Monday, February 27, 2023

BHSF 1651 - 1700

 (1651) Hari ini, salah seorang dari para suster masuk ke kamarku dan berkata bahwa suster X sangat cerewet mengenai penyakitnya sendiri; ia merasakan sangat terganggu oleh penyakit itu dan ingin sekali mengomeli dia tetapi, sayangnya, aku bukan anggota biara ini. Aku heran bahwa ia berpikiran seperti itu. Maka aku berkata, “Suster, bayangkan saja betapa banyaknya malam-malam yang sudah dilalui suster ini tanpa dapat tidur dan betapa banyaknya air mata ...” Sejak itu, berubahlah pandangan suster itu.

(1652) Hai jiwaku, sembahlah kerahiman Tuhan, o hatiku, bersukacitalah sepenuhnya dalam Dia, sebab engkau telah dipilih oleh-Nya untuk menyebarkan kemuliaan kerahiman-Nya. Tak seorang pun pernah menyelami kebaikan-Nya, tak seorang pun dapat mengukurnya. Kemurahan-Nya tak terlukiskan. Hal ini dialami oleh setiap jiwa yang menghampiri-Nya: ia akan dilindungi dan didekapkan pada dada-Nya yang maharahim.
Berbahagialah jiwa yang percaya akan kebaikan-Mu dan menyerahkan diri sepenuhnya kepada kerahiman-Mu. Jiwanya dipenuhi dengan damai yang penuh cinta, di mana-mana ia Kaubela seperti anak-Mu sendiri.
O jiwa, siapa pun juga engkau di dunia ini, kalau pun dosa-dosamu pekat seperti malam kelam, jangan takut akan Allah, hai engkau anak yang lemah, sebab besarlah kuasa kerahiman Allah.
(1653) Terang yang ada di atas, tempat Allahku meraja, inilah yang didambakan jiwaku, inilah yang dirindukan hatiku: seluruh hidupku berpaut pada-Mu. Aku bergegas menuju dunia lain kepada Allah satu-satunya, ke dalam Terang yang tak terselami, Sang Api Cinta, karena jiwaku dan hatiku diciptakan untuk Dia, dan hatiku mencintai Dia sejak masa mudaku dengan penuh gairah.
Di sana, dalam cahaya wajah-Mu yang berseri-seri, cintaku yang merana akan menemukan istirahat. Dalam pembuangannya, perawan-Mu setengah mati merindukan Dikau, karena ia hanya dapat hidup kalau bersatu dengan Dikau.
Hariku mendekati titik akhir. Sekarang juga aku merasakan pancaran sinar abadi-Mu, o Allahku. Tak seorang pun akan tahu apa yang dirasakan hatiku; bibirku akan kelu membiasu dalam kerendahan hati yang tulus. Bahkan sekarang, aku sudah dekat ke pesta nikah abadi, ke surga yang tak kenal akhir, ke ruang yang tanpa batas. Aku tidak merindukan istirahat atau ganjaran; cinta murni Allah menarikku ke surga.
Sekarang, aku pergi menjumpai Engkau, Kasih Abadi, dengan hati yang merana karena merindukan Dikau. Aku merasakan kasih-Mu yang murni, o Tuhan, tinggal di dalam hatiku, dan aku merasakan kebahagiaan kekalku di surga. Sekarang, aku pergi kepada Bapa, di surga yang kekal, dari tanah pembuangan, dari lembah air mata ini. Bumi tidak lagi mampu menahan hatiku yang murni, dan puncak-puncak surga telah menarik aku.
Aku pergi, o Mempelaiku, aku pergi untuk melihat kemuliaan-Mu, yang sekarang sudah memenuhi jiwaku dengan sukacita. Di sana, seluruh surga sujud menyembah-Mu, aku merasakan bahwa ibadatku menyenangkan hati-Mu, meski aku ini kehampaan belaka.
Dalam kebahagiaan yang kekal, aku tidak akan melupakan mereka yang di bumi; aku akan memohon kerahiman Allah bagi semua orang, khususnya, aku akan mengingat mereka yang dekat di hatiku; kelekatanku pada Allah tidak akan membiarkan aku melupakan mereka.
Di saat-saat akhir ini, aku tidak tahu bagaimana bergaul dengan sesama, dalam keheningan, hanya Engkau, Tuhan, yang kunantikan. AKu tahu akan tiba saatnya semua orang memahami karya Allah dalam jiwaku. Aku tahu bahwa demikianlah kehendak-Mu, maka, itu akan terjadi.
(1654) O kebenaran, o kehidupan yang penuh duri, untuk dapat melintas melalui engkau dengan jiwa, orang perlu bersandar pada-Mu, ya Kristus, untuk selalu dekat dengan Engkau.
Aku tidak akan tahu bagaimana menderita tanpa Engkau, o Kristus. Dari diriku sendiri, aku tidak mampu menghadapi tantangan. Sendirian, aku tidak akan mempunyai keberanian untuk minum dari piala-Mu; tetapi Engkau, Tuhan, selalu menyertai aku, dan Engkau menuntun aku menapaki jalan-jalan rahasia.
Sebagai anak yang lemah, aku telah memulai pertempuran dalam nama-Mu. Aku telah bertempur dengan berani meskipun sering gagal. Aku tahu bahwa usaha-usahaku telah menyenangkan Hati-Mu, dan usaha itu sendirilah yang Kauberikan pahala untuk selama-lamanya.
O kebenaran, o pergulatan hidup-mati, ketika aku bangkit untuk bertempur, sebagai ksatria yang berpengalaman, aku merasa memiliki darah ksatria meskipun masih seorang anak dan karena itu, o Kristus, aku membutuhkan pertolongan dan perlindungan-Mu.
Hatiku tidak akan berhenti berusaha dan berjuang sampai Engkau sendiri memanggil aku dari medan perang. AKu berdiri di hadapan-Mu, tidak untuk menerima ganjaran, tetapi untuk membenamkan diri dalam Dikau, dalam damai untuk selama-lamanya.
