan kepada jiwa seperti itu tidak menyenangkan Hati-Ku.” Pada saat itu, jiwaku ditarik erat kepada kehadiran-Nya, dan aku menerima terang batin yang benderang yang membuat aku memahami, dalam roh, semua karya kerahiman. Terang itu laksana kilatan halilintar, tetapi lebih cemerlang daripada halilintar yang dapat kupandang selama berjam-jam dengan mata tubuhku.
(1659) Lagi, untuk menulis segala sesuatu, aku harus menggunakan kata-kata itu tidak dapat mengungkapkan semua yang dinikmati oleh jiwaku ketika menyaksikan kemuliaan kerahiman Allah. Kemuliaan Kerahiman Ilahi sedang merebak ke mana-mana, juga saat ini meskipun dirongrong oleh usaha-usaha para musuhnya dan oleh usaha-usaha setan sendiri, yang sangat membenci kerahiman Allah. Karya ini akan merenggut sejumlah besar jiwa dari genggamannya; itulah sebabnya roh kegelapan kadang-kadang mencobai orang-orang baik dengan keji supaya mereka menghambat karya itu. tetapi aku telah melihat dengan jelas bahwa kehendak Allah sudah dipenuhi, dan bahwa kehendak itu akan digenapi sampai detail terakhir. Usaha-usaha musuh yang paling besar pun tidak akan menghancurkan bagian yang paling kecil dari rencana yang telah ditetapkan Tuhan. Tidaklah menjadi masalah kalau karya itu kadang-kadang tampak hancur sama sekali, justru dalam situasi seperti itu, karya itu sedang dimantapkan.
(1660) Jiwaku dipenuhi dengan damai yang jauh lebih teduh daripada semua damai yang pernah kualami sebelumnya. Damai ini merupakan jaminan ilahi yang tidak mungkin ditiadakan oleh suatu pun, suatu damai yang sangat teduh yang tidak dapat dikacaukan oleh suatu pun, meski aku ditimpa penderitaan-penderitaan yang paling keji. Aku merasa damai; Allah sendirilah yang mengatur segala sesuatu.
(1661) Aku menjalani seluruh hari dalam doa syukur, dan rasa syukur itu terus menggenangi jiwaku. O Allahku, begitu baiklah Engkau, begitu besarlah kerahiman-Mu! Engkau mengunjungi aku dengan begitu banyak rahmat, padahal aku ini noda debu yang paling jahat. Sambil meniarap pada kaki-Mu, o Tuhan, dengan hati tulus aku mengakui bahwa aku belum melakukan apa pun untuk mensyukuri bahkan yang paling kecil dari rahmat-Mu. Dalam kebaikan-Mu yang tak terbatas Engkau memberikan diri-Mu sendiri dengan begitu murah hati kepadaku. Oleh karena itu, semakin besar rahmat yang diterima hatiku, semakin dalamlah hatiku membenamkan diri dalam kerendahan hati.
(1662) O Kristus, menderita demi Engkau adalah kesukaan hati dan jiwaku. Perpanjanglah penderitaan-penderitaanku sampai tak terbatas sehingga aku dapat menunjukkan bukti cintaku kepada-Mu. Semua yang ditimpakan oleh tangan-Mu kepadaku akan kuterima. Cinta-Mu, ya Yesus, sudah cukup bagiku. Aku akan memuliakan Engkau dalam kesendirian dan kegelapan, dalam kesusahan dan ketakutan, dalam penderitaan dan kepahitan, dalam rintihan roh dan kepedihan hati. Dalam segala hal semoga Engkau tetap dipuji. Hatiku sudah sama sekali tidak terikat pada bumi sehingga Engkau sendiri sudah cukup bagiku. Sudah tidak ada satu saat pun dalam hidupku yang aku gunakan untuk diriku sendiri.
(1663) Kamis Putih. Hari ini, aku merasa cukup kuat untuk ambil bagian dalam upacara-upacara di gereja. Dalam misa kudus, Yesus berdiri di depanku dan berkata, “Pandanglah Hati-Ku dan lihatlah di sana cinta serta kerahiman-Ku terhadap umat manusia, khususnya terhadap orang-orang berdosa. Pandanglah dan masuklah ke dalam sengsara-Ku.” Dalam sekejap, aku merasakan dan mengalami seluruh sengsara Yesus dalam hatiku sendiri. Aku heran bahwa siksaan-siksaan ini tidak menyudahi hidupku.
(1664) Dalam adorasi, Yesus berkata kepadaku, “Putri-Ku, ketahuilah bahwa cintamu yang berkobar-kobar dan kemurahan hatimu terhadap AKu merupakan penghiburan bagi-Ku di Taman [Getsemani].”