(1655) O Kristus, seandainya jiwaku menyaksikan sekaligus apa yang harus ia derita sepanjang hidupnya, begitu melihatnya ia pasti sudah mati ketakutan; ia tidak akan menyentuhkan bibirnya pada piala kepahitan. Tetapi, karena setiap kali ia hanya minum satu tetes, ia telah menghabiskan isi piala itu sampai tuntas. O Kristus, kalau Engkau sendiri tidak menopang jiwa, seberapa banyak yang dapat ia kerjakan dari dirinya sendiri? Kami kuat, hanya karena kekudusan-Mu. Dari diri kami sendiri, apakah artinya kami? - Bukan apa-apa ....
(1656) Ya Yesusku, bagiku Engkau melampaui segala sesuatu yang ada di dunia ini. Meskipun penderitaan-penderitaan itu berat, Engkau menopang aku. Meskipun saat-saat kesepian itu mengerikan, Engkau membuatnya manis bagiku. Meskipun kelemahan itu besar, Engkau mengubahnya menjadi kekuatan bagiku.
Aku tidak tahu bagaimana melukiskan semua yang aku derita; karena itu, yang telah kutulis hanyalah satu titik kecil. Ada saat-saat penderitaan yang sungguh-sungguh tidak dapat kutulis. Tetapi, dalam hidupku, ada juga saat-saat ketika bibirku harus tinggal diam, tidak mengucapkan satu kata pun untuk membela diri, dan menundukkan diriku sepenuhnya kepada kehendak Allah; kemudian Tuhan sendiri membela aku, dan mengajukan tuntutan-tuntutan atas namaku; permintaan-permintaan-Nya Ia beberkan sedemikian rupa sehingga semuanya dapat dilihat bahkan secara lahiriah. Tetapi, ketika aku menyaksikan campur tangan-Nya yang begitu mencolok, yang menjadi nyata lewat hukuman-hukuman, dengan tulus hati aku mohon kepada-Nya agar Ia memberikan kerahiman dan pengampunan. Tetapi, aku selalu tidak didengarkan. Tuhan bertindak terhadap aku dengan cara yang misterius. Ada saatnya Ia sendiri membiarkan penderitaan-penderitaan yang mengerikan terjadi; tetapi ada juga saat-saat ketika Ia tidak membiarkan aku menderita dan Ia memusnahkan segala sesuatu yang akan menimpa jiwaku. Inilah jalan Tuhan, yang tak dapat diselidiki dan dipahami. Kita harus menaklukkan diri sepenuhnya kepada kehendak kudus-Nya. Ada misteri-misteri yang tidak pernah dapat diselami oleh akal manusia di bumi ini; tetapi alam kekal akan menyingkapkannya.
(1657) 10 April 1938. Minggu Palma. Aku menghadiri misa kudus, tetapi tidak memiliki kekuatan untuk pergi dan mengambil palma. Aku merasa sedemikian lemah sehingga hampir tidak dapat bertahan sampai akhir misa. Dalam misa, Yesus membuatku memahami penderitaan jiwa-Nya, dan dengan jelas aku dapat merasakan bahwa madah-madah Hosanna bergaung sebagai gema yang memilukan dalam Hati Kudus-Nya. Juga, jiwaku dibanjiri dengan samudra kepahitan, dan setiap Hosanna menembus hatiku sampai ke relung-relungnya. Segenap jiwaku ditarik erat kepada Yesus. Aku mendengar suara Yesus, “Putri-Ku, ibamu terhadap Aku menyegarkan diri-Ku. Dengan merenungkan sengsara-Ku, jiwamu memperoleh keindahan tersendiri yang mencolok.”
(1658) Aku menyambut komuni di lantai dua; aku tidak dapat turun ke kapel karena aku kehabisan tenaga setelah mengeluarkan terlalu banyak keringat, dan sesudah semua itu, aku demam dan menggigil. Aku merasa sama sekali tidak berdaya. Hari ini, salah seorang imam Yesuit mengantar komuni kudus kepada kami. Ia menerimakan Yesus kepada tiga orang suster lain dan kemudian kepadaku; karena mengira bahwa aku yang terakhir, ia memberiku dua Hosti. Tetapi, salah seorang novis sedang terbaring sakit di kamar sebelah, dan tidak ada Hosti yang tersisa baginya. Imam itu kembali dan membawa Tuhan kepadanya, tetapi Yesus berkata kepadaku, “Aku enggan masuk ke dalam hati itu. Engkau menerima dua Hosti karena Aku sengaja menangguhkan kedatangan-Ku ke dalam jiwa yang menolak rahmat-Ku itu. Kunjungan kepada jiwa seperti itu tidak menyenangkan Hati-Ku.” Pada saat itu, jiwaku ditarik erat kepada kehadiran-Nya, dan aku menerima terang batin yang benderang yang membuat aku memahami, dalam roh, semua karya kerahiman. Terang itu laksana kilatan halilintar, tetapi lebih cemerlang daripada halilintar yang dapat kupandang selama berjam-jam dengan mata tubuhku.
(1659) Lagi, untuk menulis segala sesuatu, aku harus menggunakan kata-kata itu tidak dapat mengungkapkan semua yang dinikmati oleh jiwaku ketika menyaksikan kemuliaan kerahiman Allah. Kemuliaan Kerahiman Ilahi sedang merebak ke mana-mana, juga saat ini meskipun dirongrong oleh usaha-usaha para musuhnya dan oleh usaha-usaha setan sendiri, yang sangat membenci kerahiman Allah. Karya ini akan merenggut sejumlah besar jiwa dari genggamannya; itulah sebabnya roh kegelapan kadang-kadang mencobai orang-orang baik dengan keji supaya mereka menghambat karya itu. tetapi aku telah melihat dengan jelas bahwa kehendak Allah sudah dipenuhi, dan bahwa kehendak itu akan digenapi sampai detail terakhir. Usaha-usaha musuh yang paling besar pun tidak akan menghancurkan bagian yang paling kecil dari rencana yang telah ditetapkan Tuhan. Tidaklah menjadi masalah kalau karya itu kadang-kadang tampak hancur sama sekali, justru dalam situasi seperti itu, karya itu sedang dimantapkan.
(1660) Jiwaku dipenuhi dengan damai yang jauh lebih teduh daripada semua damai yang pernah kualami sebelumnya. Damai ini merupakan jaminan ilahi yang tidak mungkin ditiadakan oleh suatu pun, suatu damai yang sangat teduh yang tidak dapat dikacaukan oleh suatu pun, meski aku ditimpa penderitaan-penderitaan yang paling keji. Aku merasa damai; Allah sendirilah yang mengatur segala sesuatu.
(1661) Aku menjalani seluruh hari dalam doa syukur, dan rasa syukur itu terus menggenangi jiwaku. O Allahku, begitu baiklah Engkau, begitu besarlah kerahiman-Mu! Engkau mengunjungi aku dengan begitu banyak rahmat, padahal aku ini noda debu yang paling jahat. Sambil meniarap pada kaki-Mu, o Tuhan, dengan hati tulus aku mengakui bahwa aku belum melakukan apa pun untuk mensyukuri bahkan yang paling kecil dari rahmat-Mu. Dalam kebaikan-Mu yang tak terbatas Engkau memberikan diri-Mu sendiri dengan begitu murah hati kepadaku. Oleh karena itu, semakin besar rahmat yang diterima hatiku, semakin dalamlah hatiku membenamkan diri dalam kerendahan hati.
(1662) O Kristus, menderita demi Engkau adalah kesukaan hati dan jiwaku. Perpanjanglah penderitaan-penderitaanku sampai tak terbatas sehingga aku dapat menunjukkan bukti cintaku kepada-Mu. Semua yang ditimpakan oleh tangan-Mu kepadaku akan kuterima. Cinta-Mu, ya Yesus, sudah cukup bagiku. Aku akan memuliakan Engkau dalam kesendirian dan kegelapan, dalam kesusahan dan ketakutan, dalam penderitaan dan kepahitan, dalam rintihan roh dan kepedihan hati. Dalam segala hal semoga Engkau tetap dipuji. Hatiku sudah sama sekali tidak terikat pada bumi sehingga Engkau sendiri sudah cukup bagiku. Sudah tidak ada satu saat pun dalam hidupku yang aku gunakan untuk diriku sendiri.
(1663) Kamis Putih. Hari ini, aku merasa cukup kuat untuk ambil bagian dalam upacara-upacara di gereja. Dalam misa kudus, Yesus berdiri di depanku dan berkata, “Pandanglah Hati-Ku dan lihatlah di sana cinta serta kerahiman-Ku terhadap umat manusia, khususnya terhadap orang-orang berdosa. Pandanglah dan masuklah ke dalam sengsara-Ku.” Dalam sekejap, aku merasakan dan mengalami seluruh sengsara Yesus dalam hatiku sendiri. Aku heran bahwa siksaan-siksaan ini tidak menyudahi hidupku.
(1664) Dalam adorasi, Yesus berkata kepadaku, “Putri-Ku, ketahuilah bahwa cintamu yang berkobar-kobar dan kemurahan hatimu terhadap AKu merupakan penghiburan bagi-Ku di Taman [Getsemani].”
(1665) Dalam ibadat Jam Kudus pada petang hari, aku mendengar suara, “Engkau menyaksikan kerahiman-Ku terhadap orang-orang berdosa; pada saat ini kerahiman-Ku sedang dinyatakan dengan segala kekuatannya. Lihatlah, betapa sedikitnya yang telah engkau tulis mengenai hal ini; itu barulah satu titik kecil. Lakukanlah apa yang ada dalam kuasamu, supaya orang-orang berdosa mulai mengenal kebaikan-Ku.”
(1666) Jumat Agung. Aku melihat Tuhan Yesus disiksa, tetapi tidak dipaku pada salib. Ia masih beum disalibkan, dan Ia berkata kepadaku, “Engkaulah [kekasih] Hati-Ku. Berbicaralah kepada orang-orang berdosa mengenai kerahiman-Ku.” Maka, Tuhan memberi aku pengetahuan batin yang jelas mengenai seluruh kedalam kerahiman-Nya bagi jiwa-jiwa, dan aku tahu bahwa apa yang telah kutulis sungguh hanya satu titik kecil.
(1667) Sabtu Suci. Dalam adorasi, Tuhan berkata kepadaku, “Tenanglah, Putri-Ku. Karya kerahiman ini adalah karya-Ku; tidak ada bagianmu dalam karya ini. Sangatlah menyenangkan Hati-Ku bahwa dengan setia engkau melaksanakan apa yang telah Kuperintahkan kepadamu, tanpa menambah atau mengurangi sepatah kata pun.” Lalu, Tuhan memberi aku terang batin; karena terang itu aku mengetahui bahwa tidak satu kata pun adalah kata-kataku; meskipun ada banyak kesulitan dan hambatan, aku selalu dan selalu, memenuhi kehendak-Nya, sebagaimana yang Ia beri tahukan kepadaku.
(1668) Kebangkitan. Sebelum misa kebangkitan, aku merasa sedemikian lemah sehingga aku kehilangan harapan untuk berpartisipasi dan prosesi yang dilaksanakan di dalam gereja; maka aku berkata kepada Tuhan, “Yesus, kalau doa-doaku menyenangkan hati-Mu, saat ini juga berilah aku kekuatan agar aku dapat ambil bagian dalam prosesi.” Seketika itu juga, aku merasa kuat dan mantap sehingga aku dapat pergi bersama para suster dalam prosesi.
(1669) Ketika perarakan dimulai, aku melihat Yesus dalam cahaya yang lebih cemerlang daripada sinar matahari. Yesus memandang aku dengan penuh kasih dan berkata, “Hai Jantung Hati-Ku, bersukacitalah!” Pada saat itu juga rohku membenamkan diri dalam Dia. .... Ketika aku menjadi sadar, aku sedang berjalan di tengah perarakan bersama para suster, sementara jiwaku sepenuhnya terbenam di dalam Dia.