(1665) Dalam ibadat Jam Kudus pada petang hari, aku mendengar suara, “Engkau menyaksikan kerahiman-Ku terhadap orang-orang berdosa; pada saat ini kerahiman-Ku sedang dinyatakan dengan segala kekuatannya. Lihatlah, betapa sedikitnya yang telah engkau tulis mengenai hal ini; itu barulah satu titik kecil. Lakukanlah apa yang ada dalam kuasamu, supaya orang-orang berdosa mulai mengenal kebaikan-Ku.”
(1666) Jumat Agung. Aku melihat Tuhan Yesus disiksa, tetapi tidak dipaku pada salib. Ia masih beum disalibkan, dan Ia berkata kepadaku, “Engkaulah [kekasih] Hati-Ku. Berbicaralah kepada orang-orang berdosa mengenai kerahiman-Ku.” Maka, Tuhan memberi aku pengetahuan batin yang jelas mengenai seluruh kedalam kerahiman-Nya bagi jiwa-jiwa, dan aku tahu bahwa apa yang telah kutulis sungguh hanya satu titik kecil.
(1667) Sabtu Suci. Dalam adorasi, Tuhan berkata kepadaku, “Tenanglah, Putri-Ku. Karya kerahiman ini adalah karya-Ku; tidak ada bagianmu dalam karya ini. Sangatlah menyenangkan Hati-Ku bahwa dengan setia engkau melaksanakan apa yang telah Kuperintahkan kepadamu, tanpa menambah atau mengurangi sepatah kata pun.” Lalu, Tuhan memberi aku terang batin; karena terang itu aku mengetahui bahwa tidak satu kata pun adalah kata-kataku; meskipun ada banyak kesulitan dan hambatan, aku selalu dan selalu, memenuhi kehendak-Nya, sebagaimana yang Ia beri tahukan kepadaku.
(1668) Kebangkitan. Sebelum misa kebangkitan, aku merasa sedemikian lemah sehingga aku kehilangan harapan untuk berpartisipasi dan prosesi yang dilaksanakan di dalam gereja; maka aku berkata kepada Tuhan, “Yesus, kalau doa-doaku menyenangkan hati-Mu, saat ini juga berilah aku kekuatan agar aku dapat ambil bagian dalam prosesi.” Seketika itu juga, aku merasa kuat dan mantap sehingga aku dapat pergi bersama para suster dalam prosesi.
(1669) Ketika perarakan dimulai, aku melihat Yesus dalam cahaya yang lebih cemerlang daripada sinar matahari. Yesus memandang aku dengan penuh kasih dan berkata, “Hai Jantung Hati-Ku, bersukacitalah!” Pada saat itu juga rohku membenamkan diri dalam Dia. .... Ketika aku menjadi sadar, aku sedang berjalan di tengah perarakan bersama para suster, sementara jiwaku sepenuhnya terbenam di dalam Dia.
(1670) Paskah [17 April 1938]. Dalam misa, aku bersyukur kepada Tuhan Yesus karena Ia telah berkenan menebus kita; juga karena Ia sudah memberi kita karunia yang paling besar di antara segala karunia, yakni kasih-Nya dalam komuni kudus; artinya, diri-Nya sendiri. Pada saat itu, aku direnggut ke pangkuan Tritunggal yang Mahakudus, dan aku tenggelam di dalam kasih Bapa, Putra, dan Roh Kudus. Saat-saat ini, hampir tidak dapat dilukiskan.
(1671) Pada saat itu, aku berdoa kepada Tuhan untuk seseorang, dan Tuhan menjawab aku, “Jiwa ini sangat Kukasihi.” Aku sungguh sangat berbahagia mendengar hal ini. Kebahagiaan jiwa-jiwa lain memenuhi hatiku dengan sukacita yang luar biasa, dan ketika aku melihat anugerah-anugerah yang lebih mulia di dalam suatu jiwa, hatiku membubung tinggi kepada Tuhan dalam madah sembah sujud yang khusyuk.
(1672) 19 April 1938. Dalam acara rekreasi, salah seorang suster berkata, “Kesehatan Sr.Faustina sedang begitu buruk sehingga ia hampir tidak dapat berjalan. Semoga ia cepat meninggal karena ia akan menjadi seorang santa.” Kemudian salah seorang suster pemimpin berkata, “Bahwa ia akan meninggal, kita tahu; tetapi apakah ia akan menjadi seorang santa, itu masalah lain.” Kemudian mulailah komentar-komentar sinis mengenai hal itu. Aku tinggal diam; kemudian aku mengucapkan sepatah kata; tetapi aku melihat bahwa percakapan menjadi semakin tidak menyenangkan sehingga sekali lagi aku tinggal diam.
(1673) Hari ini, aku menerima surat-surat dari para suster yang ada di biara-biara lain dan dari para suster yang menjalani novisiatnya bersama aku. Mereka sering menghibur aku dan membuat aku tertawa, ketika mereka biasa berkata seperti ini, “sr. Faustina yang terkasih, kami sangat kasihan bahwa sakitmu sedemikian parah; tetapi kami sangat bahagia bahwa apabila Tuhan Yesus mengambil engkau, engkau akan berdoa bagi kami karena engkau memiliki banyak pengaruh terhadap Tuhan.” Salah satu suster mengatakan sebagai berikut, “Apabila engkau meninggal, Suster, mohon tempatkan aku di bawah perhatianmu yang istimewa karena pastilah engkau dapat melakukannya bagiku.” Suster lain lagi menulis sebagai berikut, “Bagaimana aku dapat menantikan saat ketika Tuhan Yesus memanggil engkau sebab aku tahu apa yang akan terjadi kemudian; aku sangat merindukan kematian bagimu.”  Aku mau bertanya kepadanya apa yang ia pikirkan sehubungan dengan kematianku, tetapi aku bermati raga dan menjawab, “Aku ini seorang pendosa. Padaku akan terjadi hal yang sama seperti yang terjadi pada semua orang berdosa kalau kerahiman Allah tidak melindungi aku.”
(1674) 20 April 1938. Keberangkatan ke Pradnik. Aku sangat cemas jangan-jangan aku terbaring di tempat tidur dalam suatu ruangan yang serba terbuka. Kalau itu hanya akan berlangsung selama satu atau dua pekan ... tetapi itu akan berlangsung dalam waktu yang sedemikian lama, dua bulan atau barangkali lebih. Pada petang hari, aku masuk ke kapel untuk bercakap-cakap lama dengan Tuhan Yesus. Ketika melihat Tuhan Yesus, aku mencurahkan seluruh isi hatiku di hadapan-Nya, semua kesusahanku, kekuatanku, dan kecemasanku. Yesus mendengarkan aku dengan penuh kasih dan kemudian berkata, “Tenanglah, Anak-Ku, Aku menyertaimu. Pergilah dalam damai. Semua sudah siap; Aku telah mengatur, dengan cara-Ku sendiri yang istimewa, agar suatu kamar pribadi disiapkan bagimu.” Diyakinkan oleh Tuhan dan dipenuhi dengan rasa syukur, aku pergi tidur.
(1675) Pada hari berikutnya, Suster Felicja mengantar aku ke Pradnik. Aku merasa sangat damai dan jiwaku merasa tenang. Ketika kami tiba, mereka mengatakan kepada kami bahwa ada kamar khusus untuk Sr. Faustina. Ketika masuk ke kamar itu, kami sangat heran bahwa segala sesuatu telah disiapkan sedemikian indahnya: semua bersih dan rapi, meja dilengkapi dengan taplak dan dihias dengan bunga; satu gambar Anak Domba Paskah yang indah ditempatkan di meja doa oleh para suster. Seketika itu juga, tiga orang Suster Hati Kudus yang bekerja di sanatorium itu, teman-teman lamaku, datang dan menyambut aku dengan hangat. Suster Filicja sangat kagum akan semua ini. Kami saling mengucapkan selamat berpisah dengan hangat dan ia pergi. Ketika aku sendirian, hanya bersama dengan Tuhan Yesus, aku bersyukur kepada-Nya atas rahmat yang besar ini.
(1676) Yesus berkata kepadaku, “Tenanglah, Aku menyertaimu.” Karena lelah, aku cepat tertidur. Pada petang hari, suster yang harus merawat aku datang dan berkata, “Besok engkau tidak akan menerima Tuhan Yesus, Suster sebab engkau sangat lelah; selebihnya, akan kita lihat nanti.” Hal ini sangat mengharukan hatiku, tetapi aku berkata dengan sangat tenang, “Baiklah,” dan, aku berserah sepenuhnya kepada kehendak Tuhan; aku berusaha tidur. Pada pagi hari, aku membuat meditasiku dan mempersiapkan diri untuk menyambut komuni kudus meskipun aku seharusnya tidak menerima Tuhan Yesus. Ketika cinta dan keinginanku sudah mencapai puncak yang tinggi, aku melihat di samping tempat tidurku sosok Serafim, yang memberiku komuni kudus, sambil mengucapkan kata-kata ini, “Inilah Tuhan para malaikat.” Ketika aku menerima Tuhan, rohku tenggelam dalam kasih Allah dan dalam pesona. Ini terulang selama tiga belas hari meskipun aku tidak pernah yakin apakah ia akan membawakan aku komuni kudus pada hari berikutnya. Tetapi, aku percaya sepenuhnya kepada kebaikan Allah; meskipun demikian, aku tidak berani berpikir bahwa aku akan menerima komuni kudus dengan cara ini pada hari berikutnya.