(1670) Paskah [17 April 1938]. Dalam misa, aku bersyukur kepada Tuhan Yesus karena Ia telah berkenan menebus kita; juga karena Ia sudah memberi kita karunia yang paling besar di antara segala karunia, yakni kasih-Nya dalam komuni kudus; artinya, diri-Nya sendiri. Pada saat itu, aku direnggut ke pangkuan Tritunggal yang Mahakudus, dan aku tenggelam di dalam kasih Bapa, Putra, dan Roh Kudus. Saat-saat ini, hampir tidak dapat dilukiskan.
(1671) Pada saat itu, aku berdoa kepada Tuhan untuk seseorang, dan Tuhan menjawab aku, “Jiwa ini sangat Kukasihi.” Aku sungguh sangat berbahagia mendengar hal ini. Kebahagiaan jiwa-jiwa lain memenuhi hatiku dengan sukacita yang luar biasa, dan ketika aku melihat anugerah-anugerah yang lebih mulia di dalam suatu jiwa, hatiku membubung tinggi kepada Tuhan dalam madah sembah sujud yang khusyuk.
(1672) 19 April 1938. Dalam acara rekreasi, salah seorang suster berkata, “Kesehatan Sr.Faustina sedang begitu buruk sehingga ia hampir tidak dapat berjalan. Semoga ia cepat meninggal karena ia akan menjadi seorang santa.” Kemudian salah seorang suster pemimpin berkata, “Bahwa ia akan meninggal, kita tahu; tetapi apakah ia akan menjadi seorang santa, itu masalah lain.” Kemudian mulailah komentar-komentar sinis mengenai hal itu. Aku tinggal diam; kemudian aku mengucapkan sepatah kata; tetapi aku melihat bahwa percakapan menjadi semakin tidak menyenangkan sehingga sekali lagi aku tinggal diam.
(1673) Hari ini, aku menerima surat-surat dari para suster yang ada di biara-biara lain dan dari para suster yang menjalani novisiatnya bersama aku. Mereka sering menghibur aku dan membuat aku tertawa, ketika mereka biasa berkata seperti ini, “sr. Faustina yang terkasih, kami sangat kasihan bahwa sakitmu sedemikian parah; tetapi kami sangat bahagia bahwa apabila Tuhan Yesus mengambil engkau, engkau akan berdoa bagi kami karena engkau memiliki banyak pengaruh terhadap Tuhan.” Salah satu suster mengatakan sebagai berikut, “Apabila engkau meninggal, Suster, mohon tempatkan aku di bawah perhatianmu yang istimewa karena pastilah engkau dapat melakukannya bagiku.” Suster lain lagi menulis sebagai berikut, “Bagaimana aku dapat menantikan saat ketika Tuhan Yesus memanggil engkau sebab aku tahu apa yang akan terjadi kemudian; aku sangat merindukan kematian bagimu.”  Aku mau bertanya kepadanya apa yang ia pikirkan sehubungan dengan kematianku, tetapi aku bermati raga dan menjawab, “Aku ini seorang pendosa. Padaku akan terjadi hal yang sama seperti yang terjadi pada semua orang berdosa kalau kerahiman Allah tidak melindungi aku.”
(1674) 20 April 1938. Keberangkatan ke Pradnik. Aku sangat cemas jangan-jangan aku terbaring di tempat tidur dalam suatu ruangan yang serba terbuka. Kalau itu hanya akan berlangsung selama satu atau dua pekan ... tetapi itu akan berlangsung dalam waktu yang sedemikian lama, dua bulan atau barangkali lebih. Pada petang hari, aku masuk ke kapel untuk bercakap-cakap lama dengan Tuhan Yesus. Ketika melihat Tuhan Yesus, aku mencurahkan seluruh isi hatiku di hadapan-Nya, semua kesusahanku, kekuatanku, dan kecemasanku. Yesus mendengarkan aku dengan penuh kasih dan kemudian berkata, “Tenanglah, Anak-Ku, Aku menyertaimu. Pergilah dalam damai. Semua sudah siap; Aku telah mengatur, dengan cara-Ku sendiri yang istimewa, agar suatu kamar pribadi disiapkan bagimu.” Diyakinkan oleh Tuhan dan dipenuhi dengan rasa syukur, aku pergi tidur.
(1675) Pada hari berikutnya, Suster Felicja mengantar aku ke Pradnik. Aku merasa sangat damai dan jiwaku merasa tenang. Ketika kami tiba, mereka mengatakan kepada kami bahwa ada kamar khusus untuk Sr. Faustina. Ketika masuk ke kamar itu, kami sangat heran bahwa segala sesuatu telah disiapkan sedemikian indahnya: semua bersih dan rapi, meja dilengkapi dengan taplak dan dihias dengan bunga; satu gambar Anak Domba Paskah yang indah ditempatkan di meja doa oleh para suster. Seketika itu juga, tiga orang Suster Hati Kudus yang bekerja di sanatorium itu, teman-teman lamaku, datang dan menyambut aku dengan hangat. Suster Filicja sangat kagum akan semua ini. Kami saling mengucapkan selamat berpisah dengan hangat dan ia pergi. Ketika aku sendirian, hanya bersama dengan Tuhan Yesus, aku bersyukur kepada-Nya atas rahmat yang besar ini.
(1676) Yesus berkata kepadaku, “Tenanglah, Aku menyertaimu.” Karena lelah, aku cepat tertidur. Pada petang hari, suster yang harus merawat aku datang dan berkata, “Besok engkau tidak akan menerima Tuhan Yesus, Suster sebab engkau sangat lelah; selebihnya, akan kita lihat nanti.” Hal ini sangat mengharukan hatiku, tetapi aku berkata dengan sangat tenang, “Baiklah,” dan, aku berserah sepenuhnya kepada kehendak Tuhan; aku berusaha tidur. Pada pagi hari, aku membuat meditasiku dan mempersiapkan diri untuk menyambut komuni kudus meskipun aku seharusnya tidak menerima Tuhan Yesus. Ketika cinta dan keinginanku sudah mencapai puncak yang tinggi, aku melihat di samping tempat tidurku sosok Serafim, yang memberiku komuni kudus, sambil mengucapkan kata-kata ini, “Inilah Tuhan para malaikat.” Ketika aku menerima Tuhan, rohku tenggelam dalam kasih Allah dan dalam pesona. Ini terulang selama tiga belas hari meskipun aku tidak pernah yakin apakah ia akan membawakan aku komuni kudus pada hari berikutnya. Tetapi, aku percaya sepenuhnya kepada kebaikan Allah; meskipun demikian, aku tidak berani berpikir bahwa aku akan menerima komuni kudus dengan cara ini pada hari berikutnya.