Serafim itu diiputi suatu cahaya yang cemerlang; keilahian dan kasih Allah tercermin dalam dia. Ia mengenakan jubah keemasan dan di atasnya suatu superpli yang transparan dan stola yang juga transparan. Siborinya terbuat dari kristal, ditutupi dengan kain yang transparan. Begitu selesai memberikan Tuhan kepadaku, ia menghilang.
(1677) Pernah, ketika suatu keragu-raguan muncul dalam hatiku tidak lama sebelum komuni kudus, Serafim bersama Tuhan Yesus berdiri di hadapanku. Aku bertanya kepada Tuhan Yesus, dan tanpa menunggu jawaban, aku berkata kepada Serafim, “Dapatkah kiranya engkau mendengarkan pengakuan dosaku?” Dan ia menjawab kepadaku, “Tidak ada roh di surga yang memiliki kuasa itu.” Dan pada saat itu, Hosti kudus hinggap di bibirku.
(1678) Pada hari Minggu, suster yang ditugasi merawat orang sakit berkata kepadaku, “Suster, hari ini imam akan mengantar Tuhan Yesus kepadamu.” Aku menjawab, “Baik,” dan imam itu membawa-Nya. Tidak lama kemudian, aku mendapat izin untuk meninggalkan tempat tidurku. Mulai hari itu, aku mengikuti misa kudus dan meluangkan waktu bersama Tuhan secara teratur.
(1679) Sesudah pemeriksaan pertama, dokter mendapati bahwa keadaanku sangat parah. “Kami menduga, Suster, bahwa engkau memang mengidap penyakit yang pernah Suster katakan kepadaku. tetapi, Allah yang mahakuasa dapat melakukan segala sesuatu.”
Ketika aku memasuki kamarku, aku membenamkan diri dalam doa syukur atas segala sesuatu yang telah Tuhan kirimkan kepadaku sepanjang seluruh hidupku, sambil menyerahkan diri sepenuhnya kepada kehendak-Nya yang amat kudus. Sukacita dan damai yang luar biasa membanjiri jiwaku. Aku merasakan suatu damai yang sedemikian luar biasa sehingga kalau kematian datang pada saat itu, aku tidak akan berkata, “Tunggu, karena aku masih mempunyai sejumlah hal yang harus aku selesaikan.” Tidak, aku akan menyambutnya dengan penuh sukacita sebab aku sudah siap untuk berjumpa dengan Tuhan, tidak hanya hari ini, tetapi sudah sejak aku menyerahkan diri sepenuhnya kepada Kerahiman Ilahi, sambil menyerahkan diri sepenuhnya kepada kehendak-Nya yang amat kudus, yang penuh dengan kerahiman dan kemurahan. Aku tahu apalah diriku sesungguhnya ....
(1680) Minggu Putih. Hari ini, sekali lagi aku mempersembahkan diriku kepada Tuhan sebagai kurban bagi orang-orang berdosa. Yesusku, kalau akhir hidupku sudah mendekat, dengan sangat rendah hati aku mohon kepada-Mu, terimalah kematianku dalam kesatuan dengan Dikau sebagai kurban yang kupersembahkan kepada-Mu hari ini, sementara aku masih memiliki kemampuan dan kehendak yang sepenuhnya sadar; semua ini untuk tiga tujuan:
Pertama: agar karya kerahiman-Mu dapat menyebar ke seluruh dunia dan agar Pesta Kerahiman Ilahi dapat dimaklumkan dan dirayakan dengan meriah.
Kedua: agar orang-orang berdosa, khususnya orang-orang berdosa yang menghadapi ajal, dapat mengungsi kepada kerahiman-Mu dan mengalami buah-buah kerahiman yang tak terlukiskan.
Ketiga: agar segala karya kerahiman-Mu dapat diwujudkan sesuai dengan keinginan-Mu, dan bagi seorang yang ditugaskan untuk karya ini ....
Terimalah, ya Yesus yang maharahim, kurbanku yang tidak pantas ini, yang hari ini kupersembahkan kepada-Mu di hadapan surga dan bumi. Semoga Hati-Mu yang mahakudus, yang sedemikian penuh kerahiman, menggenapi apa yang masih kurang dalam persembahanku, dan mempersembahkannya kepada Bapa-Mu demi pertobatan orang-orang berdosa. AKu haus akan jiwa-jiwa, ya Kristus.
(1681) Pada saat itu, sinar Allah menembus diriku, dan aku merasakan bahwa aku menjadi milik Allah yanh istimewa; aku mengalami kebebasan rohani yang amat besar, yang tidak pernah aku bayangkan sebelumnya. Dan pada saat yang sama, aku melihat kemuliaan Kerahiman Ilahi dan himpunan jiwa-jiwa yang tak terbilang jumlahnya sedang memuji kebaikan-Nya. Jiwaku sepenuhnya tenggelam dalam Allah, dan aku mendengar suara, “Engkau adalah putri kesayangan-Ku.” Kehadiran Allah yang sungguh nyata aku rasakan sepanjang hari.
(1682) 1 Mei 1938. Petang ini, Yesus berkata kepadaku, “Putri-Ku, apakah engkau membutuhkan sesuatu?” Aku menjawab, “Oh Kasihku, apabila aku memiliki Engkau, aku sudah memiliki segala sesuatu.” Dan Tuhan menjawab, “Kalau jiwa-jiwa mau menyerahkan diri mereka sepenuhnya kepada-Ku, Aku sendiri akan melaksanakan tugas untuk menguduskan mereka, dan Aku akan melimpahkan bahkan rahmat yang lebih besar lagi ke atas mereka. Ada jiwa-jiwa yang menghancurkan usaha-usaha-Ku, tetapi Aku tidak menyerah terhadap mereka; begitu mereka berpaling kepada-Ku, Aku akan bergegas menolong mereka, dengan melindungi mereka dalam kerahiman-Ku, dan Aku memberi mereka tempat pertama dalam Hati-Ku yang pemurah.”
(1683) “Tulislah demi manfaat bagi jiwa kaum religius bahwa Hati-Ku sangat senang datang kepada mereka dalam komuni kudus. tetapi, kalau ada orang lain di dalam hati itu, Aku tidak tahan dan Aku akan cepat meninggalkan hati itu, sambil membawa serta semua karunia dan rahmat yang telah Kusiapkan bagi jiwa itu. Jiwa itu bahkan tidak menyadari kepergian-Ku. Sesudah beberapa waktu, barulah ia akan merasakan kehampaan batin dan ketidakpuasan. Oh, kalau saja kemudian ia berpaling kepada-Ku, Aku akan membantu dia membersihkan hatinya, dan Aku akan memenuhi segala sesuatu yang ada di dalam jiwanya; tetapi tanpa kesadaran dan persetujuannya, Aku tidak dapat menjadi Penguasa hatinya.”
(1684) Aku sering mempersatukan diri dengan orang-orang yang menghadapi ajal dan memperoleh Kerahiman Ilahi bagi mereka. Oh, betapa besarnya kebaikan Allah: lebih besar daripada yang dapat kita pahami. Ada saat-saat tertentu dan ada pula misteri-misteri Kerahiman Ilahi yang memesona surga. Biarlah kita hentikan penghakiman kita terhadap jiwa-jiwa karena kerahiman Allah atas mereka sungguh luar biasa.
(1685) Dalam ibadat Jam Kudus hari ini, aku minta kepada Tuhan Yesus agar Ia berkenan mengajar aku tentang kehidupan rohani. Yesus menjawab kepadaku, “Putri-Ku, hayatilah dengan setia kata-kata yang Kusampaikan kepadamu. Jangan menghargai hal-hal lahiriah terlalu tinggi, juga kalau hal itu tampak sangat berharga bagimu. Tinggalkanlah dirimu sendiri, dan tinggallah bersma-Ku terus-menerus. Percayakanlah segala sesuatu kepada-Ku dan jangan melakukan suatu pun dengan mengandalkan dirimu sendiri; maka engkau akan selalu memiliki kebebasan roh yang leluasa. Tidak ada situasi atau kejadian yang akan mampu mengacaukan engkau. Jangan terlalu mengacuhkan apa yang dikatakan orang. Biarlah setiap orang menghakimi engkau menurut kesukaan mereka. Jangan membela diri; penghakiman mereka tidak akan merugikan engkau. Singkirkanlah segala sesuatu begitu mereka muncul dan menuntut sesuatu, juga kalau mereka itu tampaknya sangat penting. Jangan meminta suatu pun tanpa minta pertimbangan-Ku. Biarkan mereka mengambil apa pun yang bahkan menjadi hakmu - kehormatan, nama baik - biarlah rohmu membubung di atas semua itu. Jadi, bebaskanlah dirimu dari segala sesuatu, beristirahatlah di dekat Hati-Ku, dan jangan biarkan damaimu dikacaukan oleh suatu pun. Oh, murid-Ku, camkanlah kata-kata yang telah Kusampaikan kepadamu.”
(1686) O Kasihku, Guru kekalku, betapa baiknya bersikap taat; sebab ketika ketaatan tercurah ke dalam jiwa, ia membawa serta tenaga dan kekuatan untuk bertindak.