Serafim itu diiputi suatu cahaya yang cemerlang; keilahian dan kasih Allah tercermin dalam dia. Ia mengenakan jubah keemasan dan di atasnya suatu superpli yang transparan dan stola yang juga transparan. Siborinya terbuat dari kristal, ditutupi dengan kain yang transparan. Begitu selesai memberikan Tuhan kepadaku, ia menghilang.
(1677) Pernah, ketika suatu keragu-raguan muncul dalam hatiku tidak lama sebelum komuni kudus, Serafim bersama Tuhan Yesus berdiri di hadapanku. Aku bertanya kepada Tuhan Yesus, dan tanpa menunggu jawaban, aku berkata kepada Serafim, “Dapatkah kiranya engkau mendengarkan pengakuan dosaku?” Dan ia menjawab kepadaku, “Tidak ada roh di surga yang memiliki kuasa itu.” Dan pada saat itu, Hosti kudus hinggap di bibirku.
(1678) Pada hari Minggu, suster yang ditugasi merawat orang sakit berkata kepadaku, “Suster, hari ini imam akan mengantar Tuhan Yesus kepadamu.” Aku menjawab, “Baik,” dan imam itu membawa-Nya. Tidak lama kemudian, aku mendapat izin untuk meninggalkan tempat tidurku. Mulai hari itu, aku mengikuti misa kudus dan meluangkan waktu bersama Tuhan secara teratur.
(1679) Sesudah pemeriksaan pertama, dokter mendapati bahwa keadaanku sangat parah. “Kami menduga, Suster, bahwa engkau memang mengidap penyakit yang pernah Suster katakan kepadaku. tetapi, Allah yang mahakuasa dapat melakukan segala sesuatu.”
Ketika aku memasuki kamarku, aku membenamkan diri dalam doa syukur atas segala sesuatu yang telah Tuhan kirimkan kepadaku sepanjang seluruh hidupku, sambil menyerahkan diri sepenuhnya kepada kehendak-Nya yang amat kudus. Sukacita dan damai yang luar biasa membanjiri jiwaku. Aku merasakan suatu damai yang sedemikian luar biasa sehingga kalau kematian datang pada saat itu, aku tidak akan berkata, “Tunggu, karena aku masih mempunyai sejumlah hal yang harus aku selesaikan.” Tidak, aku akan menyambutnya dengan penuh sukacita sebab aku sudah siap untuk berjumpa dengan Tuhan, tidak hanya hari ini, tetapi sudah sejak aku menyerahkan diri sepenuhnya kepada Kerahiman Ilahi, sambil menyerahkan diri sepenuhnya kepada kehendak-Nya yang amat kudus, yang penuh dengan kerahiman dan kemurahan. Aku tahu apalah diriku sesungguhnya ....
(1680) Minggu Putih. Hari ini, sekali lagi aku mempersembahkan diriku kepada Tuhan sebagai kurban bagi orang-orang berdosa. Yesusku, kalau akhir hidupku sudah mendekat, dengan sangat rendah hati aku mohon kepada-Mu, terimalah kematianku dalam kesatuan dengan Dikau sebagai kurban yang kupersembahkan kepada-Mu hari ini, sementara aku masih memiliki kemampuan dan kehendak yang sepenuhnya sadar; semua ini untuk tiga tujuan:
Pertama: agar karya kerahiman-Mu dapat menyebar ke seluruh dunia dan agar Pesta Kerahiman Ilahi dapat dimaklumkan dan dirayakan dengan meriah.
Kedua: agar orang-orang berdosa, khususnya orang-orang berdosa yang menghadapi ajal, dapat mengungsi kepada kerahiman-Mu dan mengalami buah-buah kerahiman yang tak terlukiskan.
Ketiga: agar segala karya kerahiman-Mu dapat diwujudkan sesuai dengan keinginan-Mu, dan bagi seorang yang ditugaskan untuk karya ini ....
Terimalah, ya Yesus yang maharahim, kurbanku yang tidak pantas ini, yang hari ini kupersembahkan kepada-Mu di hadapan surga dan bumi. Semoga Hati-Mu yang mahakudus, yang sedemikian penuh kerahiman, menggenapi apa yang masih kurang dalam persembahanku, dan mempersembahkannya kepada Bapa-Mu demi pertobatan orang-orang berdosa. AKu haus akan jiwa-jiwa, ya Kristus.
(1681) Pada saat itu, sinar Allah menembus diriku, dan aku merasakan bahwa aku menjadi milik Allah yanh istimewa; aku mengalami kebebasan rohani yang amat besar, yang tidak pernah aku bayangkan sebelumnya. Dan pada saat yang sama, aku melihat kemuliaan Kerahiman Ilahi dan himpunan jiwa-jiwa yang tak terbilang jumlahnya sedang memuji kebaikan-Nya. Jiwaku sepenuhnya tenggelam dalam Allah, dan aku mendengar suara, “Engkau adalah putri kesayangan-Ku.” Kehadiran Allah yang sungguh nyata aku rasakan sepanjang hari.