(1687) Hari ini, aku melihat Tuhan Yesus yang tersalib. Permata dan mutiara-mutiara berharga tampak tercurah dari luka yang ada di Hati-Nya. Aku melihat betapa banyaknya jiwa-jiwa yang menghimpun karunia-karunia ini. Tetapi, ada satu jiwa yang berada paling dekat dengan Hati-Nya; dan karena tahu akan besarnya karunia-karunia itu, ia mengumpulkan sebanyak-banyaknya, bukan hanya untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk orang-orang lain. Jurus Selamat berkata kepadaku, “Perhatikanlah khazanah rahmat yang mengalir kepada jiwa-jiwa; tetapi tidak semua jiwa itu tahu bagaimana memanfaatkan kemurahan-Ku.”
(1688) Hari ini, Tuhan berkata kepadaku, “Putri-Ku, tengoklah ke dalam Hati-Ku yang Maharahim, dan pantulkanlah kemurahannya di dalam hati dan perbuatan-perbuatanmu sendiri sehingga engkau, yang memaklumkan kerahiman-Ku kepada dunia, dapat membara bersamanya.”
(1689) 8 Mei 1938. Hari ini, aku melihat dua tiang yang luar biasa besarnya terpancang di tanah; tiang yang satu, aku sendiri yang telah memancangkannya, sedangkan tiang yang satunya dipancangkan oleh seorang lain, S.M. Kami telah melakukannya dengan usaha yang tak terbayangkan, dengan banyak keletihan dan kesulitan. Dan sesudah selesai memancangkan tiang itu, aku sendiri kagum dari mana kekuatan luar biasa itu datang. Dan aku tahu bahwa bukan dengan kekuatanku sendiri aku melaksanakannya, tetapi dengan kekuatan yang datang dari atas. Kedua tiang itu berdekatan satu sama lain, di dekat gambar Kerahiman Ilahi. Dan aku melihat gambar itu diangkat sangat tinggi dan digantungkan pada kedua tiang itu. Sekonyong-konyong, berdirilah di atas kedua tiang itu suatu kanisah raksasa, yang ditopang baik dari dalam maupun dari luar. Aku melihat suatu tangan sedang menyelesaikan pembangunan kanisah itu, tetapi aku tidak melihat orangnya. Lalu, tampaklah suatu himpunan besar orang, di dalam dan di luar bait, dan arus yang keluar dari Hati Yesus yang Maharahim mengalir kepada setiap orang.
(1690) Hari ini, sesudah komuni kudus, Yesus berkata, “Putri-Ku, berikanlah jiwa-jiwa kepada-Ku. Ketahuilah bahwa misimu adalah memenangkan jiwa-jiwa bagi-Ku lewat doa dan pengurbanan, dan dengan mendorong mereka untuk mengandalkan kerahiman-Ku.”
(1691) Oh, betapa besarnya kerinduanku untuk mempersembahkan kemuliaan kepada kerahiman-Mu - sedangkan untukku sendiri: kepahitan dan penderitaan! Ketika aku menyaksikan kemuliaan kerahiman-Mu, kebahagiaanku tiada tara! Biarlah segala murka, penghinaan, dan kesendirian tertumpah atas diriku, asal saja kemuliaan dan pujian bagi kerahiman-Mu bergema di mana-mana - hanya inilah yang penting.
(1692) Sang Pencipta dan Ciptaan.
Aku menyembah Engkau, ya Tuhan dan Pencipta, yang tersembunyi di dalam Sakramen Mahakudus. Aku menyembah Engkau karena segala karya tangan-Mu yang menyatakan kepadaku begitu banyak kebijaksanaan, kebaikan, dan kerahiman. O Tuhan, Engkau telah menghamburkan begitu banyak keindahan ke atas bumi, dan semua itu menuturkan kepadaku keindahan-Mu meskipun semua yang indah itu hanyalah pantulan lemah dari keindahan-Mu, o Keindahan yang Tak Terselami. Meskipun Engkau menyembunyikan diri dan menyamarkan keindahan-Mu, mataku yang diterangi oleh iman dapat menangkap Engkau, dan jiwaku mengenali Penciptanya, Kebaikan teringginya; dan hatiku sepenuhnya tenggelam dalam doa sembah sujud.