(1682) 1 Mei 1938. Petang ini, Yesus berkata kepadaku, “Putri-Ku, apakah engkau membutuhkan sesuatu?” Aku menjawab, “Oh Kasihku, apabila aku memiliki Engkau, aku sudah memiliki segala sesuatu.” Dan Tuhan menjawab, “Kalau jiwa-jiwa mau menyerahkan diri mereka sepenuhnya kepada-Ku, Aku sendiri akan melaksanakan tugas untuk menguduskan mereka, dan Aku akan melimpahkan bahkan rahmat yang lebih besar lagi ke atas mereka. Ada jiwa-jiwa yang menghancurkan usaha-usaha-Ku, tetapi Aku tidak menyerah terhadap mereka; begitu mereka berpaling kepada-Ku, Aku akan bergegas menolong mereka, dengan melindungi mereka dalam kerahiman-Ku, dan Aku memberi mereka tempat pertama dalam Hati-Ku yang pemurah.”
(1683) “Tulislah demi manfaat bagi jiwa kaum religius bahwa Hati-Ku sangat senang datang kepada mereka dalam komuni kudus. tetapi, kalau ada orang lain di dalam hati itu, Aku tidak tahan dan Aku akan cepat meninggalkan hati itu, sambil membawa serta semua karunia dan rahmat yang telah Kusiapkan bagi jiwa itu. Jiwa itu bahkan tidak menyadari kepergian-Ku. Sesudah beberapa waktu, barulah ia akan merasakan kehampaan batin dan ketidakpuasan. Oh, kalau saja kemudian ia berpaling kepada-Ku, Aku akan membantu dia membersihkan hatinya, dan Aku akan memenuhi segala sesuatu yang ada di dalam jiwanya; tetapi tanpa kesadaran dan persetujuannya, Aku tidak dapat menjadi Penguasa hatinya.”
(1684) Aku sering mempersatukan diri dengan orang-orang yang menghadapi ajal dan memperoleh Kerahiman Ilahi bagi mereka. Oh, betapa besarnya kebaikan Allah: lebih besar daripada yang dapat kita pahami. Ada saat-saat tertentu dan ada pula misteri-misteri Kerahiman Ilahi yang memesona surga. Biarlah kita hentikan penghakiman kita terhadap jiwa-jiwa karena kerahiman Allah atas mereka sungguh luar biasa.
(1685) Dalam ibadat Jam Kudus hari ini, aku minta kepada Tuhan Yesus agar Ia berkenan mengajar aku tentang kehidupan rohani. Yesus menjawab kepadaku, “Putri-Ku, hayatilah dengan setia kata-kata yang Kusampaikan kepadamu. Jangan menghargai hal-hal lahiriah terlalu tinggi, juga kalau hal itu tampak sangat berharga bagimu. Tinggalkanlah dirimu sendiri, dan tinggallah bersma-Ku terus-menerus. Percayakanlah segala sesuatu kepada-Ku dan jangan melakukan suatu pun dengan mengandalkan dirimu sendiri; maka engkau akan selalu memiliki kebebasan roh yang leluasa. Tidak ada situasi atau kejadian yang akan mampu mengacaukan engkau. Jangan terlalu mengacuhkan apa yang dikatakan orang. Biarlah setiap orang menghakimi engkau menurut kesukaan mereka. Jangan membela diri; penghakiman mereka tidak akan merugikan engkau. Singkirkanlah segala sesuatu begitu mereka muncul dan menuntut sesuatu, juga kalau mereka itu tampaknya sangat penting. Jangan meminta suatu pun tanpa minta pertimbangan-Ku. Biarkan mereka mengambil apa pun yang bahkan menjadi hakmu - kehormatan, nama baik - biarlah rohmu membubung di atas semua itu. Jadi, bebaskanlah dirimu dari segala sesuatu, beristirahatlah di dekat Hati-Ku, dan jangan biarkan damaimu dikacaukan oleh suatu pun. Oh, murid-Ku, camkanlah kata-kata yang telah Kusampaikan kepadamu.”
(1686) O Kasihku, Guru kekalku, betapa baiknya bersikap taat; sebab ketika ketaatan tercurah ke dalam jiwa, ia membawa serta tenaga dan kekuatan untuk bertindak.
(1687) Hari ini, aku melihat Tuhan Yesus yang tersalib. Permata dan mutiara-mutiara berharga tampak tercurah dari luka yang ada di Hati-Nya. Aku melihat betapa banyaknya jiwa-jiwa yang menghimpun karunia-karunia ini. Tetapi, ada satu jiwa yang berada paling dekat dengan Hati-Nya; dan karena tahu akan besarnya karunia-karunia itu, ia mengumpulkan sebanyak-banyaknya, bukan hanya untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk orang-orang lain. Jurus Selamat berkata kepadaku, “Perhatikanlah khazanah rahmat yang mengalir kepada jiwa-jiwa; tetapi tidak semua jiwa itu tahu bagaimana memanfaatkan kemurahan-Ku.”
(1688) Hari ini, Tuhan berkata kepadaku, “Putri-Ku, tengoklah ke dalam Hati-Ku yang Maharahim, dan pantulkanlah kemurahannya di dalam hati dan perbuatan-perbuatanmu sendiri sehingga engkau, yang memaklumkan kerahiman-Ku kepada dunia, dapat membara bersamanya.”
(1689) 8 Mei 1938. Hari ini, aku melihat dua tiang yang luar biasa besarnya terpancang di tanah; tiang yang satu, aku sendiri yang telah memancangkannya, sedangkan tiang yang satunya dipancangkan oleh seorang lain, S.M. Kami telah melakukannya dengan usaha yang tak terbayangkan, dengan banyak keletihan dan kesulitan. Dan sesudah selesai memancangkan tiang itu, aku sendiri kagum dari mana kekuatan luar biasa itu datang. Dan aku tahu bahwa bukan dengan kekuatanku sendiri aku melaksanakannya, tetapi dengan kekuatan yang datang dari atas. Kedua tiang itu berdekatan satu sama lain, di dekat gambar Kerahiman Ilahi. Dan aku melihat gambar itu diangkat sangat tinggi dan digantungkan pada kedua tiang itu. Sekonyong-konyong, berdirilah di atas kedua tiang itu suatu kanisah raksasa, yang ditopang baik dari dalam maupun dari luar. Aku melihat suatu tangan sedang menyelesaikan pembangunan kanisah itu, tetapi aku tidak melihat orangnya. Lalu, tampaklah suatu himpunan besar orang, di dalam dan di luar bait, dan arus yang keluar dari Hati Yesus yang Maharahim mengalir kepada setiap orang.
(1690) Hari ini, sesudah komuni kudus, Yesus berkata, “Putri-Ku, berikanlah jiwa-jiwa kepada-Ku. Ketahuilah bahwa misimu adalah memenangkan jiwa-jiwa bagi-Ku lewat doa dan pengurbanan, dan dengan mendorong mereka untuk mengandalkan kerahiman-Ku.”
(1691) Oh, betapa besarnya kerinduanku untuk mempersembahkan kemuliaan kepada kerahiman-Mu - sedangkan untukku sendiri: kepahitan dan penderitaan! Ketika aku menyaksikan kemuliaan kerahiman-Mu, kebahagiaanku tiada tara! Biarlah segala murka, penghinaan, dan kesendirian tertumpah atas diriku, asal saja kemuliaan dan pujian bagi kerahiman-Mu bergema di mana-mana - hanya inilah yang penting.
(1692) Sang Pencipta dan Ciptaan.
Aku menyembah Engkau, ya Tuhan dan Pencipta, yang tersembunyi di dalam Sakramen Mahakudus. Aku menyembah Engkau karena segala karya tangan-Mu yang menyatakan kepadaku begitu banyak kebijaksanaan, kebaikan, dan kerahiman. O Tuhan, Engkau telah menghamburkan begitu banyak keindahan ke atas bumi, dan semua itu menuturkan kepadaku keindahan-Mu meskipun semua yang indah itu hanyalah pantulan lemah dari keindahan-Mu, o Keindahan yang Tak Terselami. Meskipun Engkau menyembunyikan diri dan menyamarkan keindahan-Mu, mataku yang diterangi oleh iman dapat menangkap Engkau, dan jiwaku mengenali Penciptanya, Kebaikan teringginya; dan hatiku sepenuhnya tenggelam dalam doa sembah sujud.
Tuhanku dan Penciptaku, kebaikan-Mu memberanikan aku untuk bercakap-cakap dengan-Mu. Kerahiman-Mu meniadakan jurang yang memisahkan Pencipta dari ciptaan. Bercakap-cakap dengan-Mu, o Tuhan, sangatlah menyenangkan hatiku. Di dalam Engkau, aku menemukan segala sesuatu yang didambakan hatiku. Di sini, Terang-Mu menerangi pikiranku, dan sekaligus memampukannya untuk makin hari makin mengenal Engkau. Di sini, arus rahmat mengalir ke dalam hatiku. Di sini, jiwaku menimba kehidupan kekal. O Tuhan dan Penciptaku, di samping segala karunia ini, Engkau memberikan diri-Mu sendiri kepadaku dan secara mesra menyatukan diri-Mu dengan ciptaan-Mu yang papa ini. Di sini, tanpa mencari kata-kata, kita memahami satu sama lain. Di sini, tak seorang pun mampu menyela percakapan kita. Apa yang kubicarakan dengan-Mu, ya Yesus, adalah rahasia kita; tidak ada ciptaan yang akan mengetahuinya dan tidak ada malaikat yang berani menanyakannya. Ini adalah misteri pengampunan yang bersifat rahasia, yang hanya diketahui oleh Yesus dan aku sendiri; inilah misteri kerahiman-Nya, yang merengkuh setiap jiwa secara terpisah. Karena kebaikan-Mu yang tak terselami ini, dengan segenap hati dan sepenuh jiwaku, aku menyembah Engkau, o Tuhan dan Penciptaku. Memang, ibadatku sedemikian tak berarti dan papa, tetapi aku merasa damai sebab aku tahu bahwa Engkau tahu jika ibadatku itu tulus meskipun tidak memadai...
(1693) Sementara aku menulis kata-kata di atas, aku melihat Tuhan Yesus membungkuk di atas aku, dan Ia bertanya, “Putri-Ku, apa yang sedang engkau tulis?” Aku menjawab, “Aku sedang menulis tentang Engkau, ya Yesus, tentang ketersembunyian-Mu dalam Sakramen Mahakudus, tentang kasih dan kerahiman-Mu yang tak terselami terhadap manusia.” Dan Yesus berkata, “Juru tulis misteri-Ku yang paling dalam, ketahuilah bahwa kemesraan ekslusif ini hanya Kujalin denganmu. Tugasmu adalah menuliskan segala sesuatu tentang kerahiman-Ku yang Kuberitahukan kepadamu demi manfaat bagi mereka yang dengan membacanya akan diteguhkan jiwanya dan akan memiliki keberanian untuk menghampiri Aku. Oleh karena itu, Aku menghendaki engkau memanfaatkan semua waktu luangmu untuk menulis.” “Tetapi, o Tuhan, apakah aku akan selalu memiliki waktu meskipun hanya singkat, untuk menulis?” Dan Yesus menjawab, “Bukanlah urusanmu untuk memikirkan hal itu. Tugasmu hanyalah melakukan apa yang dapat engkau lakukan. Aku akan mengatur segala sesuatu sedemikian rupa sehingga dengan gampang engkau akan dapat melakukan apa yang Kuminta darimu...”