Tuhanku dan Penciptaku, kebaikan-Mu memberanikan aku untuk bercakap-cakap dengan-Mu. Kerahiman-Mu meniadakan jurang yang memisahkan Pencipta dari ciptaan. Bercakap-cakap dengan-Mu, o Tuhan, sangatlah menyenangkan hatiku. Di dalam Engkau, aku menemukan segala sesuatu yang didambakan hatiku. Di sini, Terang-Mu menerangi pikiranku, dan sekaligus memampukannya untuk makin hari makin mengenal Engkau. Di sini, arus rahmat mengalir ke dalam hatiku. Di sini, jiwaku menimba kehidupan kekal. O Tuhan dan Penciptaku, di samping segala karunia ini, Engkau memberikan diri-Mu sendiri kepadaku dan secara mesra menyatukan diri-Mu dengan ciptaan-Mu yang papa ini. Di sini, tanpa mencari kata-kata, kita memahami satu sama lain. Di sini, tak seorang pun mampu menyela percakapan kita. Apa yang kubicarakan dengan-Mu, ya Yesus, adalah rahasia kita; tidak ada ciptaan yang akan mengetahuinya dan tidak ada malaikat yang berani menanyakannya. Ini adalah misteri pengampunan yang bersifat rahasia, yang hanya diketahui oleh Yesus dan aku sendiri; inilah misteri kerahiman-Nya, yang merengkuh setiap jiwa secara terpisah. Karena kebaikan-Mu yang tak terselami ini, dengan segenap hati dan sepenuh jiwaku, aku menyembah Engkau, o Tuhan dan Penciptaku. Memang, ibadatku sedemikian tak berarti dan papa, tetapi aku merasa damai sebab aku tahu bahwa Engkau tahu jika ibadatku itu tulus meskipun tidak memadai...
(1693) Sementara aku menulis kata-kata di atas, aku melihat Tuhan Yesus membungkuk di atas aku, dan Ia bertanya, “Putri-Ku, apa yang sedang engkau tulis?” Aku menjawab, “Aku sedang menulis tentang Engkau, ya Yesus, tentang ketersembunyian-Mu dalam Sakramen Mahakudus, tentang kasih dan kerahiman-Mu yang tak terselami terhadap manusia.” Dan Yesus berkata, “Juru tulis misteri-Ku yang paling dalam, ketahuilah bahwa kemesraan ekslusif ini hanya Kujalin denganmu. Tugasmu adalah menuliskan segala sesuatu tentang kerahiman-Ku yang Kuberitahukan kepadamu demi manfaat bagi mereka yang dengan membacanya akan diteguhkan jiwanya dan akan memiliki keberanian untuk menghampiri Aku. Oleh karena itu, Aku menghendaki engkau memanfaatkan semua waktu luangmu untuk menulis.” “Tetapi, o Tuhan, apakah aku akan selalu memiliki waktu meskipun hanya singkat, untuk menulis?” Dan Yesus menjawab, “Bukanlah urusanmu untuk memikirkan hal itu. Tugasmu hanyalah melakukan apa yang dapat engkau lakukan. Aku akan mengatur segala sesuatu sedemikian rupa sehingga dengan gampang engkau akan dapat melakukan apa yang Kuminta darimu...”
(1694) Hari ini, aku dikunjungi oleh seorang awam yang telah menyebabkan aku sangat sedih karena ia telah menyalahgunakan kebaikanku dengan menceritakan banyak kebohongan. Begitu aku melihat dia, darah dalam nadiku serasa membeku sebab tiba-tiba terpampang di hadapan mataku semua yang harus kuderita karena dia, meskipun dengan satu kata saja aku dapat membebaskan diri dari semua itu. Maka muncullah gagasan dalam benakku untuk mengatakan kebenaran kepadanya, dengan tegas dan terus terang. Tetapi, pada saat itu, kerahiman Allah melintas di dapan mataku, dan aku memutuskan untuk bertindak terhadapnya sebagaimana Yesus akan bertindak kalau Ia berada pada tempatku. Aku mulai berbicara kepadanya dengan lembut. Ketika ia mengungkapkan keinginan untuk berbicara sendirian dengan aku, secara amat rinci dan jelas aku memberitahukan kepadanya keadaan jiwanya yang menyedihkan. Aku melihat bahwa dia sangat terharu meskipun ia berusaha menyembunyikan perasaannya dariku. Pada saat itu, datanglah orang ketiga, dan karenanya pembicaraan dari hati ke hati itu terhenti. Ia minta kepadaku satu gelas air dan dua barang lain yang kuberikan dengan ikhlas hati. tetapi, kalau bukan karena rahmat Allah, aku tidak akan mampu bertindak seperti itu terhadapnya. Ketika mereka pergi, aku bersyukur kepada Allah karena rahmat-Nya yang menopang aku pada waktu itu.
(1695) Kemudian aku mendengar suara ini, “Aku senang sekali karena engkau berlaku sebagai putri-Ku yang sejati. Selalu berbelas kasihlah, sama seperti Aku selalu berbelas kasih. Kasihilah setiap orang demi kasihmu akan Daku; juga, kasihilah musuh-musuhmu yang paling besar sehingga kerahiman-Ku dapat sepenuhnya terpantul di dalam hatimu.”
(1696) O Kristus, meskipun menuntut banyak usaha, dengan rahmat-Mu segala sesuatu dapat terlaksana.
(1697) Hari ini, aku merasa sangat sehat, dan aku senang sekali karena dapat melaksanakan ibadat Jam Kudus. Tetapi ketika aku mulai melaksanakan Jam Kudus, penderitaan fisikku meningkat sehingga aku tidak dapat berdoa. Ketika Jam Kudus sudah usai, semua penderitaanku pun berakhir; maka aku mengeluh kepada Tuhan bahwa penderitaan-penderitaanku tidak membiarkan aku membenamkan diri dalam sengsara-Nya yang pedih, padahal aku sangat menginginkannya. Kemudian Yesus berkata kepadaku, “Putri-Ku, ketahuilah bahwa jikalau Aku membiarkan engkau merasakan dan memiliki pengetahuan yang lebih mendalam mengenai penderitaan-Ku, itu adalah rahmat dari Aku. tetapi, ketika pikiranmu menjadi redup dan penderitaanmu meningkat, pada saat itu engkau ambil bagian aktif dalam sengsara-Ku, dan Aku sedang menjadikan dirimu lebih serasi dengan diri-Ku. Pada saat seperti itu, lebih daripada kapan pun, tugasmu adalah menyerahkan diri kepada kehendak-Ku...”
(1698)  Aku sering mendampingi orang yang menghadapi ajal dan lewat permohonan yang mendesak memperoleh bagi mereka pengharapan akan kerahiman Allah; pada saat seperti itu, aku juga memohon kepada Allah agar Ia memberikan rahmat ilahi yang berlimpah, yang selalu jaya. Kadang-kadang, secara mengagumkan dan misterius, kerahiman Allah menyentuh orang berdosa pada saat akhir hidupnya. Secara lahiriah, tampaknya segala sesuatu sudah lenyap, tetapi sesungguhnya tidak demikian. Pada kesempatan terakhir itu, jiwa diterangi oleh sinar rahmat akhir yang penuh kuasa berpaling kepada Allah dengan kuasa cinta yang sedemikian besar sehingga ia serta merta menerima dari Allah pengampunan dosa dan pembebasan dari hukuman. Secara lahiriah, ia tidak menunjukkan tanda penyesalan ataupun pertobatan sebab [pada tahap ini] jiwa tidak lagi bereaksi terhadap hal-hal lahiriah. Oh, betapa kerahiman Allah melampaui segala pemahaman! Tetapi - sungguh mengerikan! - ada juga jiwa-jiwa yang dengan sengaja dan secara sadar menolak serta mencemooh rahmat ini. Meskipun orang sudah berada pada titik kematian, Allah yang maharahim dapat memberikan kepada jiwanya saat batin yang hidup sehingga kalau jiwa itu mau, ia memiliki kesempatan untuk kembali kepada Allah. tetapi kadang-kadang, jiwa-jiwa sedemikian keras kepala sehingga dengan sadar mereka memilih neraka; [dengan demikian] mereka menyia-nyiakan semua doa yang dipersembahkan jiwa-jiwa lain kepada Allah bagi mereka; bahkan, mereka menyia-nyiakan usaha Allah sendiri...
(1699) Kesunyian - saat-saat kesayanganku, kesunyian - tetapi selalu bersama Engkau, ya Yesus dan Tuhan, dekat pada Hati-Mu, saat terlalu indah bagiku; dekat pada-Nya, jiwaku menemukan istirahat. Kalau hari dipenuhi dengan Dikau dan dilimpahi dengan cinta, kalau jiwa bernyala-nyala karena api yang murni, di tengah kesunyian yang paling sepi pun, jiwa takkan mengalami kesepian sebab ia beristirahat pada dada-Mu.
O Kesunyian - saat-saat persekutuan yang paling luhur, meski ditinggalkan oleh segala ciptaan, aku membenamkan diri sepenuhnya dalam samudra Ke-Allahan-Mu, dan Engkau senang mendengarkan cetusan hatiku.

(1700) Petang ini, Tuhan bertanya kepadaku, “Tidakkah engkau memiliki keinginan apa pun di dalam hatimu?” Aku menjawab, “Aku memiliki satu keinginan yang berkobar-kobar, yakni bersatu dengan Dikau selama-lamanya.” Dan Tuhan menjawab kepadaku, “Itu akan segera terpenuhi. Anak-Ku yang terkasih, setiap kerinduanmu bergema di dalam Hati-Ku. Tatapan mata-Ku yang berseri-seri terpaku padamu sebelum Aku menatap ciptaan yang lain.”

MARI MEMBACA BUKU HARIAN SANTA FAUSTINA (BHSF)

 Shalom...