(1694) Hari ini, aku dikunjungi oleh seorang awam yang telah menyebabkan aku sangat sedih karena ia telah menyalahgunakan kebaikanku dengan menceritakan banyak kebohongan. Begitu aku melihat dia, darah dalam nadiku serasa membeku sebab tiba-tiba terpampang di hadapan mataku semua yang harus kuderita karena dia, meskipun dengan satu kata saja aku dapat membebaskan diri dari semua itu. Maka muncullah gagasan dalam benakku untuk mengatakan kebenaran kepadanya, dengan tegas dan terus terang. Tetapi, pada saat itu, kerahiman Allah melintas di dapan mataku, dan aku memutuskan untuk bertindak terhadapnya sebagaimana Yesus akan bertindak kalau Ia berada pada tempatku. Aku mulai berbicara kepadanya dengan lembut. Ketika ia mengungkapkan keinginan untuk berbicara sendirian dengan aku, secara amat rinci dan jelas aku memberitahukan kepadanya keadaan jiwanya yang menyedihkan. Aku melihat bahwa dia sangat terharu meskipun ia berusaha menyembunyikan perasaannya dariku. Pada saat itu, datanglah orang ketiga, dan karenanya pembicaraan dari hati ke hati itu terhenti. Ia minta kepadaku satu gelas air dan dua barang lain yang kuberikan dengan ikhlas hati. tetapi, kalau bukan karena rahmat Allah, aku tidak akan mampu bertindak seperti itu terhadapnya. Ketika mereka pergi, aku bersyukur kepada Allah karena rahmat-Nya yang menopang aku pada waktu itu.
(1695) Kemudian aku mendengar suara ini, “Aku senang sekali karena engkau berlaku sebagai putri-Ku yang sejati. Selalu berbelas kasihlah, sama seperti Aku selalu berbelas kasih. Kasihilah setiap orang demi kasihmu akan Daku; juga, kasihilah musuh-musuhmu yang paling besar sehingga kerahiman-Ku dapat sepenuhnya terpantul di dalam hatimu.”
(1696) O Kristus, meskipun menuntut banyak usaha, dengan rahmat-Mu segala sesuatu dapat terlaksana.
(1697) Hari ini, aku merasa sangat sehat, dan aku senang sekali karena dapat melaksanakan ibadat Jam Kudus. Tetapi ketika aku mulai melaksanakan Jam Kudus, penderitaan fisikku meningkat sehingga aku tidak dapat berdoa. Ketika Jam Kudus sudah usai, semua penderitaanku pun berakhir; maka aku mengeluh kepada Tuhan bahwa penderitaan-penderitaanku tidak membiarkan aku membenamkan diri dalam sengsara-Nya yang pedih, padahal aku sangat menginginkannya. Kemudian Yesus berkata kepadaku, “Putri-Ku, ketahuilah bahwa jikalau Aku membiarkan engkau merasakan dan memiliki pengetahuan yang lebih mendalam mengenai penderitaan-Ku, itu adalah rahmat dari Aku. tetapi, ketika pikiranmu menjadi redup dan penderitaanmu meningkat, pada saat itu engkau ambil bagian aktif dalam sengsara-Ku, dan Aku sedang menjadikan dirimu lebih serasi dengan diri-Ku. Pada saat seperti itu, lebih daripada kapan pun, tugasmu adalah menyerahkan diri kepada kehendak-Ku...”
(1698)  Aku sering mendampingi orang yang menghadapi ajal dan lewat permohonan yang mendesak memperoleh bagi mereka pengharapan akan kerahiman Allah; pada saat seperti itu, aku juga memohon kepada Allah agar Ia memberikan rahmat ilahi yang berlimpah, yang selalu jaya. Kadang-kadang, secara mengagumkan dan misterius, kerahiman Allah menyentuh orang berdosa pada saat akhir hidupnya. Secara lahiriah, tampaknya segala sesuatu sudah lenyap, tetapi sesungguhnya tidak demikian. Pada kesempatan terakhir itu, jiwa diterangi oleh sinar rahmat akhir yang penuh kuasa berpaling kepada Allah dengan kuasa cinta yang sedemikian besar sehingga ia serta merta menerima dari Allah pengampunan dosa dan pembebasan dari hukuman. Secara lahiriah, ia tidak menunjukkan tanda penyesalan ataupun pertobatan sebab [pada tahap ini] jiwa tidak lagi bereaksi terhadap hal-hal lahiriah. Oh, betapa kerahiman Allah melampaui segala pemahaman! Tetapi - sungguh mengerikan! - ada juga jiwa-jiwa yang dengan sengaja dan secara sadar menolak serta mencemooh rahmat ini. Meskipun orang sudah berada pada titik kematian, Allah yang maharahim dapat memberikan kepada jiwanya saat batin yang hidup sehingga kalau jiwa itu mau, ia memiliki kesempatan untuk kembali kepada Allah. tetapi kadang-kadang, jiwa-jiwa sedemikian keras kepala sehingga dengan sadar mereka memilih neraka; [dengan demikian] mereka menyia-nyiakan semua doa yang dipersembahkan jiwa-jiwa lain kepada Allah bagi mereka; bahkan, mereka menyia-nyiakan usaha Allah sendiri...
(1699) Kesunyian - saat-saat kesayanganku, kesunyian - tetapi selalu bersama Engkau, ya Yesus dan Tuhan, dekat pada Hati-Mu, saat terlalu indah bagiku; dekat pada-Nya, jiwaku menemukan istirahat. Kalau hari dipenuhi dengan Dikau dan dilimpahi dengan cinta, kalau jiwa bernyala-nyala karena api yang murni, di tengah kesunyian yang paling sepi pun, jiwa takkan mengalami kesepian sebab ia beristirahat pada dada-Mu.
O Kesunyian - saat-saat persekutuan yang paling luhur, meski ditinggalkan oleh segala ciptaan, aku membenamkan diri sepenuhnya dalam samudra Ke-Allahan-Mu, dan Engkau senang mendengarkan cetusan hatiku.

(1700) Petang ini, Tuhan bertanya kepadaku, “Tidakkah engkau memiliki keinginan apa pun di dalam hatimu?” Aku menjawab, “Aku memiliki satu keinginan yang berkobar-kobar, yakni bersatu dengan Dikau selama-lamanya.” Dan Tuhan menjawab kepadaku, “Itu akan segera terpenuhi. Anak-Ku yang terkasih, setiap kerinduanmu bergema di dalam Hati-Ku. Tatapan mata-Ku yang berseri-seri terpaku padamu sebelum Aku menatap ciptaan yang lain.”

No comments:

Post a Comment

MARI MEMBACA BUKU HARIAN SANTA FAUSTINA (BHSF)

 Shalom...